Happy reading !
Semoga suka..
Ditunggu vote & Commentnya ya ~Sebuah boneka dengan jahitan diantara kepala dan leher menyatukan kepala boneka yang sempat terputus. Boneka dengan sebelah mata hilang itu di elus pelan oleh seorang gadis yang terlihat tengah merencanakan sesuatu. Suara ketukan jari pada meja terdengar menggema di ruangan temaram itu, menandakan gadis itu tengah berpikir keras.
Gigi gadis itu bergemeletuk, membayangkan betapa nikmatnya menghirup aroma darah yang sebentar lagi akan terjadi. Dengan cepat, ia membunyikan bel yang berada di dekat meja kerja. Memanggil seseorang yang sedari tadi berjaga di depan pintu.
" Ada apa anda memanggil saya, Nona Lucy?" Stuard menunduk hormat pada Lucy.
" Jalankan rencana yang ku minta, Stuard." Ujar Lucy menatap lurus ke depan.
" Baik, Nona." Stuard pamit dari hadapan Lucy untuk menjalankan amanah yang diberikan oleh gadis itu.
Lucy kembali sendirian ditemani oleh kegelapan. Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu. Lebih tepatnya satu setengah tahun lalu. Asal muasal mengapa semua hal ini terjadi. Bagaimana Dalton memutuskan pertunangan mereka hanya untuk memilih seorang jalang yang kecantikannya tidak lebih darinya.
Flashback
Lucy tersenyum manis pada Dalton yang selalu menampilkan wajah datar. Hari ini, Lucy cukup senang karena Dalton mengajaknya keluar karena itu ia sedikit berdandan agar Dalton memujinya. Kini mereka duduk saling berhadapan. Lucy menyeruput juice apple yang ia pesan, menunggu Dalton membuka pembicaraan. Gadis berusia tujuh belas tahun itu masih setia menunggu sembari menatap wajah tampan tunangannya.
" Lucy. Maafkan aku tapi kurasa pertunangan kita cukup sampai disini saja."
Perkataan Dalton bagaikan sambaran petir di siang bolong, menyentak Lucy dari khayalan tentang kencan romantis nya bersama Dalton. Lucy meletakkan kembali juice apple yang ia minum dengan kasar, membuat isi juice tersebut tumpah berceceran. Namun, Lucy tidak peduli jika dress yang ia kenakan akan terkena tumpahan juice. Yang ia pedulikan sekarang adalah ucapan Dalton yang terdengar seperti lelucon baginya.
" Apa maksud ucapanmu, Dallie? Aku masih tidak mengerti." Ucapan dan senyuman manis yang menghias wajah cantik Lucy berlawanan dengan sikap kasar nya tadi.
" Aku bilang pertunangan kita cukup sampai disini saja." Ujar Dalton sekali lagi dengan penuh penekanan, meyakinkan bahwa telinga Lucy tidak salah mendengar.
" Kenapa?" Lucy menundukkan kepalanya, ia tidak bisa menerima ini dengan mudah.
" Karena aku tidak mencintaimu." Ujaran Dalton menusuk tepat di ulu hati Lucy.
" Aku telah menemukan wanita yang ku cintai, Lucy." Lanjut Dalton yang membuat Lucy semakin terluka.
" Siapa dia? Boleh aku mengenalnya" Tanya Lucy sambil tersenyum seakan hati nya tidak apa – apa.
Melihat keraguan di dalam mata Dalton, Lucy semakin terluka. Seberapa spesialnya gadis itu hingga Dalton meragukannya hingga menyembunyikan gadis itu seketat ini. Lucy mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Senyuman itu masih terukir jelas pada wajahnya.
" Jangan khawatir, Dallie. Aku hanya ingin kenalan dan melihat siapa gadis beruntung yang telah memenangkan hatimu." Ujar Lucy terdengar sangat dewasa tidak seperti badannya yang kecil dan seperti anak – anak.
" Aku tidak akan macam – macam. Lagian pertunangan ini juga bukan keinginanku tapi keinginan orang tua kita dulu." Ucapan Lucy terdengar sangat meyakinkan walau dalam hatinya ia berkata sebaliknya hingga Dalton akhirnya mengiyakan permintaan Lucy.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Lover (Mafia Series)
Romance(18+) Mata itu.. Selalu membius dan menghanyutkan setiap aku menatap kedalamnya. Mata itu.. Selalu memperlihatkan sorot kerinduan yang tidak ku pahami. - Achilla Camile Peterson Private secara acak !! Silahkan difollow terlebih dahulu untuk kenyaman...