DJB#19

11 0 0
                                    

"Ingat! Dengarkan musiknya. Rasakan. Dan mulai lah bergerak seirama dengan musik. Jangan dihafal. Tapi ikuti irama musik. Maka kalian akan bergerak mengikuti setiap nadanya." petuah panjang dari Ryukuri.

"Ehm."

"Oke."

"Oke. Gue bakal play. Dengarkan. Satu..... Duaaa... Tiga... "

Dan mengalunlah instrumen musik yang indah. Mereka berdua, Jack dan Muri mulai bergerak. Mendengarkan dan memahami gerakan apa selanjutnya.

Gerakan merek mulai selaras. Sangat serasi. Meski masih perlu perbaikan. Tapi tiap latihan sudah mulai menunjukkan perkembangan yang baik.

Mungkin karena sering bertemu dan latihan bersama. Chemistry keduanya mulai terbentuk. Walau masih minus ngomong. Hihihi.

Terkadang, kita lupa. Bahwa tatapan mata mengandung ribuan kata. Daripada sekedar lisan yang sudah terucap. Belum tentu benar. Dan yang pasti tak mengandung sesuatu yang menggetarkan jiwa.

Seperti saat ini. Jantung Muri seperti mau copot saking terpesona dengan wajah tampan Jack.

Diliat dari jarak sedeket ini, kok gue baru sadar ya, Jack ganteng banget. Duh jantung jangan deg degan. Entar konsentrasi gue buyar. Sadar Muri. Sadar. Fokus sama latihan. Fighting!!!!!!!!!!!!!!!!!!

"WOY.....MUR!!! Konsen lo! Udah bagus-bagus di awal. Akhir-akhir buyar. Mikirin apa sih lo???" semprot Kuri galak.

Mikirin cogan depan mata gue lah Kuri.

"Haus Kur." dan hanya balasan bodoh yang Muri ucapkan.

"Hem."

"Wes rampung sing latihan urung?" tiba-tiba bunda Paijem muncul di kamar Kuri.(udah selesai yang latihan belum?)

"Belum bun. Nih anak gadis bunda yang bikin kacau latihan." adu Kuri pada bundanya.

"Kok lo nyalahin gue Kur?" protes Muri.

"Terus gue salahin siapa? Jack? Jelas-jelas lo yang salah."

"Wes to Le Ndhuk. Malah padu dewe. Iki bunda gawe jus. Ben semangat sing latihan. Le Jack sing semangat yo latihanne. Ojo gumun Muri karo Kuri wes biasa padu." (sudah ya Le Ndhuk. Malah bertengkar sendiri. Ini bunda bikin jus. Biar semangat yang latihan. Le Jack yang semangat ya latihannya. Jangan heran Muri sama Kuri sudah biasa bertengkar)

Dan yang disebut namanya hanya mengerutkan alis. Bingung. Bunda kakak beradik ini ngomong apa.

"Makasih bunda." jawab kompak kakak adik ini.

"Bunda lo ngomong apa?"

Dan keduanya melongo mendengar 4 kata yang keluar dari mulut seorang Jack. Yang biasanya hanya 'ehm'. Ini ada kemajuan. 4 kata. Warbiyasah. Super sekali.

"Lo bisa ngomong agak panjang juga?"

"Ehm."

Tuh kan balik lagi ke model lamanya. Bener-bener.

"Bunda bilang kamu yang semangat latihannya. Terus jangan heran ma kita. Udah biasa ribut."

"Le Jack itu apa? Nama gue Jack White. Bukan Le Jack."

Warbiyasah. 11 kata. Lebih panjang dari tadi. Lumayan si kutub ini. Ini kalimat terpanjang. Mungkin saat ini. Entah nanti sore.

"Le itu bukan nama. Di Jawa itu adalah sapaan khas buat anak laki-laki. Sedang Ndhuk untuk perempuan."

"Ehm."

Nyesel gue muji. Batin Muri.

"Yaudah. Kita minum dulu. Kasihan bunda udah bikinin malah gak diminum. Habis itu lanjut."

"Ehm."

Mereka menghabiskan jus dan setelah beristirahat sejenak, mulai melanjutkan. Memang belum deadline. Tapi mereka berdua harus bisa luwes dalam gerakan.

Diary Jomblo BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang