Part 29 - First Warning

9.6K 495 33
                                    

Chilla duduk di tepi kolam renang, merendamkan kedua kaki jenjang nya ke dalam air tawar kolam. Sesekali kakinya bergerak, membuat air di kolam renang menjadi beriak – riak. Chilla membaca buku yang ada di tangannya dengan tekun hingga tidak menyadari Dalton yang sedari tadi memperhatikannya.

" Kenapa kau ada disini, sayang?" Suara Dalton menghentikan kegiatan membaca yang Chilla lakukan.

" Memangnya aku tidak boleh disini?" Chilla menutup buku bacaan nya dan menaruh buku itu sedikit jauh dari kolam renang, takut buku tersebut akan terkena basahan riak air yang naik dari kolam renang.

" Tentu saja boleh. Tapi bagaimana kalau kau terjatuh? Kau kan tidak bisa berenang, sayang." Dalton mencoba menjelaskan maksud baiknya.

Mantel tebal yang biasa dikenakan Dalton disampirkan di kursi santai sebelum pria itu melangkah mendekat. Chilla melihat Dalton yang berjongkok di sampingnya. Melihat dari pakaian yang dikenakan Dalton, pria itu tampak baru pulang dari berbisnis. Chilla mengusap rambut hitam Dalton, menata kembali rambut Dalton yang tampak sedikit berantakan.

" Tidak akan. Lagian disini banyak penjaga yang bisa menolongku." Jawab Chilla tanpa menatap pada Dalton, tatapannya fokus pada menata rambut Dalton.

" Dan membiarkan mereka menyentuh tubuhmu? Yang benar saja." Dalton mencelos.

" Ayolah, sayang.." Chilla menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu kalau Dalton begitu kekanak – kanakan hingga bisa cemburu buta seperti itu.

" Apa yang sedang kau baca, sayang?" Tanya Dalton mengalihkan pembicaraan mereka.

" Hanya cerita romansa." Jawab Chilla singkat.

" Memangnya aku tidak cukup romantis untukmu hingga kau membaca cerita romansa milik orang lain?" Sebelah alis Dalton terangkat naik.

" Dalton.. Ada apa denganmu hari ini? Apa kau sakit? " Chilla sungguh gemas melihat Dalton yang terlihat seperti anak kecil yang tengah merajuk.

" Tidak, Aku sehat – sehat saja." Jawab Dalton acuh tak acuh.

" Well, buku bacaan itu hanya untuk hiburan semata, sayang." Chilla mencubit hidung mancung Dalton membuat pria itu meringis karena cubitan Chilla terlalu kuat.

" Iya, aku tahu. Aku akan mencoba mengurangi kadar kecemburuanku." Ujar Dalton yang membuat Chilla terkekeh geli.

" Jangan berubah." Chilla menasehati Dalton.

" Jangan berubah karena aku suka kamu yang seperti biasanya, sayang. Tetaplah seperti ini." Chilla tersenyum manis membuat Dalton tidak tahan untuk tidak melumat bibir Chilla.

Getaran ponsel di dalam mantel tebal Dalton, membuat pria itu berdecak tidak puas karena terpaksa menunda kemesraan nya bersama Chilla. Ia berdiri dan melangkah dengan malas menuju mantel yang ia sampirkan di kursi kayu. Dalton meraba – raba ke dalam saku mantel sebelum mengeluarkan ponsel yang sedari tadi bergetar.

Dalton menaikkan alisnya, melihat nama Enrico yang terpampang di layar ponsel. Untuk apa pria itu menghubunginya sedangkan mereka baru saja bertemu tidak sampai satu jam yang lalu. Dalton menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.

" Ya, Enrico?" Tanya Dalton pada Enrico yang berada di seberang telepon.

" Dalton, markas bagian utara kita di serang oleh orang – orang tidak di kenal."

"Aku akan segera kesana." Ujar Dalton dengan rahang yang telah mengeras.

Dalton mematikan panggilan itu secara sepihak, lalu menoleh pada Chilla yang kini menatap penasaran pada perubahan wajah Dalton.

His Lover (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang