Page 30

895 129 28
                                    

"A...lex?" Panggil Sheryl memastikan diri. Ia masih tidak yakin sosok di hadapannya adalah seorang Alexander, mantan kekasihnya.

Alex tersenyum lalu mengangguk. Membenarkan Sheryl bahwa yang dilihat gadis itu benar. Bukan sesosok penampakan hantu. Terlebih ini siang bolong, mana mungkin ada hantu yang menampakan diri di siang terik seperti ini.

"Hai, Sheryl. Apa kabar?" Sapa Alex dengan ramah. "It's been a while." Lanjutnya.

Sheryl yang masih terkena shock tidak tahu harus membalas sapaan Alex seperti apa. Kaget, bingung bercampur menjadi satu. Tapi satu hal yang pasti, seingatnya ia tidak pernah memberitahukan dimana ia bekerja pasca putus dengan lelaki yang sekarang berdiri di hadapannya itu. Dari mana lelaki ini tahu dia bekerja di tempat ini?

"Dari-"

Baru saja Sheryl hendak menanyakan darimana pria itu tahu tempat Sheryl berada, Alex memotong ucapan gadis itu dengan pernyataan yang tak kalah mengejutkan.

"Aku putus dengan Krystal." Ucap pria itu dengan tenang.

Eh? Apa yang barusan pria itu katakan?

"Eh?" Tanya Sheryl bingung. Ia tidak yakin dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Iya, kamu gak salah dengar kok," seakan-akan lelaki itu tahu bahwa gadis itu memastikan ucapan apa yang ia baru saja dengar. "Hubunganku dengan Krystal sudah berakhir." Ulangnya.

Sheryl diam kaku, terlalu kaget mendengar kabar yang baru saja pria itu katakan. Putus? Hubungan antara Alex dan tunangannya putus?

BRUK!

Tiba-tiba saja seseorang menabrak tubuh Sheryl dengan cukup keras. Saat Sheryl membalikan badannya terlihat tubuh jangkung Hexa yang tak sengaja menabraknya. Ia baru saja keluar dari dalam lift bersama rekan kerja lainnya.

"Ah- sorry, Ryl! Aku gak lihat kamu berdiri di situ." Ujar Hexa meminta maaf.

"Ng-nggak apa-apa, Mas." Kata Sheryl sambil mengusap punggungnya bekas ditabrak Hexa tadi.

"Lho? Sheryl, bukannya kamu mau makan di luar? Kok masih di sini?" Irene tiba-tiba muncul dari dalam kerumunan yang baru saja keluar dari lift.

Sheryl teringat janjinya dengan Stephen beberapa waktu lalu. Mereka sudah membuat janji bertemu makan siang di luar hari ini. Tapi bagaimana dengan Alex? Ia tidak bisa meninggalkan Alex begitu saja.

"Ah- iya, Mbak. Ini aku mau pergi, kok." Jawab Sheryl canggung. Ia berbalik sekilas menatap Alex yang masih berdiri di tempatnya.

"Oh, oke. Kita juga mau makan di luar, nih. Mau makan sama-sama?" Ajak Irene.

Sheryl menggelengkan kepalanya, menolak dengan halus, "Ah, lain kali mungkin, Mbak."

Irene mengangguk, "Oke kalau begitu. Aku duluan, ya? Dagh, Sheryl!" Gadis itu berlalu meninggalkan Sheryl bersama rekan kerjanya yang lain.

Hexa bertukar pandang dengan Sheryl. Sheryl hanya membalas tersenyum tipis sembari membungkuk sekilas.

Gadis itu kembalik memutar tubuhnya menghadap lelaki yang masih berdiri dengan tenang di tempatnya. "Ayo kita bicara di tempat lain." Ujar gadis itu. Untuk saat ini sepertinya ia harus mengesampingkan dulu urusannya dengan Stephen. Ia harus memberitahu lelaki itu bahwa mendadak ia tidak bisa datang.

Maaf, sepertinya aku gak bisa datang hari ini. Mendadak aku ada urusan. Sheryl mengirimkan pesan singkat pada Stephen sebagai permohonan maafnya membatalkan janji bertemu sepihak.

Tidak berapa lama kemudian ia mendapat pesan balasan dari Stephen.

Seberapa penting urusannya? Apa gak bisa ditunda? Isi pesan balasan tersebut.

The GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang