•
•
Baru beberapa hari aku di Ittaewon dan menjalani aktifitas kuliahku yang mulai padat.
Hampir empat bulan aku menikah dengan Tae, ternyata. Waktu.Serasa baru kemarin aku masih merasakan feromonnya, wangi shampoonya. Masih ada sisa waktu dua bulan lagi akhir mediasi kami.
Sudahlah Umma...
Kuhempaskan bayangan Tae yang bermain dipelupuk mataku.Ponselku bergetar, kupikir Bang Arif ternyata bukan.. Selama ini selalu ada nomor yang nggak dikenal mengusikku. Kalo kuangkat, orang disebrang sana nggak pernah bersuara.
"Hallo....Assalamu'alaikum...? Yeoboseyo, nuguya?"
Hening....
"Oke, thank you for your calling. I'm busy now."
Tetap nggak ada sahutan. Biarlah. Mungkin seseorang yang disana, merindukanku....
Aku memang sengaja nggak mengganti nomorku. Sepintas lalu kupandangi wallpaper diponselku. Foto kami. Ahh... Walaupun hanya berupa foto, tapi masih sanggup menggetarkan sudut hati."Umma-ya!!"
Aku tercekat ditempatku ketika wajah itu muncul secara tiba-tiba dihadapanku.
"Yeoheeeee!!" serta-merta aku berhambur ke pelukannya. Antara senang dan sedih bertemu kembali dengan Yeohee.
Senang, karena dia sahabatku. Sedih, karena akan selalu mengingatkanku pada Tae. Dan kemungkinan kami akan bertemu.
Kuajak Yeohee ke flatku. Aku memang nggak tinggal di flatku dulu yang dekat pondok. Yeohee tampak bingung. Tapi aku berusaha menutupinya.
"Yak!! Umma! Ada apa ini? Mana Tae?" tanyanya.
"Minumlah dulu, Yeo..."
"Eobso." Yeohee menatapku.
"Untuk sementara kami...break dulu, Yeo."
"Tell me," tuntut Yeo.
Ya, aku memang membutuhkan seseorang saat ini. Yeohee tampaknya tepat untuk kujadikan teman bicara dan diskusi.
"Arasseo, akan kuceritakan dari awal...."
>>> Skip
Taehyung's pov
Entah berapa kali aku mengganti posisi tidurku. Kadang berguling-guling tanpa arah. Sesekali menatap ponsel, siapa tau Umma mengirim pesan. Tapi nggak ada satupun. Kubuang nafas, kujambak rambutku yang mulai gondrong.
"Umma-ya!!" erangku.
"Aish! Kau berisik sekali Tae! Ada apa?" eomma tiba-tiba masuk kamar.
Aku diam. Menunduk. Menumpukan wajahku pada tumpukan bantal.
"Kenapa nggak kuliah? Jangan sampai bikin malu eomma, kamu harus kuliah! Selesaikan apa yang sudah kau mulai. Oya, percepat urusan surat-surat ceraimu. Agar tak ada gugatan nantinya," kata eomma yang hanya kutanggapi bagai angin lalu.
"Tae..."
"Ne,"
Aku merentangkan tubuh diatas kasur. Membayang wajah Umma di langit-langit kamarku. Sejak kepergiannya, sungguh hidup dan hatiku nggak tenang. Gelisah terus. Sering bermimpi buruk.
Hingga berimbas pada aktifitas sehari-hari. Aku malas melakukan apapun. Kerjaku hanya berkutat dikamar, main PS. Bahkan aku sudah lama nggak menjalankan kewajibanku. Sholat!

KAMU SEDANG MEMBACA
Sound Of The Atmosphere (End)
FanfictionDRAP. DRAP. DRAP... Langkah gadis itu setengah berlari kini, karena langkah yang mengikutinya pun semakin mendekat. Kakinya yang kini tanpa alas apapun, dan menahan pedih di kakinya sejak tadi...gak menyurutkan langkahnya untuk mencari perlindungan...