Page 8

1.5K 248 1
                                    

Pandangan lelaki itu tidak lepas memerhatikan sebuah kartu nama di tangannya sedari tadi. Kartu nama yang ia dapat dari seorang gadis beberapa hari lalu karena sebuah kejadian memalukan yang menimpanya. Lelaki itu tersenyum jika mengingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu itu.

Sheryl Nathania Tan, nama yang tertulis di kartu nama tersebut. Nama yang terdengar misterius sama seperti pemiliknya. Gadis yang tiba-tiba datang ke dalam hidup Stephen. Tidak biasanya ia penasaran pada seseorang. Tetapi gadis ini berbeda. Semakin Stephen memerhatikan, semakin gadis itu sulit ditebak olehnya.

Ponsel Stephen berdering. Lelaki itu langsung menggeser tanda terima panggilan ketika melihat nama Aiden tertera di layarnya.

"Halo, Koh?" sapa Stephen.

"Udah gue transfer ke rekening lo buat keperluan lo selama di sana. Balik dari London cepat beresin masalah kartu kredit lo sama bank. Lo kok bisa sampai bermasalah gitu, sih? Gak lo periksa dulu apa gimana?" cecar Aiden tanpa basa-basi.

Stephen nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. " Hehe, thankyou so much! You are the best, Koh Aiden! Ya, sorry, Koh. Lo kan tahu gue orangnya kurang telitian."

Terdengar Aiden menghela nafas dari ujung sambungan sana. "Salah gue ini. Salah gue terlalu over protektif sama lo dan gak pernah ngebiarin elo ngerjain segala sesuatu sendiri." Stephen terkekeh malu. "Terus lo juga katanya make uang orang pas kejadian kemarin itu, ya, kan? Nah, lo gimana ngegantiin dianya? Lo kenal dimana sama orang itu? Awas dia manfaatin lo karena dia tau lo orang terkenal!" lanjut Aiden panik.

"Tenang, tenang, Koh. Tarik nafas dulu coba. Biar gue coba jelasin ke elo." Stephen menyimpan kembali kartu nama yang sedari tadi ia pegang ke dalam dompetnya. "Jadi, gue ketemu cewek ini pas gak sengaja tempat duduk kita sebelahan, gitu. Dia duduk di sebelah gue. Kira gue gak bakalan ketemu lagi, lagian. Taunya gue gak sengaja liat dia di lobby hotel yang sama tempat gue nginep. Dan ketemu lagi pas makan siang di restoran yang sama. Karena pas waktu gue mau bayar, ternyata credit card gue bermasalah dan gak ada duit yang bener karena gue lupa nuker ke money changer, doi yang gak sengaja lihat kejadian itu, jadi ikut terlibat. Doi berbaik hati minjemin dulu uangnya. Dan gue ya tetep saja gak enak minjem duit orang gak dikenal, ya kan?" jelas Stephen panjang lebar.

"Jadi lo sekarang mau gimana?" tanya Aiden lagi dari seberang sana.

Stephen menggendikan bahu, "Ya, udah jelas. Harus gue ganti uangnya, kan?"

"Bukan gitu maksud gue. Lo sudah tahu bagaimana harus balikin duitnya ke orang itu?"

Stephen mengangguk meskipun ia tahu Aiden tidak akan mungkin melihatnya. "Dia ngasih kartu namanya ke gue. Dia juga ngasih tahu dimana dia tinggal selama di sini dan namanya. Jadi gue tinggal hubungi dia buat hubungi ini."

"Lo tau latar belakang orang itu, kan? Semua tentang dia lo tahu, kan?" suara Aiden terdengar khawatir. Atau lebih tepatnya curiga.

Stephen memutar bola matanya. Kebiasaan buruk managernya tidak bisa memercayai seseorang. Maklum saja, Stephen sering terkena skandal karena ulah orang-orang yang memanfaatkan popularitasnya maka dari itu ia berubah menjadi sangat over protektif pada artisnya.

"Namanya Sheryl. Dia kerja di salah satu majalah fashion di Jakarta. Jabatannya masih asisten editor. Hal lainnya gue gak tahu dan gak mau tau karena itu privasi dia. Gue sama dia urusannya cuma masalah utang piutang doang gak lebih. Please tell your brain to stop worrying me, I'm adult enough." keluh Stephen.

Aiden tertawa lepas. Setidaknya itu menandakan Aiden mulai percaya dengan ucapan Stephen.

"Oke, oke, gue paham. Kapan lo mau hubungi dia? Cepat bereskan urusan lo sama dia, ya? Gue pingin lo liburan benar-benar dan tetap berhati-hati. Kita gak tau kalau paparazzi itu bisa bergerak diam-diam tanpa sepengetahuan kita. Lo juga jaga diri selama di sana. Kalau ada apa-apa cepet hubungi gue juga." Aiden mengingatkan Stephen seperti ayah kepada anaknya.

Stephen tertawa, "Siap, Bos. Tenang saja. Gue gak akan membuat ulah selama liburan ini. Gue tutup dulu, ya? Gue mau hubungi dulu Mbaknya buat beresin masalah secepatnya. Bye! See you next week, Koh!" ujar Stephen sambil memutus sambungan telepon.

Lelaki itu lalu menggeser layar ponselnya mencari nomor Sheryl. Ia sudah memasukan nomor gadis itu ke dalam daftar kontaknya. Setelah ia menemukan nomor kontaknya, ia menekan tombol panggilan lalu menghubungi Sheryl. Setelah tiga kali terdengar nada sambung, tidak lama kemudian panggilan darinya di angkat oleh lawan bicara di seberang sana.

"Halo? Ini betul dengan Mbak Sheryl?"

- continue -

●●●

The GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang