" Sayang"
Seorang gadis menyusuri sebuah lorong yang hanya diterangi oleh lampu dinding antik sambil membuka satu persatu pintu yang ia temui di lorong itu. Kemeja putih sebatas paha yang ia kenakan terlihat kebesaran pada tubuh mungilnya sedikit melorot menampakkan bahu putih mulusnya.
" Sayang, kamu ada dimana?" Seru gadis itu menatap sekitar kamar ruangan terakhir yang ia temui di lorong.
Gadis itu masuk kedalam kamar itu dan melangkah mendekati pintu balkon yang terbuka. Angin yang kencang menerpa saat ia semakin dekat dengan pagar pembatas balkon membuat rambut pirangnya berantakan.
Gadis itu baru menginjak pagar pembatas itu saat tubuhnya tiba – tiba terangkat menjauh dari pagar pembatas. Tubuhnya dipeluk oleh seseorang dan di putar – putar.
" Sayang, stop it. Hahaha..." Gadis itu tertawa lepas dibawa berputar dan terus berputar.
" Aku pusing, Sayang ..Haha... Turunkan aku, please.." Disela tawanya gadis itu meminta untuk diturunkan.
Putaran berhenti, pria itu membiarkan gadisnya menginjak tanah dan tanpa melepaskan pelukannya pria itu membalikkan tubuh gadis itu agar berhadapan dengannya. Wajah pria itu terlihat buram namun gadis itu seakan tidak mempermasalahkan hal itu.
" Sayang". Panggil gadis itu dengan lembut sebelum memberikan sebuah kecupan manis pada bibir pria itu.
" Sayang". Panggil gadis itu lagi dan kali ini sosok pria itu terlihat dengan jelas. Pria bermata abu – abu itu.
" Chilla" Ujar pria itu sebelum mengecup kembali bibirnya.
" Chilla"
" Chilla"
"Chilla!"
Chilla terlonjak saat mendengar teriakan terakhir yang cukup memekakkan telinga. Ia mengerutkan keningnya saat menangkap sosok Betty berada disampingnya terlebih raut kekhawatiran yang Betty pasang itu semakin membuatnya heran.
" Ada apa, Betty? Kenapa kau berteriak – teriak didalam kamarku?" Chilla mengusap telinganya seakan teriakan Betty masih berdengung di telinganya.
" Astaga, Chilla. Apa kau tahu betapa khawatirnya aku?! Saat aku datang dan tidak melihatmu di dapur aku sudah panic terlebih saat aku mendengar kau mengingau cukup keras. Aku sudah mencoba untuk memanggilmu dengan lembut tapi kau tidak kunjung bangun." Betty menyugar rambut bob nya dan menarik rambutnya untuk menyalurkan rasa frustasinya.
" Aku mengingau?" Gumam Chilla yang masih dapat didengar oleh Betty. Ingatan Chilla kembali pada mimpi tadi.
Mimpi itu terasa sangat nyata. Gadis itu seperti dirinya, bahkan pria yang selama ini wajahnya buram itu pun sekarang terlihat jelas dan sosok itu menjadi pria bermata abu – abu yang menyelamatkannya beberapa hari yang lalu. Sampai sekarang, Chilla masih penasaran dengan pria misterius itu. Pernah Chilla mengajak Betty untuk kembali ke kota tapi Chilla tidak pernah lagi bertemu dengan nya.
" Chila?!" Panggil Betty dengan suara agak keras tapi tidak berteriak seperti tadi.
" Iya, Aku dengar." Seru Chilla dengan malas melihat tingkah Betty yang menurutnya terlalu berlebihan.
" Chilla, mau kemana lagi kamu?!" Sentak Betty saat melihat Chilla beranjak dari kasurnya dan melangkah menuju kamar mandi.
" Tentu saja bekerja, Betty. Pergi lah, kau sangat berisik." Chilla mengusir Betty dengan gerakan tangan sebelum dengan cepat menutup pintu kamar mandi.
" Chilla!" Chilla terkekeh saat mendengar teriakan dari luar. Ternyata dugaannya benar kalau Betty akan kembali meneriakinya.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
His Lover (Mafia Series)
Romance(18+) Mata itu.. Selalu membius dan menghanyutkan setiap aku menatap kedalamnya. Mata itu.. Selalu memperlihatkan sorot kerinduan yang tidak ku pahami. - Achilla Camile Peterson Private secara acak !! Silahkan difollow terlebih dahulu untuk kenyaman...