( Warning 18++ )
Tetesan darah yang mengalir dari ujung pisau yang dipegang oleh sosok bayangan dibalik kegelapan menetes setetes demi setetes mengotori lantai. Chilla memundurkan langkahnya saat sosok itu melangkah mendekat. Sosok yang menguarkan aura pembunuh itu tidak terlihat karena keadaan lorong yang gelap temaram.
" Kamu siapa?" Tanya Chilla yang melangkah mundur dengan tubuh gemetar.
Chilla terpaksa berhenti karena ia telah berada diujung tangga, ia menatap kebelakangnya. Chilla menelan ludahnya susah payah, Ia tidak bisa mundur lagi. Selangkah ke belakang saja, tubuhnya akan terguling mengenaskan ke bawah.
Desisan sosok yang semakin mendekat itu menyentak Chilla keluar dari pemikirannya. Saat itulah, tepat saat ia akan terjatuh. Sosok itu terlihat. Seorang gadis berbandul pita diatas kepala yang menyeringai dan mengacungkan pisau yang berada dalam genggamannya tinggi - tinggi.
" ARRGGHHH"
Teriakan nyaring Chilla membangunkan Dalton yang baru saja terlelap. Dalton terduduk di atas ranjang, menatap Chilla yang terengah – engah seperti dikejar setan.
" Ada apa, Sayang?" Tanya Dalton dengan suara serak.
Dalton memang mengantuk tapi ia lebih mengkhawatirkan Chilla yang kini terlihat rapuh dan membutuhkannya.
" Aku.. Aku bermimpi aku akan dibunuh oleh seorang gadis. Gadis itu membawa sebuah pisau.. Gadis itu mau menusukku dengan pisau itu.." Chilla menceritakan dengan ketakutan hingga tidak sadar kalau ia telah mencengkeram lengan Dalton dengan kuat.
" Aku tidak tau itu nyata bagian dari hidupku atau hanya mimpi belaka. Tapi mimpi itu terasa sangat nyata dan mengerikan." Mata biru Chilla menatap ke sekitarnya dengan gelisah seakaan sosok itu masih mengikutinya hingga ke alam nyata.
" Tenang, Chila. Tenang." Dalton mengguncang tubuh Chilla dan berhasil membuat ketakutan gadis itu perlahan memudar saat gadis itu menatap kedalam manik mata abu - abunya.
" Semua itu mungkin hanya mimpi. Kau lupa ? Ada aku disampingmu yang akan menjagamu." Ujar Dalton menenangkan Chilla.
" Benar." Chilla mengangguk menyetujui ucapan Dalton.
Chilla memeluk Dalton dengan erat. Menghirup aroma tubuh Dalton yang sangat ia sukai itu banyak - banyak. Aroma yang selalu membuatnya tenang di saat ia gelisah, ketakutan dan sedih. Aroma yang mampu membuat ia melupakan segalanya termasuk mimpi – mimpi buruk yang selalu menghantuinya.
" sudah merasa baikan?" Dalton mengelus rambut Chilla, merapikan rambut pirang gadis itu yang berantakan.
" sudah."
Chilla menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga sambil tersenyum hangat pada Dalton saat pria itu melepaskan pelukan mereka dan meminta Chilla untuk kembali berbaring lurus. Chilla memejamkan kembali mata nya namun ia tidak kunjung tertidur meski ia telah mengubah posisi tidur nya senyaman mungkin.
"Dalton." Chilla mengubah posisi tidur nya menjadi berbaring terlungkup dengan memangku wajahnya di atas perut Dalton.
"Ya?" Dalton yang semula memejamkan mata, membuka mata dan menatap ke dalam manik biru itu.
" Aku tidak bisa tidur lagi." ujar Chilla.
Chilla memainkan jarinya diatas dada Dalton, menggambar pola abstrak yang tidak terlihat. Dalton menggeram, jemari Chilla berhasil membangkitkan kembali gairah Dalton yang sempat padam. Dalton menangkap pergelangan tangan Chilla, menghentikan gerakan tangan gadis itu dan membalas tatapan heran Chilla dengan tatapan intens.
" Jangan." Kata Dalton singkat.
" Kenapa?" Kedua alis Chilla semakin bertaut heran.
" Kamu bisa membangunkan singa yang sedang tidur, Sayang." Ujar Dalton gemas dengan kepolosan gadis itu.
Chilla mengerutkan kening, mencerna maksud dari perkataan Dalton. Butuh beberapa detik hingga ia menangkap maksud terselubung itu. Chilla tersenyum kecil saat ide untuk melayani Dalton datang begitu saja dipikirannya. Dengan wajah bersemu merah, Chilla bangun dari berbaringnya dan menduduki perut Dalton.
" Sayang.." Dalton menggeram mencoba memperingati gadis itu.
Ternyata Chilla memang tidak sepolos yang Dalton kira. Tatapan polos Chilla berubah sensual seakan sengaja menggodanya. Chilla menyampirkan tangannya diatas bahu Dalton dan dengan gerakan perlahan turun menelusuri dada hingga perut kotak – kotak Dalton. Tangan nakal itu masuk kedalam pakaian Dalton, mengelus otot perut itu secara halus dengan tempo pelan dan teratur.
" Chilla." Ujar Dalton yang hampir mendesah menahan siksaan yang diberikan Chilla padanya.
Barusan, Dalton mati – matian menidurkan dirinya dan mengusir semua pikiran kotor yang bersarang di kepala nya tapi sekarang Chilla dengan mudahnya kembali membangkitkan dirinya ke dalam lingkaran nafsu. Tatapan Dalton menggelap terbakar oleh gairah. Ia berubah posisi mereka dengan Dalton yang berada diatas Chilla dalam sekejap. Ia sudah tidak peduli lagi jika Chilla menolaknya karena Chilla yang memulai semua ini.
Dalton mendekatkan wajahnya pada Chilla lalu melumat bibir ranum itu dengan gairah yang menggelora sampai Chilla kewalahan untuk membalas lumatan Dalton. Bibir ranum dan kenyal itu di emut dengan rakus atas bawah oleh Dalton. Bibir itu adalah candu nya, bibir yang tidak akan pernah bosan ia cium.
Sebelah tangan Dalton menelusup masuk ke dalam baju tidur Chilla, meninggalkan gelenyar aneh pada setiap inci tubuh gadis itu. Chilla mendesah tertahan saat tangan kokoh Dalton berhenti pada dada nya. Perlakuan Dalton padanya membuatnya terbuai, begitu lembut dan menyenangkan. Dalton menanggalkan pakaian Chilla, tangannya mulai menjalar ke bagian bawah Chilla, kembali meninggalkan gejolak sensasi yang berbeda.
" Dalton!" Erang Chilla dengan badan menekuk saat gelombang kenikmatan datang menghantam nya.
Chilla terengah – engah menikmati sisa gelombang kenikmatan yang mendera nya. Ekor mata Chilla melirik Dalton yang telah melepas seluruh pakaian yang melekat pada tubuh pria itu, memperlihatkan sesuatu di bawah sana yang berdiri tegak, membuat pipi Chilla yang semulanya panas menjadi semakin panas.
" Siap?" Tanya Dalton yang telah kembali berada pada posisi nya diatas Chilla.
Melihat anggukan Chilla, Dalton mulai menyatukan dirinya dengan Chilla. Kedua insan itu membentuk sebuah kesatuan untuk mencapai kenikmatan yang tiada tara. Dalton terus memompa maju mundur membuat Chilla mendesah tak karuan. Baik Dalton maupun Chilla sama – sama mengejar gelombang itu.
" Dalton.. Aku.. Hampir.. Sampai" Kata Chilla terbata – bata bersamaan dengan gerakan Dalton yang semakin cepat.
" Bersama – sama." Kata Dalton dengan wajah memerah.
Dalton mempercepat gerakannya dan menekan dirinya dalam – dalam saat gelombang kenikmatan itu datang. Dalton menyemburkan cairan miliknya di dalam Chilla, sangat banyak hingga Chilla tidak dapat menampung cairan milik pria itu dan berembes keluar dari tubuh Chilla.
Dalton membaringkan tubuhnya disamping Chilla, menghirup napas sebanyak mungkin bersama Chilla sehabis mendapatkan pelepasan setelah setahun lebih berpisah dengan gadis itu.
" Itu sangat hebat." Ujar Chilla setelah berhasil menormalkan pernapasannya.
" Lagi?" Tanya Dalton yang kini tersenyum nakal.
" Apa?" Chilla terperangah mendengar ajakan Dalton yang masih terlihat segar.
Dengan ujung jemari kakinya, Dalton menarik selimut tebal yang tergeletak di bawah ranjang untuk menutupi tubuh polos mereka dan mereka kembali melanjutkan kegiatan panas mereka didalam selimut tanpa memperdulikan protesan dari Chilla.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
His Lover (Mafia Series)
Romance(18+) Mata itu.. Selalu membius dan menghanyutkan setiap aku menatap kedalamnya. Mata itu.. Selalu memperlihatkan sorot kerinduan yang tidak ku pahami. - Achilla Camile Peterson Private secara acak !! Silahkan difollow terlebih dahulu untuk kenyaman...