"Le Ndhuk, ra kroso wes ganti taon yo." kata bunda Paijem. (Le Ndhuk, gak terasa sudah ganti tahun ya)
"Iya ni bun. Muri pengen deh di taun ini, Muri bisa banggain Ayah Bunda. Doain Muri biar bisa lolos tahap interview ya. Biar Muri gak begitu merepotkan buat biaya sekolah. Kan disana diajarkan mandiri kalo ada event harus usaha sendiri bukan minta orang tua masing-masing."
"Iyo Ndhuk. Bunda doake kowe lulus tes. Men iso koyo masmu. Sinau mandiri Ndhuk. Bunda seneng nek kowe ketompo. Sekolah kui didik temenan. Ra gur waton." nasihat Bunda Paijem. (Iya Ndhuk. Bunda doakan kamu lolos tes. Biar bisa seperti kakakmu. Bunda senang kalau kamu diterima. Sekolah itu mendidik serius. Tidak sembarangan)
"Bun, Ndhuk. Kok ming wong loro? Lha Kuri eneng endi?" tanya ayah Paijo mengabsen anggota keluarganya. (Bun, Ndhuk. Kok cuma dua orang? Lah Kuri ada dimana?)
"Tau tu yah. Ngebo dari kemarin. Heran Muri. Betah amat belum bangun sore gini."
"Tangekno masmu Ndhuk. Wayahe ngeteh sore. Kumpul keluwargo." perintah Ayah Paijo. (Bangunin kakak
mu Ndhuk. Waktunya ngeteh sore. Kumpul keluarga)"Iya yah."
Muri meninggalkan ruang keluarga menuju 'sarang' masnya si Kuri. Aneh bagi Muri. Kakaknya tidur dari kemarin malam sampai sore begini belum bangun juga. Warbiasah. Kebo aja kalah dengan kakaknya ini.
Tok tok tok.
"Oiii Kur... Bangun lo!" tidak ada jawaban.
"Kur.... Kuripan. Buka gak! Buka atau gue dobrak pintu kamar lo..." masih tidak ada jawaban.
"Gue hitung sampai tiga. Jangan salahin gue pintu lo rusak. Satu...
dua..tiga....."Braaakk. Bugh
"Auwww... Sakit. Sial ternyata gak dikunci. Tau gitu langsung buka aja."
"Ampun deh si Kuri. Kamar udah kayak kena tsunami. Porak poranda."
"Ouy Kur. Bangun! Mo sampe kapan lo ngebo. Lo ngebo apa pingsan sih Kur? Woy Kur bangun!!!!!!!" Masih tidak bergerak.
"Jangan-jangan sakit ni orang. Cek kening dulu panas pa gak."
Diletakkan tangannya di kening masnya.
"Gak panas kok."
"Lo ngapain sih Mur. Gangguin gue tidur." jawab Kuri. Matanya masih terpejam.
"Bangun juga beruang kutub ini. Lo ditungguin ayah bunda noh di bawah. Ngapain sih lo jam segini masih aja ngerem di kamar?"
"Gue ngantuk ogeb. Kemarin pada nyalain petasan ganggu tidur gue."
"Yaelah. Namanya juga taon baru. Wajar lah pada nyalain."
"Berisik tau gak. Ganggu tidur gue. Gak tau apa gue lagi mikirin gerakan buat tugas gue. Semua imajinasi gue buyar. Gak bisa tidur gara-gara kepikiran." Keluh Kuri.
"Emang tugasnya berat banget ya Kur?" tanya Muri penasaran.
"Kalo lo masuk ke perfomer school, lo harus siap ngerjain tugas kaya gue. Ditambah lo harus putar otak nyari dana buat biayain performer lo. Lo kira gampang apa cari donatur kaya gituan. Kalo performer lo gak bagus, siap-siap aja bakal turun kelas. Dari kelas senior jadi mulai dari awal lagi."
"Kok horor ya gue dengernya."
"Makanya gue tanya sama lo. Lo serius gak masuk sekolah ini. Karena disini yang dinilai bukan seberapa berbakatnya lo. Tapi seberapa usaha yang lo lakuin biar bisa. "
"Gue emang belum jago-jago amat. Tapi gue bakal usaha lebih keras lagi kalo gue diterima jadi salah satu murid disana. Tungguin gue."
"Terserah lo. Gue udah ingetin. Udah sana lo. Gue mau mandi. Bentar lagi gue juga turun ketemu ayah bunda. Udah waktunya kumpul kelurga. Tea time bareng. Syuuu syuuuu!!!!"
"Dasar Kuripan."
"APA LO BILANG?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Jomblo Baper
HumorJangan berharap kisah cinta melow, romantis atau mengharu biru. Ini hanya cerita tentang kehidupan sehari-hari sepasang adek kakak jomblo. "............Kenapa sih yang ganteng kalo gak belok ya dah punya pacar. Gimana nasib gue yang pas-pasan? Sedi...