"WHAT!!!?? Apa kamu bilang tadi? Dia confess ke kamu?!"
Ekspresi Stephen terlihat sangat shock mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Sheryl. Sheryl pasti sedang bercanda dengannya!
Gadis itu tak kalah terkejutnya mendengar suara Stephen yang tiba-tiba meninggi. Dengan ragu ia menganggukan kepala mengiyakan pertanyaan Stephen.
Nyatanya tebakan Stephen salah. Lelaki itu kira ia salah mendengar ucapan kekasihnya. Namun apa yang ia dapatkan Sheryl membenarkan pernyataan tersebut, bahwa lelaki bernama Hexa itu diam-diam mendekati Sheryl.
Stephen sudah menduga bahwa lelaki yang Sheryl bilang sebagai 'rekan kerja' itu menaruh perasaan pada gadisnya, tapi selalu Sheryl tampik setiap peringatan Stephen karena ia merasa bahwa hubungannya dengan Hexa tidak lebih dari hanya sebatas teman kerja. Feeling Stephen tidak mengatakan seperti itu. Dilihat dari gelagat Hexa, lelaki itu dapat menarik kesimpulan bahwa dia menyukai kekasihnya.
Keduanya terdiam tak ada yang membuka suara satu pun. Stephen berbalik, berjalan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat ia menjemput Sheryl. Sheryl mengikuti Stephen yang berjalan di depannya tanpa suara. Gadis itu terlalu takut untuk membuka suara saat ini. Ia dapat merasakan bahwa kekasihnya itu marah kepadanya. Maka dari itu ia lebih memilih diam dan menuruti Stephen yang tak bergeming tidak seperti biasanya.
Di perjalanan pun Stephen tetap bergeming, tak menghiraukan Sheryl yang duduk di sebelahnya. Pandangannya lurus memerhatikan jalan. Sheryl dapat merasakan kekesalan Stephen dari cara dia menyetir mobilnya. Tidak seperti biasanya yang berhati-hati, malam ini Stephen memacu mobilnya lebih cepat dari biasanya.
Sheryl memerhatikan jalanan dengan ngeri. Ia menatap Stephen dengan getir. Ingin ia mengingatkan lelaki itu tetapi dirinya terlalu takut untuk sekedar memanggil nama Stephen.
Tidak memakan waktu lama Sheryl menyadari bahwa ia sudah tiba di daerah dekat dengan tempat tinggalnya. Hati-hati ia menghembuskan nafas lega. Dalam hati ia bersyukur Tuhan masih memberikannya kesempatan hidup. Perjalanan dengan Stephen malam ini benar-benar memacu jantungnya.
Baru setelah Sheryl merasa lebih tenang ia pelan-pelan mencoba memanggil nama Stephen.
"Steph-"
Baru saja ia hendak memanggil nama lelaki itu, Stephen memotong ucapan Sheryl. Akhirnya setelah beberapa waktu mendiamkan Sheryl lelaki itu membuka suara juga.
"Kamu kok gak cerita sama aku dia ada nembak kamu, Yang?" Nada suara Stephen terdengar kecewa.
Mendengar suara Stephen, Sheryl langsung membungkam mulutnya, tidak berani mengeluarkan sedikit suara pun. Bahkan tanpa ia sadari ia menahan nafasnya.
"Ma... maaf. Bu-bukan mak-"
"Aku pikir ketika kamu bilang gak ada masalah itu benar. Makanya aku percaya sama kamu dan gak ngusik kamu lagi meskipun aku punya firasat kamu kena masalah. Nyatanya benar firasat aku yang bilang kalau kamu kena masalah." Stephen menatap Sheryl dengan tatapan yang tak biasanya.
Gadis itu menundukan wajahnya, tak berani menatap kekasihnya. Dapat ia lihat raut wajah Stephen yang terlihat menahan emosi.
"Aku... bu-bukannya aku gak mau cerita. Ta-tapi..."
"Tapi apa?! Apa yang bikin kamu gak mau cerita sama aku? Kamu gak percaya sama aku atau gimana, Yang?!" Lelaki itu menuntut jawaban. Sheryl tetap menundukan kepala. Terlalu takut untuk membuka mulut.
"Saat aku bilang lelaki yang kamu anggap sebagai rekan kerja itu suka sama kamu, kamu gak pedulikan omonganku. Aku sudah memperingatkan sebelumnya sama kamu 'kan? Dari gerak-gerik laki-laki itu juga aku sudah bisa menebak bahwa dia punya perasaan lebih sama kamu. Dan firasatku terbukti benar 'kan? Kamu masih mau mengelak bagaimana lagi?" Lanjut Stephen. Nada suaranya meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gravity
Fanfiction(COMPLETED) grav·i·ty noun 1. The force that attracts a body toward the center of the earth, or toward any other physical body having mass. For most purposes Newton's laws of gravity apply, with minor modifications to take the general theory of rela...