04.

1.7K 132 2
                                    


Hi, readers! Mianhe.... Aku baru up lagi. Karena.. Jujur, ff ku yang satu ini, aku harus hati-hati. Jangan sampai salah omong, maka orang yg baca pun akan salah mengerti.

So, thank you...buat kalian yang masih nunggu ffku yg satu ini.

Keep read ya? Jangan lupa vote dan komenannya yang membangun. Aku tunggu.

Enjoy it.....

                             •

                             •



Humaira's pov

Deg

Deg

Deg

Deg...

Bang Zildan?! Itu dia?? Kok bisa dia kemari? Setelah hari itu... Telah bertahun lamanya...

"Bang Zildan?"

Dia tersenyum dan menghampiri sambil melepas topinya.

"Apa kabar, Umma?"
Suaranya masih seperti dulu.

"Maaf, aku pergi saat khitbah berlangsung." katanya.

Aku masih diam. Menunduk.

Flashback

Jam sudah menunjukkan pkl. 13.00 wib. Tapi rombongan dari Jakarta itu belum datang juga. Aku mulai gak enak perasaan. Ada apa ini?

Tiba-tiba Mas Arif datang ke kamarku. Wajahnya pucat pasi.

"Pihak keluarga Zildan membatalkan khitbah, Umma..." kata Mas Arif hati-hati.

Kenapa? Semua bisa dibicarakan dengan baik-baik kan? Kenapa Bang Zildan seperti ini?

Ya, mungkin aku terlalu memaksakan diri. Entahlah. Saat ini aku hanya ingin sendiri dan...menangis!

.

.

.

"Umma..."
Ummi merangkulku. Membelai punggungku seolah menransferkan kekuatan dan kehangatannya.

"Kenapa dia kembali, Mi? Dan berniat menyambung tali yang telah putus? Ah, gak masuk akal. Apa semudah itu untukku?" tangisku.

"Ketika aku telah lupa dan menata ulang hatiku, dia hadir dan memporak porandakan hatiku kembali. Apa maksudnya ,Ummi?"

"Tapi setidaknya, Zildan sudah berniat baik untuk menyambung kembali tali silaturahim dengan keluarga kita." ucap Ummi.

"Silaturahim? Apa keluarganya atau orangtuanya memberikan kita konfirmasi? Nggak, Mi. Saat itu mereka nggak bilang apa-apa atau pun menjelaskan. Gimanapun aku adalah calon menantu mereka, apa mereka menganggapku seperti itu? Nggak, Mi." tandasku berapi.

"Istighfar, Umma."
Aku tersentak. Kugumamkan istighfar. Yaa...astaghfirullohal aziim.

"Mi, kumohon. Aku masih perlu waktu."

Ummi mengangguk dan meninggalkanku dikamar.

Dan aku menyayangkan saat kehadiran Bang Zildan, Taehyung pun ada disana.
Hey! Hummaira, ada apa denganmu? Kau tidak boleh menyukainya apalagi sampai mencintainya.

Kembali airmataku menetes. Ya, dari sekian laki-laki yang kukenal setelah insiden gagalnya pertunanganku, cuma Taehyung yang membuatku berdebar.

Karena tatapan yang nggak kami sengaja waktu itu. Dan itu cuma sepersekian detik. Tapi, subhanalloh! Allohlah sang Maha, yang dapat menciptakan rasa aneh cuma dalam waktu detik.

Sound Of The Atmosphere (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang