Page 32

1K 144 4
                                    

'Cause you only need the light when it's burning low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go

Let Her Go - Passenger

●●●

Stephen merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Setelah seharian penuh disibukan dengan jadwalnya yang padat pada akhirnya lelaki itu bisa beristirahat melemaskan otot-ototnya.

Kepalanya menoleh ke arah jam yang menempel di dinding kamarnya. Jam sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari. Suasana rumah benar-benar hening. Semua anggota keluarga lelaki itu sudah berada di alam mimpi. Meskipun badan terasa lelah, tetapi Stephen belum merasakan kantuk sama sekali.

Akhir-akhir ini jadwal Stephen lebih padat dari biasanya. Terkadang ada jadwal dari pagi sampai pagi berikutnya. Bahkan tak jarang dia tidak pulang ke rumah karena aktivitas dan jadwalnya sangat menyita waktu lelaki itu.

Dan Stephen sangat membenci berada di satu tempat terlalu lama juga akhir-akhir ini. Bukan, ia bukan membenci rumah atau keluarganya sama sekali. Ia tidak ada masalah dengan keluarganya sama sekali. Hanya saja jika ia terlalu lama diam di satu tempat pikirannya akan kembali memikirkan sesuatu yang sama sekali lelaki itu mencoba lupakan.

Sudah tiga bulan pasca hubungannya kandas dengan Sheryl dan dalam tiga bulan terakhir itu juga Stephen mencoba untuk bangkit dan melupakan gadis itu. Berbagai kesibukan ia lakoni hanya untuk tidak mengingat sosok Sheryl.

Tapi kenyataan lain dari apa yang dipikirkan.

Sekeras apapun Stephen mencoba melupakan gadis itu semakin keras juga ingatan tentang seorang Sheryl. Sheryl yang selalu mengerti kesibukannya, Sheryl yang tidak pernah menuntut, Sheryl yang selalu tersenyum atau tertawa dengan lelucon garing yang Stephen lontarkan. Sejarang apapun mereka bertemu--bahkan berkomunikasi saja terkadang sulit--Sheryl tidak pernah mengeluh satu kali pun. Ia benar-benar gadis yang paling baik yang Stephen pernah temui.

Stephen menutupi wajah dengan salah satu lengannya. Lelaki itu mencoba memejamkan mata tetapi terasa sulit. Badannya sudah terasa relaks tapi pikirannya masih menerawang kemana-mana. Memerlukan usaha lebih banyak untuk mengistirahatkan pikirannya.

Bagaimana tidak? Ya, Sheryl menjadi alasan utama lelaki itu sulit berkonsentrasi akhir-akhir ini. Kemana pun lelaki itu pergi, kegiatan apa pun yang Stephen lakukan, Sheryl tidak pernah lepas dari pikirannya. Seolah-olah diingatkan bahwa keputusan yang ia lakukan itu bukan keputusan yang benar, bahwa lelaki itu terlalu terburu-buru memutuskan mengakhiri hubungan.

Stephen menghela nafas, menatap langit-langit kamarnya. Kenangan bersama gadis itu kembali berputar di kepalanya.

Apa keputusan yang Stephen lakukan itu benar? Apa benar ini yang dia inginkan? Berpisah dari Sheryl, apa benar berjauhan dari gadis itu bisa menumbuhkan ketenangan bagi Stephen?

Stephen melemparkan bantal ke salah satu sudut kamarnya. Pikirannya benar-benar kacau. Pasca hubungannya kandas benar-benar menyita konsentrasinya. Dan lambat laun mempengaruhi dirinya.

Ini tidak baik. Ia tidak boleh begini. Stephen harus kembali sadar.

Irene memerhatikan gerak-gerik Sheryl dari meja kerjanya. Cara kerja gadis itu terlihat seperti robot, tidak ada jeda sama sekali. Terkadang Irene mendapati gadis itu tetap bekerja di saat jam istirahat.

Dan cara kerja gadis itu sudah berlangsung selama 3 bulan terakhir ini. Entah apa yang merasuki gadis itu. Irene khawatir jika Sheryl terlalu memaksakan dirinya bekerja dengan ritme yang sama secara terus menerus, cepat atau lambat gadis itu akan jatuh sakit.

The GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang