Part 12.1 - Anger

12.2K 702 3
                                    

Part ini cukup panjang jadi saya bagi menjadi dua part ya..
Hehe

Happy Reading ^^


Sudah tiga hari sejak kejadian ciuman ditengah kolam renang dan sudah tiga hari itu pula Chilla tidak melihat Dalton didalam mansion. Sepertinya pria itu sedang sibuk dengan pekerjaannya hingga tidak ada waktu untuk menemuinya bahkan saat sarapan pun Chilla tidak melihat keberadaan pria itu.

Chilla sendiri masih terus kepikiran dengan ciuman panas kemarin. Ia merutuki dirinya malah membalas ciuman itu seakan ia sudah sering melakukannya dengan Dalton dan ciuman itu berhasil membuat Chilla melupakan niat awalnya untuk bertanya pada Dalton. Chilla kembali mengingat usapan lembut tangan Dalton dibibirnya, lembut dan sensual. Ia langsung tersadar dan menggelengkan kepala mengenyahkan pikiran kotornya.

Chilla meminum milkshake yang dibuatkan oleh salah satu pelayan diruang tengah saat ia melihat seorang pria yang tidak ia kenali keluar dari ruang kerja Dalton dengan beberapa berkas ditangannya. Chilla mengerutkan keningnya saat ia melihat pria itu juga tengah menatapnya.

"Apa aku mengenalmu?" Chilla memulai percakapan dengan pria itu karena merasa risih dengan tatapan pria itu yang seperti tengah mengulitinya.

" Menurutmu?"

'Well, Pria ini tidak kalah menyebalkan dari Janiero.' Chilla memutar kedua bola matanya lalu mengabaikan pria itu dan memilih fokus pada tv layar lebar didepannya.

Ya, selama tiga hari ini Chilla sudah banyak mengenali letak – letak ruangan mansion ini tapi lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton atau membaca buku di ruang perpustakaan walau terkadang acara menontonnya selalu diganggu oleh Janiero. Ia juga jarang melihat Betty dan Albert di mansion karena mereka sudah kembali kepekerjaan mereka yang sebenarnya.

Dalam beberapa hari ini juga Chilla melihat banyak sekali orang berpakaian hitam yang bersliweran di Mansion Dalton. Mereka ada dimana – mana dan melihat pistol yang ada disarung celana mereka membuat Chilla setidaknya tahu kalau Dalton bukanlah orang biasa.

Enrico duduk di sofa tunggal yang berada disamping sofa panjang yang diduduki oleh Chilla. Ia mengeluarkan berkas – berkas yang ada didalam amplop sedangkan Chilla mengintip sedikit lewat ekor matanya kegiataan Enrico yang menurutnya sengaja. Well, kenapa tidak disusun didalam ruang kerja dulu baru dibawa keluar. Kenapa harus disamping dia.

Chilla kembali menggelengkan kepalanya mengusir semua pikiran buruknya tentang Enrico. Sepertinya sejak ia tinggal disini dan mengenal Janiero, pikirannya selalu dipenuhi oleh hal – hal buruk mengenai pria kecuali Dalton tentunya. Dalton, pria itu berhasil membuat Chilla kembali memikirkannya. Apa yang sedang pria itu lakukan. Apa ia sangat sibuk hingga menelantarkannya didalam mansion luas ini tanpa apa – apa bahkan pria itu belum menjelaskan apapun padanya.

" Enrico, kau masih disini?" Janiero masuk kedalam ruang tengah.

" Ohh.. Ternyata ada Chilla juga." Ujaran Janiero hanya membuat Chilla menekukkan bibirnya.

" Chilla.. Apa kau mengenalnya?" Janiero bertanya sambil duduk disofa panjang yang diduduki Chilla dan membuat gadis itu menggeser tempat duduknya menjauh dari pria pemain wanita itu.

" Tidak. Aku baru melihatnya." Chilla menggeleng lalu berujar singkat.

" Kenalkan Chilla, Dia Enrico. Consigliere keluarga De Luca." Janiero mengenalkan Enrico pada Chilla sedangkan yang dikenalkan hanya mengedikkan bahunya acuh dan kembali menyusun berkas ditangannya.

"Consigliere?" Chilla mengerutkan keningnya tidak mengerti.

" Semacam penasehat." Jawab Janiero yang hanya diangguki oleh Chilla.

" Apa kau akan kembali ke markas?" Tanya Janiero pada Enrico yang telah selesai menyusun berkas – berkas itu.

" Ya. Dalton memintaku untuk membawa berkas – berkas ini padanya." Enrico beranjak dari kursi.

" Tunggu, En. Bagaimana kalau kita berangkat bersama? Kebetulan aku juga ingin ke markas." Janiero menahan kepergian Enrico.

" Okay."

" Apa kau ingin ikut bersama kami, Chilla?" Janiero mencoba mengajak Chilla yang terlihat bosan menatap tayangan tv.

" Jan." Enrico memperingatkan Janiero tapi seperti biasa Janiero selalu mengabaikannya.

" Tidak." Ketus Chilla.

" Bukankah bosan berada dirumah beberapa hari ini? Tidak kah kau ingin menghirup udara segar atau melihat Dalton?" Janiero masih mencoba menggoda Chilla.

'Melihat Dalton' Chilla yang awalnya acuh tak acuh pun menoleh pada Janiero. Sepertinya Chilla sudah termakan umpan Janiero hanya dengan iming – iming untuk melihat Dalton.

" Boleh?"

" Of course dan aku kira Dalton juga akan senang dengan kehadiranmu nanti." Janiero tersenyum dengan penuh arti.

~

Perjalanan dari mansion ke markas yang disebut oleh Janiero dan Enrico didalam mobil tadi cukup jauh ditempuh. Perjalanan keluar dari mansion yang dikelilingi hutan hingga kejalan raya dan berakhir lagi dihutan yang lainnya. Mobil mereka berhenti disebuah gedung tua lalu baik Chilla, Janiero dan Enrico turun dari mobil.

Chilla melihat beberapa pria bertubuh besar menghomat pada kedua pria. Chilla menundukkan kepalanya saat ia mendapati tatapan penasaran para anak buah yang bekerja disana. Kenapa semua orang yang berada dimarkas itu menatapnya aneh. Chilla merasa tidak enak diamati seperti itu. Apa dia salah kostum? Chilla menatap pakaian yang ia kenakan. Tidak ada yang salah. Ia memakai dress biru yang berlengan. Mungkin hanya perasaannya saja yang terlalu berlebihan.

Chilla mengikuti Janiero dan Enrico hingga berheti disebuah ruangan. Chilla membulatkan matanya saat melihat semua dinding ruangan itu dipenuhi oleh senjata. Ada berbagai macam handgun, revolver dan senjata laras panjang yang digantung disetiap sudut dinding. Chilla juga dapat melihat lusinan granat yang berada disusun dilemari kaca. Ruangan itu benar – benar lengkap dengan senjata tajam yang umum hingga langka.

" Brother, Lihat kami membawa siapa." Seruan Janiero membuat Dalton yang sedari tadi fokus mengamati sniper ditangannya menoleh pada Janiero.

Tbc

His Lover (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang