"Sial!" Dalton mengumpat, menyadari Lucy kabur dan meninggalkan segerombolan anak buah tidak berguna padanya.
Suara tembakan mulai terdengar memekakkan telinga. Dengan kedua tangan bersenjata, Dalton melangkah sambil menembaki satu per satu lawan yang mencoba untuk menghalangi langkahnya. Dalton bahkan tidak segan – segan untuk langsung menembak tepat di jantung lawan agar mempercepat kematian orang – orang itu.
Sebuah pisau melayang hampir melukai wajah Dalton, beruntung Dalton dapat menghindar dengan cepat. Dalton menatap seorang pria yang merupakan tangan kanan White Snake terdahulu. Pria itu mengambil satu lagi pisau yang berada dibalik sarung celana dengan sebelah tangan yang masih memegang pisau yang diarahkan pada Dalton.
Stuard yang mengetahui niat Dalton menghadang pria itu. Dengan kedua tangan menggenggam pisau, Stuard mengambil ancang – ancang menyerang. Pertarungan sengit terjadi, pisau melawan pistol. Goresan – goresan yang diberikan Stuard tidak kena sedikitpun pada Dalton. Beberapa kali ia hampir tertembak oleh Dalton, tapi gerakannya yang licin bagai ular membuat tembakan – tembakan itu meleset.
Dalton menggeram, Ia tidak punya waktu untuk melayani pria di hadapan nya ini karena ia harus segera menolong Chilla. Dalton tersenyum tipis yang nyaris tidak terlihat saat melihat Janiero mengambil kesempatan untuk menyerang dari belakang saat pria yang menjadi lawan Dalton lengah.
SRATT
Sebuah pedang menghunus bagian perut Stuard. Janiero menyeringai pada Dalton sebelum menarik kembali pedang yang menancap pada perut Stuard dan membuat pria itu ambruk diatas tanah.
" Pergilah dan bawa calon kakak iparku pulang dengan selamat." Pesan Janiero sebelum kembali bertarung dengan lawan lain.
Dalton mengangguk berterimakasih untuk kali ini pada adiknya. Ia sendiri langsung melangkah masuk ke dalam hutan dimana Lucy dan Chilla menghilang tadi. Ia akan membiarkan Enrico dan Janiero yang mengambil alih serta mengurus gerombolan itu.
" Tunggu aku, sayang." Gumam Dalton seraya mempercepat langkahnya.
~
Lucy masih menyandera Chilla selama ia melangkah. Ia membawa Chilla mendaki gunung terjal dengan paksaan. Goresan – goresan kecil tidak dapat Chilla hindari lagi karena gesekan yang terjadi saat mereka melangkah di jalanan gunung yang tidak rata, membuat darah segar mengalir sedikit demi sedikit menodai leher putih Chilla.
" Ayo, cepat!" Teriakan Lucy kembali terdengar.
Lucy menarik Chilla yang berhenti melangkah agar kembali berjalan. Chilla kembali melangkah dengan terpaksa. Chilla sudah benar – benar pasrah jika ia mati ditangan Lucy hari ini namun bayangan kesedihan pada wajah Dalton sekilas melintas pada benak Chilla.
'Tidak! aku tidak boleh ikut bersama Lucy dan mati begitu saja. Di bawah sana ada Dalton yang tengah berusaha menyelamatkanku' Sisi lain Chilla berteriak menyadarkannya.
" ARGH!!"
Chilla bergerak menggigit pergelangan tangan Lucy hingga gadis itu berteriak kesakitan. Pisau pada tangan Lucy terlepas sementara gadis itu meringis mengusap pergelangan tangannya. Melihat Lucy yang lengah, Chilla langsung berlari. Ia tidak ingin kembali berada di kuasa Lucy dan membiarkan gadis itu bertindak semena – mena padanya.
" Berhenti kau, Jalang!"
Teriakan Lucy bukannya membuat Chilla berhenti tetapi membuat Chilla semakin mempercepat langkahnya. Tidak jarang Chilla hampir terjatuh karena akar pepohonan dan bebatuan di sepanjang jalan yang ia lalui. Sesekali Chilla menoleh ke belakang, memastikan Lucy tidak lagi mengejar namun harapan itu memudar saat ia mendapati Lucy yang tidak menyerah untuk menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Lover (Mafia Series)
Roman d'amour(18+) Mata itu.. Selalu membius dan menghanyutkan setiap aku menatap kedalamnya. Mata itu.. Selalu memperlihatkan sorot kerinduan yang tidak ku pahami. - Achilla Camile Peterson Private secara acak !! Silahkan difollow terlebih dahulu untuk kenyaman...