Part 4 - The Traitor

17.3K 876 19
                                    

Setelah pulang dari kota, Chilla menjadi murung dan mengurung diri di kamar. Ia merasa sedih tanpa alasan yang jelas. Ia terus memikirkan pria misterius itu. Pria bermata abu – abu yang menyelamatkannya dari maut.

'Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa ia merasa familiar'. Batin Chilla.

Chilla menenggelamkan seluruh badannya dengan selimut tebal saat mendengar ketukan pada pintu kamarnya dan beberapa detik kemudian pintu kamarnya terbuka. Gadis itu tidak perlu membalikkan badannya untuk mengetahui siapa karena sudah pasti orang itu adalah Betty yang masih khawatir padanya. Seakan mengerti dengan keinginan Chilla yang ingin sendiri, Betty keluar dari kamar Chilla dan menutup pintu agar tidak mengganggu istirahat Chilla.

Betty kembali ke florist dan berniat untuk beristirahat didalam kamarnya. Langkahnya terhenti saat mendapati Albert sedang menerima telepon dari seseorang. Aura ketegangan dapat dirasakan Betty sehingga Betty memutuskan untuk mendekati Albert. Betty menyampirkan tangan kanannya dibahu kiri Albert bermaksud untuk menenangkan pria itu.

" Maafkan kami, Boss. Kami lalai menjaganya." Dengan sebelah tangan yang memegang gagang telepon, Albert meremas tangan Betty seakan menyalurkan rasa kegelisahannya.

" Kali ini kalian ku maafkan."

" Terimakasih, Boss. Lain kali aku tidak akan mengizinkannya keluar lagi."

" Tidak. Biarkan saja dia keluar. Pasti sekarang ia sedang sedih jadi dia perlu udara segar, tapi tetap dalam pengawasan kalian"

" Baik, Boss." Panggilan tersebut ditutup dengan deheman pria dibalik telepon. Albert mengambil tangan Betty kedua tangan Betty dan meremasnya dengan lembut.

" Apa Boss marah?" Tanya Betty risau melihat Albert.

" Tidak, untuk sementara kita aman." Albert menjawab dengan pandangan menerawang jauh.

~

Di sebuah ruangan VVIP, seorang pria dan wanita sedang bercumbu panas. Wanita bayaran itu duduk diatas pangkuan pria dengan mini dress yang tersingkap dan menampakkan paha mulusnya. Wanita itu membuka satu per satu kancing kemeja milik pria dan mengecup setiap inci tubuh pria itu hingga mengeram.

Pintu yang diketuk berkali – kali dari luar tidak terdengar karena mereka terlalu sibuk untuk meraih kenikmatan hingga dobrakan pada pintu ruangan VVIP dan suara seseorang yang masuk kedalam ruangan itu menghentikan kegiatan mesra mereka.

"Janiero."

Enrico melangkah mendekati Janiero dan wanita bayaran yang masih duduk dipangkuan Janiero tanpa memperdulikan Enrico yang menatap wanita itu dengan jijik. Enrico mengeluarkan selembar cek dan memberikannya pada wanita itu.

" Take this and leave now."

Mata wanita itu melebar senang menatap nominal yang tertera pada cek. Dengan cepat ia merampas cek itu dari tangan Enrico dan merapikan pakaiannya. Sebelum keluar dari ruangan, ia sempat mengerling nakal pada Enrico dan Janiero lalu meninggalkan kedua pria itu.

" Bersihkan wajahmu."

Enrico menarik selembar tissue di meja dan mengulurkan helaian putih itu pada Janiero yang diterima pria itu dengan mengelap bagian wajahnya yang menempel bekas lipstick wanita tadi dan tersenyum aneh , menatap Enrico yang sedari tadi diam memperhatikannya.

" Ada apa kau kemari? Tidak biasanya. Asal kau tahu saja, kau sudah mengganggu kesenanganku." Ketus Janiero yang menaikkan kakinya diatas meja dan memandang Enrico dengan penilaian.

" Dalton ingin kau menghadiri makan malam bersama rekan bisnis kita dari Jepang. Ia sedang ada urusan jadi tidak bisa hadir."

" Urusan? Urusan mengintip calon kakak ipar?" Janiero terkekeh karena perkataannya sendiri.

His Lover (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang