Aiden kembali menatap jam yang melingkar di tangannya. Sudah 45 menit ia menunggu di depan arrival gate menunggu kedatangan Stephen. Setelah satu minggu Stephen melakukan perjalanan liburan ke London akhirnya pria itu memutuskan kembali ke tanah air.
Setelah menunggu sekitar 10 menit lagi, sosok Stephen terlihat berjalan keluar sambil mendorong trolly berisi koper-kopernya lalu berhenti berjalan mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. Kepalanya berputar ke segala arah mencari seseorang. Aiden melambaikan tangan ke arah Stephen. Stephen yang melihatnya membalas lambaian tangannya lalu menghampiri Aiden yang juga berjalan menghampirinya.
"Welcome home, bro!" sapa Aiden sambil memeluk Stephen. Stephen balas memeluknya.
"Bukan 'welcome home' ini hahaha. Welcome to the reality, sih, iya. Finally, I'm home." cibir Stephen.
Aiden mengambil alih trolly barang milik Stephen lalu keduanya pun pergi menuju parkiran. "It's been a week gue gak lihat wajah lo. Balik liburan kayaknya senang amat. Ada kejadian apa selama di sana?"
Stephen sedikit terkejut mendengar ucapan Aiden. Managernya ini selalu tahu apa yang terjadi kepadanya meskipun ia mencoba menyembunyikannya sebaik mungkin. Ia berdehem mencoba menghilangkan rasa gugupnya.
"Gak kenapa-napa, kok. Akhirnya gue bisa liburan setelah sekian lama, itu saja, sih." jawabnya asal. Aiden memicingkan matanya curiga.
"Basi alasan lo."
Stephen tersedak mendengar ucapan Aiden. "Lha? Memang benar, Koh. Gak ada kejadian apa-apa juga. Cuma ada satu hal sih, yang menarik perhatian gue."
Aiden menoleh menatap Stephen dengan acuh. Diam-diam ia sebenarnya tertarik dengan cerita Stephen. "Kenapa?" tanyanya dengan gaya cuek seperti biasa.
"Jadi gini, ini sebenarnya kejadian yang gak disangka-sangka, sih..." ucap Stephen menggantung memulai ceritanya.
"Apaan, sih? Buruan cerita jangan buat gue penasaran gini deh." protes Aiden.
Stephen menyunggingkan cengiran jahilnya seperti biasa. Lalu dengan gerakan cepat mengambil kunci mobil di saku belakang celana Aiden. Aiden yang terkejut hanya bisa menatap pria bertubuh tinggi itu dengan pandangan tidak percaya.
"Pertama-tama gue laper. Jadi sebaiknya kita ngobrol-ngobrol santai sambil makan, hmm?" Stephen merajuk sambil menggaetkan kedua tangannya ke lengan Aiden.
"Auw, jijik gue kalau lo udah mulai kayak gitu," Aiden melepaskan tangan Stephen dari lengannya. "Ya sudah, buruan naik. Kita cari tempat makan. Janji lo mesti cerita yang bener sama gue." ancamnya.
Stephen tersenyum lebar. Ia tahu ia menang dari Aiden. Ia mengangguk antusias lalu masuk ke dalam mobil. Setelah Aiden selesai memasukan barang-barang milik Stephen ke dalam bagasi, mobil pun melaju meninggalkan bandara.
●
"Jadi gini, gue ketemu orang. Gak sengaja, sih, sebenarnya. Gue ketemu orang ini di pesawat pertama kali. Jadi..."
Aiden memotong ucapan Stephen, "Orang ini cewek apa cowok?"
Stephen memutar bola matanya lalu berdecak kesal, "Biar gue cerita dulu, kenapa? Lo main motong omongan gue aja, Koh."
Aiden mengangguk-angguk tak peduli sambil menyeruput ramennya. Stephen menghela nafas lalu memulai kembali ceritanya.
"Gue lupa mau cerita apa kan jadinya..." Stephen menggeram pelan. Lelaki itu kembali memakan makanannya. Sedetik kemudian, ia tiba-tiba teringat apa yang akan ia ucapkan. "Ah, jadi ceritanya gue ketemu orang ini. Dia cewek. Dan pertemuan kita ini bener-bener gak sengaja. Tapi gue baru pertama kali ini ketemu cewek menarik perhatian gue banget." lanjutnya sambil tersenyum tanpa ia sadari.
"Terus? Lo suka sama dia? Orang mana? Bule?" tanya Aiden tanpa jeda.
"Bukan, dia bukan orang sana. Dia penumpang yang sama di pesawat yang gue naiki. Dan kebetulan gue duduk sebelahan dan tinggal di hotel yang sama dengan dia. Gue gak bisa memutuskan gue suka sama dia. Karena gue baru ketemu dia dua kali. Tapi cewek itu.... pfftt..." Stephen terbahak membayangkan kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu di London.
"Kenapa? Dia kenapa?"
Stephen menggendikan bahu lalu kembali memasukan sepotong katsu ke dalam mulutnya, "Ya, dia beda saja dengan perempuan-perempuan lain. Itu aja, sih, yang menurut gue menarik dari dia."
Aiden kembali memicingkan matanya curiga menatap Stephen, "Lo mulai naksir dia." ujarnya telak tanpa titik ataupun koma.
Stephen kembali memamerkan cengirannya tanpa membalas ucapan Aiden. Ia tidak bisa, bukan, ia belum bisa memutuskan apakah ia menyukai gadis itu atau tidak. Pertemuan mereka hanya singkat seperti itu tanpa ada janji untuk pertemuan lainnya. Ditambah ada hal yang membuatnya takut untuk mendekati seseorang.
Ya, ia masih trauma menghadapi skandal-skandal yang pernah ia lalui sebelumnya. Dan ia tidak mau itu terulang kembali. Ia belum siap untuk segala sesuatunya.
Tetapi bertemu dengan Sheryl, meskipun baru hanya beberapa kali secara dan itu pun secara tidak sengaja, membuatnya ingin mengetahui gadis itu lebih lanjut lagi. Belum pernah ada gadis semisterius Sheryl yang membuatnya benar-benar penasaran seperti saat ini. Apakah benar itu takdirnya bertemu dengan gadis itu? Atau hanya pertemuan sekilas seperti yang ia pikirkan?
- continue -
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gravity
Fanfiction(COMPLETED) grav·i·ty noun 1. The force that attracts a body toward the center of the earth, or toward any other physical body having mass. For most purposes Newton's laws of gravity apply, with minor modifications to take the general theory of rela...