"Dalton De Luca"
seorang pria setengah abad yang melangkah memasuki ruang tamu menyebut nama pria yang kini duduk di sofa tunggal yang berada di tengah ruangan. Mata hijau pria itu diam - diam meneliti Dalton. Memastikan tidak ada ancaman bahaya sebelum duduk di sofa yang berhadapan dengan Dalton, rekan kerjanya.
" Ada apa kau kemari, Dalton?" ucap pria itu sambil menuangkan cairan wine kedalam dua gelas yang tersedia diatas meja.
Dalton telah memperhatikan gerak - gerik sedari pria itu masuk kedalam ruang tamu. Dari gelagatnya terlihat jika ia tidak menyangka Dalton akan mengunjunginya secepat itu. Dalton menatap sodoran gelas sampanye berisi wine yang dituangkan oleh white snake.
Pria berambut putih dengan mata hijau itu benar - benar cocok dengan namanya, White snake.
" Minumlah, Dalton. Tidak perlu kaku seperti itu. Aku tidak memasukkan racun didalam wine itu. Yang seharusnya curiga disini adalah aku." ujar White snake mengangkat gelas sampanye miliknya dan meminum beberapa teguk.
"See, I believe you Dalton". White snake tersenyum tipis pada Dalton.
" Katakan saja apa mau mu." Ujar Dalton dengan pandangan mata lurus menatap White snake.
" Baiklah. Aku langsung saja." Ketus White snake.
" Kau tidak melupakan tanggungjawabmu pada Lucy kan?" Ujar White snake yang membuat Dalton terkekeh.
White snake mengernyit saat melihat Dalton mengeluarkan sekotak bingkisan yang entah sejak kapan pria itu sembunyikan dibelakang punggung. Sebuah bingkisan berwarna merah jambu dengan simpul pita yang mempermanis tampilan bingkisan. Dalton menunjukkan bingkisan tersebut pada White snake sebelum mengatakan maksud kedatangannya.
" Tentu saja tidak. Hari ini aku memang berencana untuk menjenguknya." Sudut bibir Dalton terangkat saat mengatakan itu.
Entah apa yang ada dipikiran Dalton, White snake tetap harus was – was dalam menghadapi Dalton. Dalton De Luca, Pria itu bisa menjadi teman sekaligus lawan. Mungkin detik ini ia masih teman tapi tidak ada yang tahu detik selanjutnya dia bakal menjadi lawan.
Dalton De Luca, siapa yang tidak mengenalnya. Anak pertama dari mendiang Antoniette De Luca, mafia tersohor diseluruh dunia. Dalton sudah terjun ke dunia hitam sejak umur 12 tahun saat ayahnya tewas dibunuh. Menjadi pemimpin sejak masih belia membuat tak sedikit orang yang ingin menyingkirkannya. Semua orang termasuk keluarganya selalu berusaha untuk merebut posisinya sebagai capo. Mereka selalu mencari cara untuk menjatuhkan Dalton yang sampai sekarang tidak pernah berhasil. Keahliannya dalam berbisnis membuat tidak sedikit orang yang mengincarnya baik untuk membunuh maupun kerja sama. Mempunyai ketampanan, kekayaan, dan keahlian diatas rata – rata membuat Dalton di kagumi oleh banyak orang.
" Baguslah. Kalau kau tidak melupakan Lucy." Ujar White Snake lalu meneguk kembali minumannya.
~
Pintu kamar yang dibuka sedikit demi sedikit membuat cahaya dari luar menyeruak masuk ke dalam sebuah kamar temaram. Cahaya yang menampak seorang gadis tengah duduk ditengah permadani bulu harimau. Gadis itu tengah bergumam tidak jelas sambil menyisir rambut boneka Barbie yang berada dipangkuannya.
" Lucy" Panggil Dalton membuat gadis itu menengadah menatap orang yang baru saja memasuki kamarnya.
" Dallie !!" Pekik Lucy dengan riang. Gadis itu meletakkan asal bonekanya dan berlari memeluk Dalton.
" Dallie, Aku merindukanmu"
" Kenapa kau baru mengunjungiku? Tidakkah kau rindu padaku."
Gadis yang bernama Lucy itu mengutarakan seluruh isi hatinya tanpa melonggarkan sedikitpun pelukannya. Pelukan yang tidak pernah dibalas oleh Dalton. Dalton mengelus perlahan pipi putih mulus Lucy sebelum melonggarkan pelukan mereka. Dalton membawa gadis itu duduk ditepi ranjang lalu berjongkok agar tinggi badannya sejajar dengan Lucy.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Lover (Mafia Series)
Romantik(18+) Mata itu.. Selalu membius dan menghanyutkan setiap aku menatap kedalamnya. Mata itu.. Selalu memperlihatkan sorot kerinduan yang tidak ku pahami. - Achilla Camile Peterson Private secara acak !! Silahkan difollow terlebih dahulu untuk kenyaman...