Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Lelaki itu masih terus berkutat di depan cermin memerhatikan penampilannya. Ia masih merasa ada yang kurang dari penampilannya, entah apa itu.
Aiden memerhatikan artisnya itu dari balik pintu. Dilipat kedua tangannya di depan dada sambil memandang bosan ke arah Stephen.
"Udah cukup, Steph. Lo udah keliatan gagah, kok. Perfect!" Sudah kesekian kali Aiden mengulang kalimat yang sama dalam dua jam terakhir ini. Ia sudah bosan mengatakan hal itu terus menerus.
Stephen memutar badannya menghadap lelaki yang lebih tua darinya itu, "Beneran, Koh? Gue udah beneran pantes? Gak ada yang kurang lagi 'kan? Tapi kok gue ngerasanya ada yang kurang. Tapi apa gitu."
Aiden memutar bola matanya dengan kesal, "Udah, Stephanus. Lo udah paling cakep dah penampilannya. Lo dandan udah ngalahin anak perawan aja lagian."
Stephen tersenyum sangat lebar mendengar ucapan Aiden. Ia tahu bahwa lelaki itu sudah bosan menunggunya dan mengatakan hal yang sama berulang kali.
"Oke kalau gitu kita berangkat sekarang!" Stephen mengalungkan lengannya ke pundak Aiden sambil berjalan menuju mobil yang telah terparkir rapi di depan rumahnya.
"Nah, gitu dong! Udah hampir telat gue gara-gara nungguin lo dandannya kelamaan. Mana harus jemput Sulli dulu lagi." Protes Aiden. Stephen hanya memamerkan cengirannya.
Pada akhirnya Stephen mengajak Sulli untuk datang ke festival film itu. Mau tidak mau, sebagai 'kekasih' dari gadis itu ia harus membawa turut serta 'gadis'nya ke acara tersebut.
Setelah penuh pertimbangan Stephen mengajak Sulli beberapa hari sebelum acara berlangsung. Untung saja gadis itu mengiyakan ajakan Stephen. Meskipun sebenarnya lelaki itu tidak masalah sama sekali jikalau harus datang seorang diri.
Acara akan dilaksanakan pada pukul tujuh malam ini. Biasanya sejam sebelumnya akan diadakan sesi red carpet terlebih dahulu. Sebenarnya Stephen sedang malas untuk menghadapi para paparazzi dan memasang image yang sesuai di depan publik. Tapi mau tidak mau pekerjaannya menuntut dirinya harus selalu stay on di depan kamera. Salah sedikit dalam bersikap akan menyebabkan kehancuran untuk karirnya sendiri.
Stephen baru menghubungi Sulli ketika tidak jauh dari tempat Sulli menunggu. Gadis itu sepakat menunggu di kantornya dan Stephen sudah berjanji akan menjemputnya di sana.
Perihal ia akan 'menggandeng' Sulli ke acara hari ini ia sudah memberitahukan pada Sheryl. Gadis itu seperti biasa menangapinya dengan santai. Meskipun gadis itu mengizinkan, ia tahu bahwa jauh di dalam hatinya pasti tidak suka dengan keputusan Stephen membawa gadis lain jalan bersamanya. Pasangan mana yang suka melihat kekasihnya jalan dengan wanita lain?
Tidak lama menunggu, Sulli pun keluar dari dalam kantornya. Berbalut gaun yang anggun, dan rambut hitam yang ia gerai begitu saja, lelaki mana yang tidak akan jatuh hati melihat gadis cantik bak bidadari itu.
Sulli tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah Stephen. Pipinya yang seperti buah persik bersemu merah. Stephen mengerjapkan matanya memandang gadis cantik yang berjalan ke arahnya itu.
"Kenapa lo? Terpesona sama kecantikan gue?" Tanya Sulli mengejek.
Lelaki itu tersadar dari lamunannya. Ia mendengus mendengar ucapan Sulli, "Cih, kagak. Tumben banget lo niat dandan."
Sulli mengibaskan rambutnya, "Bilang aja lo terpesona make malu-malu segala. Gimana penampilan gue?"
Stephen mengangguk menyetujui. Ia mengangkat kedua jempolnya memuji penampilan Sulli hari ini, "Sip deh. Yang penting gak malu-maluin gue nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gravity
Fanfiction(COMPLETED) grav·i·ty noun 1. The force that attracts a body toward the center of the earth, or toward any other physical body having mass. For most purposes Newton's laws of gravity apply, with minor modifications to take the general theory of rela...