Flashback the memory

9.4K 410 22
                                    

- Benhil - Kos an Adrian

"Adrian, mau sampai kapan kamu disana? katanya kamu mau membawa calon tunangan kamu. Oma sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya, lagi pula mau sampai kapan kamu terlalu fokus bekerja?" Tanya wanita cantik paruh baya dari seberang telepon itu yang merupakan mama Adrian .

"Tenang ma, nanti Adrian pasti akan bawa mengenalkan Yovan kepada papa , mama dan oma serta keluarga besar kita." Padahal sampai sekarang Adrian masih belum bisa menghubungi Yovan.

"Ya sudah, cepat pulang kerumah, ngapain sih kamu masih saja nge kos di tempat seperti itu?" kata Lidya kepada anak semata wayangnya.

Adrian tahu betul mama dan papanya sudah tidak sabar, di umur nya yang sudah menginjak dua puluh sembilan tahun , mama nya sudah sering sekali menyuruh Adrian agar cepat-cepat menikah, agar Lidya dapat segera menimang cucu.

"Iya ma, Adrian cukup suka kok dengan kos an ini. Nanti Adrian pasti pulang ma, ok ma? see you next month ma."

Adrian langsung meluncur ke rumah Yovan setelah selesai menelpon mama nya. Hari ini dia harus mendengar jawaban dari mulut Yovan langsung, bukan hanya lewat Whatsapp ataupun media lainnya.

............................................
Gading Boulevard - Rumah Yovan

"tok -tok -tok"

"krek." "mau apa lagi kamu kemari?" tanya Yovan yang baru saja membukakan pintu untuk Adrian.

"Aku perlu berbicara denganmu."

"Sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan lagi Adrian."

"Apa maksud mu dengan kita bubar saja? Apa kamu gila? minggu depan kita sudah bertunangan!" ujar Adrian dengan nada sedikit tinggi.

"Kamu tahu kan? kamu belum mapan, motor yang kamu naiki saja seperti itu, mama dan papa ku dari awal sudah tidak setuju bila aku pacaran denganmu, apalagi kalau sampai bertunangan dan menikah? mau makan apa aku dan anakku nanti?" Dalam sekejap saja Yovan sudah bukan lah Yovan yang dikenal Adrian selama sembilan bulan ini.

"Aku kan masih bekerja, apa kamu pikir aku pasti tidak akan sanggup membiayai dirimu dan anak-anak kita kelak?"

"Apa kamu sanggup memberiku uang untuk belanja? belanja baju ku saja sudah lebih mahal daripada gaji mu sebulan." jawab Yovan lagi kali ini dengan nada yang sulit dijelaskan dengan kata-kata

"Jadi maksudmu karena aku miskin?" tanya Adrian lagi kali ini dengan nada menyindir .

"Secara kasar seperti itu, sudah jelas bukan? Mama dan papaku juga memang sudah meragukanmu dari awal. Jadi aku rasa hubungan kita sampai disini saja." tanpa basa basi dan tanpa menunggu jawaban Adrian lagi Yovan langsung menutup pintu rapat-rapat.

"halo sayang? ya sudah selesai semuanya sayang, besok aku akan pergi belanja dengan anakmu, dia bilang dia butuh membeli sesuatu." sayup-sayup terdengar suara Yovan sedang mengangkat telepon dari seseorang, dan Adrian yang memang masih berdiri di depan pintu pun dapat mendengarnya dengan jelas.

Persetan dengan Yovan! Adrian sudah tidak perduli lagi dengan Yovan, dia paling pantang mengemis apalagi mengemis cinta orang yang sudah jelas-jelas memandang harta dan kekayaan semata.  Lagi pula Adrian sendiri bahkan tidak yakin apakah dirinya memang mencintai Yovan atau tidak.

.........................................

Pallazo - kolam berenang The Pallazo

In Love with Mr RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang