**
**
Flashback
Entah berapa puluh orang yang berada disana. Kesemuanya perempuan. Ahh...sepertinya dari negara-negara Asia. Aku mengedarkan pandangan, berontakpun percuma. Kami dikelilingi bodyguard yang badannya besar, berotot, ihhh....membuatku bergidik.
Lalu kami digiring dan dimasukkan ke beberapa kamar. Tasku pun entah raib kemana. Ya Alloh...tolong hamba-Mu ini.
"Jangan ada yang berulah!" sentak seorang bodyguard.
Kami bersepuluh, tapi tetap ciut menghadapi bodyguard macam begitu. Seorang gadis menangis tergugu disudut dinding dekat lemari. Aku menghampirinya.
"Kamu...dari mana? Kenapa bisa sampai disini?" tanyaku.
Dia mendongak, masih menangis.
"Kamu dari Indonesia? Where are you come from?" ulangku.
"I'm come from China,"
" Thailand,"
Jadi yang berasal dari Indonesia cuma aku. Yang lainnya dari Filipina dan Korea, kebanyakan dari China. Lalu kami saling berbicara dengan bahasa seadanya.
"Kita mau dijual, biasanya ke luar negeri, kalo nggak ya dipekerjakan jadi pelacur di club punya mereka." cerita salah satu dari mereka.
"Pelacur? Astagfirullohal adziim... Dari mana kamu tau?"
"Yaa, aku sudah seminggu disini." sahutnya. Pandangan matanya kuyu.
"Seminggu?"
Dia mengangguk,"Mereka akan memaksa kita melayani pria-pria hidung belang."
"Kalo kita menolak, kita disiksa. Bahkan ada yang diperkosa duluan. Hiks..." lanjutnya.
"Ya Alloh..." kurangkul gadis itu. Dan diapun menangis dipelukanku.
"Keluarkan kita eoni," lirihnya.
"Ya, ya...kita akan segera keluar. Allohumma yasiru wa laa tu asiir..."
Aku bertasbih dan berdzikir terus menerus. Berharap Alloh memberi pertolongan-Nya melalui tangan-tangan kebaikan-Nya.
Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan sosok cebol. Ya, laki-laki itu yang kutemui dikantor bersama Femmy. Cih!
Dia menyeringai, menatapku.
"Dia, dia...emh dia. Bawa ke ruangan biasa," katanya, dengan bahasa Canton. Alhamdulillah, aku bisa ngerti sedikit bahasanya.
Tiga gadis itu dibawa keluar. Dibawa kemana mereka? Ya Alloh...lindungi kami, lindungi juga mereka.
"Eoni...aku takut," ucap gadis yang dari tadi menangis.
Kuelus punggungnya, sekedar mengusir ketakutannya.
"Kita harus saling menguatkan ya? Dalam keadaan begini kita jangan terlihat lemah." kataku.
Semua berkumpul dan duduk menyudut didekatku. Malam terasa panjang. Karena semua dalam keadaan darurat, aku cukup bertayamum. Sebelumnya kuajak sholat para wanita itu, siapa tau diantara mereka ada muslimah. Ternyata nggak ada.
Lalu aku sholat Isya dan Hajat. Kupasrahkan segalanya pada Alloh Ta'ala. DIA-lah pemilik hati, pemilik semesta, yang Maha Segalanya. Aku bukan saja berdoa mohon pertolongan untukku seorang tapi kami semua. Kupanjatkan agar kami semua selamat. Itu doaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sound Of The Atmosphere (End)
FanfictionDRAP. DRAP. DRAP... Langkah gadis itu setengah berlari kini, karena langkah yang mengikutinya pun semakin mendekat. Kakinya yang kini tanpa alas apapun, dan menahan pedih di kakinya sejak tadi...gak menyurutkan langkahnya untuk mencari perlindungan...