Annyeong!
Inget ost diatas gak? Drama diatas adalah salah satu best drakor yang author suka, (siapa yang nanya Woy! )Oke, langsung baca aja 😄
~
"Paman? "
Tik.
Air mata Shannon terjatuh ketika ia baru saja memanggil pria yang berada di hadapan-nya saat ini, tangannya yang semula terkepal menyentuh jas yang paman nya itu kenakan.
"P-Paman? Kaukah itu? " tanya Shannon mengulang pertanyaannya untuk memastikan yang dilihatnya bukanlah ilusi ataulah bayangan.
Ardhil menyentuh tangan Shannon yang semula ingin menyentuhnya, "Iya Seila, ini paman." jawab Ardhil dengan suara yang parau, air matanya turun ketika Shannon berlari untuk memeluk erat dirinya.
Ponakan satu-satu nya itu memang sudah dianggap sebagai anak nya sendiri.Shannon tidak berhenti menjatuhkan air mata-nya, ia melepaskan kerinduannya itu pada paman kesayangannya setelah lama tidak bertemu, begitu juga dengan Ardhil yang membalas pelukan Shannon dengan sangat erat.
"Aku sangat merindukan paman. " bisik Shannon di dalam dekapan pamannya, bersamaan dengan jatuh nya air mata.
~
Gadis berambut coklat itu duduk di ruang tunggu kantor polisi , dirinya tidak berhenti menggigiti kuku nya dan mengetuk-ngetuk kan kaki nya ke lantai.
Beberapa menit kemudian sepasang kakak dan adik keluar dari ruangan tempat gadis itu menunggu.
Gadis itu beranjak dari duduk-nya dan menghampiri paman-nya."Kamu aman Seila, ayah dan paman-mu sudah membayar kebebasan mu, dan memanipulasi cerita Sehingga kamu dinyatakan tidak bersalah. " ujar Ardhil dengan senyuman lembut di akhir kalimatnya.
"Aku ingin ke pemakaman paman, aku mau melihat mama yang terakhir kali. " pinta gadis itu sambil memohon.
"Seila, papa minta, jangan dulu ke pemakaman mama. " Fardhil akhir nya membuka suara.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh bertemu mama terakhir kalinya? Aku tidak akan pernah mendengar kata kata papa, karena papa yang membuat aku melakukan ini !" ucap gadis itu dengan nada suara yang cukup tinggi dan sukses membuat Fardhil terkejut.
"Seila... " Fardhil terpaksa merendahkan suaranya, mencoba agar anaknya dapat memenuhi keinginan-nya.
"Tidak, " gadis itu mendekat-kan diri-nya pada paman satu-satu nya itu.
"Aku mau melihat mama pa! Hanya itu permintaan ku, karena... Aku yang membuat dia tidak bisa melihatku lagi. " isak gadis itu dari hati ter dalamnya, tangisnya sudah meledak dari tadi.
"Ka, mending kita ke mobil dulu, Seila pasti masih shock. " bisik Ardhil pelan. Kakak nya itupun terpaksa mengiyakan.
Ketiga-nya pun berjalan menuju mobil sport toyota lexus. Fardhil dan Ardhil duduk di depan sedangkan gadis remaja itu duduk di belakang sendirian.
Selama perjalanan tidak ada yang bicara, hanya isak tangis yang terdengar dari gadis berambut coklat itu. Mendengar anaknya nangis membuat Fardhil membuka suaranya.
"Seila.. Papa mohon! Jangan pernah pergi ke pemakaman mama-mu! " pinta ayah dari gadis tersebut, suara nya sangat tegas dan ber-wibawa.
Ia juga merasakan keperihan dari kejadian ini, bukan hanya anaknya."Paman! Beritahu aku dimana tempat mama di makam-kan, bawa aku kesana paman. " gadis itu hanya ingin berbicara dengan paman-nya.
Tidak ada balasan dari mulut Ardhil, ia tetap fokus mengendarai mobil tanpa memperhatikan ucapan ponakan-nya tersebut.
Dalam hatinya ia menangis, ia tahu hari ini adalah hari terkahir ia bertemu dengan ponakan semata wayangnya itu.