Part 19 - Grape Kiss

11.9K 619 11
                                    

Dalton mengajak Chilla keluar ke sebuah restoran. Restoran bintang lima yang terletak ditepi danau. Chilla dapat melihat beberapa pasangan yang tengah bersulang dan menikmati makanan. Lingkungan outdoor yang berada di atas rooftop itu memperlihatkan jembatan kayu berbentuk setengah bulat membelah danau yang terlihat sangat cantik dan menarik di mata.

"Chilla."

Suara Dalton yang menyadarkan Chilla dari pemandangan danau itu dan menoleh pada Dalton. Rupanya ia terlalu terpesona hingga tidak menyadari Dalton yang sedari tadi menanyakannya ingin memesan apa. Chilla melihat buku menu ditangannya. Tidak ada yang murah untuk makanan di restoran bintang lima. Jadi Chilla hanya memesan sepiring spagetty yang tidak terlalu mahal dan secangkir coklat panas.

" Apa danau itu terlihat begitu indah hingga kau mengacuhkanku?" Dalton menggenggam tangan Chilla yang diletakkan diatas meja.

" Bukan begitu.. Aku hanya terpesona." Chilla kembali menoleh kearah danau.

Suasana hari malam membuat danau terlihat gelap dan sepi namun cahaya bulan yang terpantul di permukaan air bagai penerang dan penghias yang mempercantik pemandangan itu.

Entah mata Chilla yang terlalu jeli atau ia salah lihat. Ia seperti merasa ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari balik pohon rindang yang tumbuh di tepi danau. Saat ia mencoba untuk memperhatikan lebih teliti, orang tersebut sudah tidak ada dari danau itu. Mungkin itu hanya perasaannya saja.

" Kamu sangat ingin kesana?" Dalton menunjuk jembatan kayu itu.

" Iya." jawab Chilla dan berusaha untuk mengabaikan perasaan keingintahuannya.

" Ini sudah malam jadi kita kesana besok saja." Kata Dalton yang menatap kedalam manik mata Chilla.

" Thanks. Kamu selalu mengabulkan permintaanku." Chilla menatap ke cangkir coklat panasnya karena gugup di tatap lama oleh Dalton. Ia tidak tahu kapan cangkir itu di letakkan pelayan didekatnya karena ia terlalu fokus pada danau yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari tempat mereka tadi.

" Apapun permintaanmu akan selalu ku kabulkan." Dalton mengecup punggung tangan Chilla sebelum memberikan pijatan lembut ditangan gadis itu dan membuat gadis itu tersenyum malu.

~

Terdengar suara kekehan seseorang yang berlari - lari. Langkah orang itu berhenti diujung teratas tangga. Wajahnya tidak terlihat karena tertutup oleh minimnya penerangan yang membuat orang itu terlihat seperti bayangan hitam dengan postur tubuh kecil. Sebilah pisau mengkilat ditangan kanan seseorang itu mengacung tinggi. Seulas senyum Terbit diwajah orang yang berwajah buram itu.

" Jangan takut. Ini tidak akan sakit." Suara orang itu terdengar riang dan mirip seorang gadis. Bayangan seorang gadis itu tersenyum lebar tetapi senyuman itu berubah sebuah seringaian yang mengerikan.

Chilla terbangun dari tidur dan menatap langit –langit kamarnya. Mimpi hari ini sukses membuat jantungnya berdegup kencang. Ia merasa seperti dikejar setan hingga membuat tubuhnya basah akan keringat dingin.

Melihat ke luar jendela yang telah terang, Chilla bangun dan melangkah kekamar mandi. Ia membersihkan diri lalu mengenakan dress biru santai berwarna pastel. Rambut pirangnya yang terurai dia ikat menyamping, memperlihatkan leher jenjangnya. Chilla tersenyum melihat penampilannya didalam cermin. Cantik.

Chilla melangkah keluar kamar dan menemukan Dalton di teras belakang Mansion. Chilla mendekat dan memeluk Dalton yang tengah duduk disebuah kursi rotan panjang dari belakang, menyampirkan kedua tangannya pada bahu pria itu dan menyandarkan kepalanya disana.

" Apa yang kamu baca?" Tanya Chilla yang melihat beberapa kertas bertulisan bahasa italia dengan beberapa gambar hitam putih didalamnya.

" Hanya berita tidak penting." Dalton melipar kertas berita tersebut dan menarik Chilla untuk duduk disampingnya.

" Sudah makan?" Tanya Dalton yang mendapat gelengan dari Chilla.

" Jadi mau makan apa?"

" Aku ingin makan buah – buahan."

Chilla mengubah posisi duduknya menjadi berbaring dengan menjadikan paha Dalton sebagai bantal. Ia tersenyum melihat wajah Dalton yang selalu terlihat tampan dari sisi manapun. Sedangkan pria yang ia perhatikan itu hanya tersenyum tipis sambil mengusap puncak kepalanya.

Tidak sampai lima menit, seorang pelayan membawakan apa yang diminta Chilla. Sepiring buah – buahan yang beraneka ragam. Ada Apel, jeruk, Cherry, Kiwi, lemon, melon, dan Anggur yang dicampur seperti salad buah. Dalton mengambil potongan kecil buah apel yang telah dikupas dan menyuapkannya kedalam mulut chilla, begitu seterusnya hingga Chilla menolak buah apel yang akan kembali ia kunyah.

" Aku mau anggur." Chilla menunjuk seikat anggur yang berada didalam piring.

" Okay." Dalton mengambil seikat anggur itu sebelum memetik sebuah dan menyuapkannya lagi kedalam mulut Chilla.

Tiba – tiba terbesit suatu ide jahil yang membuat chilla bangun dari tidurannya dan merebut ikatan anggur tersebut dari tangan Dalton. Ia duduk menghadap pria itu yang kini tengah menatap heran padanya. Chilla memetik anggur itu dan mendekatkan buah itu kemulut Dalton.

" Aaa.. Biar aku suapin." Chilla meminta Dalton untuk membuka mulutnya.

Tidak seperti perkataan gadis itu, Chilla tampak sedang mempermainkan Dalton. Ia mendekatkan buah kecil berwarna ungu kehitaman itu sebelum menjauhkan lagi buah tersebut dari bibir Dalton. Chilla tertawa mengejek Dalton yang tidak kunjung berhasil memakan buah kecil yang berada ditangannya.

" Aaa.. Kali ini aku akan serius." Masih dengan sisa tawanya, Chilla mengulurkannya yang memegang anggur.

Buah itu hampir masuk kedalam mulut Dalton, membuat pria itu hampir percaya jika saja buah itu tidak berpindah dengan cepat kedalam mulut Chilla. Dalton mengeram kesal mendengar tawa Chilla yang membludak. Gadis itu harus diberi hukuman.

" Maaf... Maaf.. Aku tidak bermaksud begitu. Tapi aku tidak tahan untuk mengerjaimu. Hahaha.." Kata Chilla dengan tawanya yang mulai mereda.

" Apa?" Chilla tergagap melihat tatapan intens Dalton.

Sepertinya Chilla salah telah membuat Dalton kesal. Ia memasukkan buah anggur yang ia petik kedalam mulutnya dan terkesiap saat Dalton tiba – tiba menariknya. Ia bahkan belum sempat mengunyah buah anggur itu saat Dalton membekap mulutnya hingga ia nyaris tersedak oleh buah anggur.

Chilla bisa merasakan lidah Dalton yang masuk kedalam mulutnya, Lidah Dalton yang beradu dengan lidahnya seakan pemain yang sedang berebut bola anggur. Dalton membelai rongga mulut Chilla, membuat Chilla menahan sensasi yang menjalar disekujur tubuhnya. Sengatan listrik yang membuat kedua kakinya berubah tidak bertulang.

Dalton membawa buah anggur itu mendekat diantara kedua bibir Chilla dan dirinya lalu menggigit sebagian buah anggur itu sebelum mendorong sebagiannya lagi dengan lidahnya. Ia melepaskan ciumannya dan tersenyum mengejek pada Chilla yang masih belum sepenuhnya sadar.

" Anggur yang nikmat." Ujar Dalton setelah menelan setengah dari buah anggur yang ada didalam mulutnya.

Wajah Chilla memerah mendengar ucapan Dalton yang tengah menggodanya. Ia menelan buah anggur itu susah payah. Chilla memalingkan wajahnya dan berkata dengan salah tingkah " A.. Aku.. Aku ke kamar dulu.."

Chilla beranjak dari tempat duduknya dan berlari ke kamar dengan cepat. Ia mengunci pintu kamarnya dan mengelung diri didalam selimut sebelum berteriak dengan tertahan. Ia bisa gila jika Dalton kembali melakukan hal itu kepadanya.

Tbc

Ditunggu vote & commentnya

Dan makasih banyak untuk yang udah mengikuti cerita ku..

With Love,

VL

His Lover (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang