Page 7

1.7K 267 14
                                    

"I would like to have one caesar salad, one green pasta and one orange juice, please." pesan Irene sambil memberikan buku menu pada Sheryl. Mereka keluar bersama untuk mencari makan siang.

Sheryl menerima daftar menu dari tangan Irene lalu membuka-buka setiap halamannya melihat menu yang menarik untuknya, "Mas Hexa saja dulu yang pesan. Aku masih milih ini, bingung." ujar Sheryl pada laki-laki yang duduk di sebelahnya.

"Hmm, one turkey sandwich and one americano, please." pesan Hexa—nama lelaki itu—singkat.

"Hot or cold?" tanya si pelayan pada Hexa sambil mencatat pesanannya.

"Cold one, please. Your turn, Ryl."

Sheryl masih membuka-buka daftar menu ketika tiba gilirannya, "I would like to have one chicken soup and one salmon steak with olive, please." Lalu ia membalik ke daftar menu minuman, "and one orange juice, same as her."

Si pelayan manggut-manggut mengerti sambil menulis pesanan ketiganya. "Okay, let me repeat once more, then. One caesar salad, one chicken soup, one green pasta, one salmon steak with olive, one turkey sandwich, one cold americano and two orange juice. Is that right?" tanyanya memastikan. Setelah ketiganya membenarkan pertanyaan si pelayan, pelayan itu pun berlalu meninggalkan mereka.

Irene dan Sheryl asik membahas kegiatan yang akan mereka kerjakan besok. Kebetulan Irene adalah ketua tim proyek kali ini dan Sheryl selaku asisten Irene turut andil membantu menyusun apa saja yang harus dilakukan dan yang harus disusun ulang dalam kegiatan mereka. Sementara Hexa—nama laki-laki yang bersama dengan kedua perempuan itu—asik membersihkan kameranya.

Hexa Sagittarius Pratama adalah salah satu fotografer yang bekerja di majalah yang sama dengan Irene dan Sheryl bernaung. Hexa dikenal dengan kepribadian yang cuek dan dingin. Bahkan rekan kerja di kantornya saja takut dan segan untuk mendekatinya.

Sifatnya agak berubah ketika Sheryl bergabung dengan majalah mereka. Ia mulai sedikit terbuka dan berbicara pada orang lain, khususnya Sheryl. Sebenarnya Sheryl sendiri yang mengajaknya bicara duluan. Sejak saat itu Hexa baru mulai memerhatikan dan berbaur dengan sekitarnya.

Saat mendengar tim Irene kekurangan orang saat akan melaksanakan proyek laporan mengenai peragaan busana di London ini, Hexa sendiri yang 'dengan ajaibnya' mengajukan dirinya untuk bergabung dengan tim. Sheryl dan anggota tim lainnya hanya terdiam takjub dengan sikap Hexa yang berubah tiba-tiba, tapi merasa bersyukur karena tim Irene akhirnya memiliki orang dan bantuan yang cukup.

Lelaki itu meletakan kameranya yang sudah ia bersihkan dengan hati-hati di atas meja lalu bangkit dari tempat duduknya. Sheryl mengangkat kepalanya menatap Hexa. "Mau kemana, Mas?"

"Toilet sebentar." jawabnya singkat lalu pergi meninggalkan kedua perempuan itu.

Irene mendekatkan diri lalu berbisik di telinga Sheryl, "Ryl, kamu tau gak sih rumor yang lagi beredar di kantor kalau Hexa lagi naksir seseorang?" tanyanya.

Sheryl menggeleng, "Oh, iya? Nggak, Mbak. Aku malah baru tau ini dari Mbak. Siapa memangnya, Mbak?" tanya Sheryl penasaran.

Irene tersenyum misterius lalu menunjuk wajah Sheryl, "Kamu."

Sheryl menunjukan ekspresi bingung lalu ikut menunjuk dirinya sendiri. "Lho? Aku? Ah, mana mungkin, Mbak." Ia tertawa ringan menepis kabar yang baru saja ia dengar mengenai Hexa yang menyukainya.

"Aku serius, lho. Hexa tuh udah terkenal macam patung es di kantor. Saking dingin dan susah di dekatin, jarang ada orang yang mau kerja sama dengan dia. Padahal sebenarnya tiap aku ajak ngomong Hexa orang yang baik, kok. Cuma ya gitu," ujar Irene menggantung.

The GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang