"angin bergemuruh, hujan pun turun dengan derasnya membasahi seluruh kota malam itu, Alexa dapat melihat kak Robby dari kejauhan. Dia ingin sekali memanggil dan menghampiri kak Robby, tetapi kakinya serasa dipaku tidak dapat bergerak dan mulutnya seperti dikunci tidak dapat bersuara. Kak Robby mulai dipukuli terus menerus tanpa henti, Alexa hanya dapat melihat dari kejauhan, kak Robby tergeletak bersimbah darah , dia berusaha sekuat tenaga untuk berteriak. Tetapi tak ada seorang pun yang perduli padanya. Banyak orang mulai berkumpul , semua mata tertuju dan semua mulai berbisik , makin lama bisikan bisikan itu berubah menjadi sorakan.
Mula-mula seorang wanita berteriak "pembunuh!" lalu mulailah semua nya menyoraki Alexa.
"Bukan! Saya bukan pembunuh!" Alexa ingin sekali berteriak tetapi tidak bisa."nggghhh... nghhhh...!!!"
Adrian seperti mendengar suara rintihan, rintihan siapa itu pikirnya dalam hati. Dia memutuskan untuk bangun dan mendekati asal suara itu.
"Arrgghhhhh..!!!!" teriak Alexa dalam tidurnya.
"Alexa, Alexa are you ok?" Adrian yang khawatir langsung merengkuh pundak Alexa agar dia terbangun.
Alexa langsung terbangun dan langsung memeluk tubuh Adrian, Adrian langsung kaget bukan kepayang, jantung nya tidak bisa berhenti, harum tubuh Alexa membuatnya mabuk kepayang, Adrian langsung menyuruh akal sehatnya untuk berpikir dan membuatnya sadar.
"Ada apa?" tanya Adrian dengan lembut.
Alexa hanya menangis sesunggukan seperti anak kecil yang tidak berdaya. Lagi-lagi mimpi buruk itu menghantuinya lagi. Mimpi itu berulang kembali mampir di tidur-tidurnya.
Alexa yang mulai sepenuhnya sadar langsung melepaskan pelukannya.
"Engg.. Enggak apa-apa. Hanya mimpi." ucap Alexa sambil menahan rasa malunya. Baru pertama kali dalam hidupnya dia memeluk pria, selain papanya, bahkan dia dan kak Robby saja belum pernah berpelukan, tetapi berada dalam pelukan Adrian sangatlah nyaman.
Adrian seperti menyadari sesuatu, tanpa aba-aba Adrian kemudian menyentuh kening Alexa. Alexa hanya diam menahan napas, ketika telapak tangan Adrian menyentuh keningnya waktu terasa berjalan sangat lambat.
"Kamu demam." gumam Adrian tanpa bahasa lu atau gue lagi sekarang.
Pantas saja Alexa merasa kepalanya pusing dan terasa berat sekali.
Adrian langsung menelpon seseorang lewat handphone nya dengan bahasa Jepang yang sangat lancar dan fasih.
Alexa tidak begitu mengerti bahasa Jepang, jadi dia hanya diam saja ketika Adrian sedang menelpon."Arigatou Gozaimasu." ucap Adrian sebelum memutuskan sambungan teleponnya.
"Sebentar lagi dokter akan datang, nanti dia akan memeriksa keadaanmu."
Alexa sempat bingung dengan maksud Adrian, bagaimana mungkin tengah malam seperti ini ada dokter.
Dengan cekatan Adrian mengambil handuk kecil dan menyiapkan baju ganti untuk mengganti pakaian Alexa yang sudah basah oleh keringat.
"Ayo ganti bajumu." kata Adrian dengan lembut.
Alexa sebenarnya juga ingin segera mengganti bajunya yang basah , tapi....Adrian menatap Alexa dengan bingung.
"Kamu tidak mau ganti baju? Apa perlu aku yang menggantikannya?" tanya Adrian sambil mendekatkan tubuhnya ke Alexa.
Lagi-lagi jantung Alexa berdegup tidak karuan.
"Bagaimana aku mau berganti baju kalau kau tetap diam di tempat menatapku seperti itu?"
Adrian pun tersenyum geli. "Baiklah tuan putri. Aku akan kembali setelah kamu selesai berganti baju."
Tidak berapa lama kemudian Adrian pun kembali dengan seorang dokter muda, perawakannya tinggi dengan tubuh yang tegap dan wajahnya itu sangat tampan seperti aktor Korea Kim Bum, tetapi menurutku jauh lebih tampan Adrian .
"Malam , nama saya dokter Freddy ,saya dengar dari Adrian ada temannya yang sedang sakit tadi. Bagaimana? Bagian mana yang sakit?" tanya dokter Freddy kepada Alexa.
"Hanya pusing sedikit dok." jawab Alexa singkat, kepalanya terasa sangat berat.
Dokter Freddy mengeluarkan stetoskopnya dan mulai memeriksa Alexa.
"Ya, coba tarik napas lalu hembuskan."
"Sepertinya kamu tidak ada masalah pada pernapasan. Apa ada yang membebankan pikiranmu belakangan ini?" tanya Dokter Freddy kepada Alexa
Alexa hanya menggeleng, walaupun sebenarnya sudah dari dulu memang beban ini selalu mengikuti dirinya.
Dokter Freddy seperti mengerti dan menangkap sesaat raut wajah Alexa, Dokter Freddy sudah terbiasa menangani banyak pasien-pasien dan melihat berbagai macam raut muka seseorang. Dan dia tahu Alexa tidak baik baik saja.
"Baiklah , saran saya kamu cukup tidur dan saya akan resepkan parasetamol untuk meredakan demammu."
.....................................................
"Adrian, Who is she? She is fuckin hot and beautiful !"
Adrian tidak membalas kata-kata sahabatnya ini tetapi dia langsung mendelik tidak suka. Adrian tidak suka bila ada orang selain dia yang menganggap Alexa sexy dan cantik.
"You seems really worried and care for her. I've never see you like that before. Even when you are with Yovan dude." Ujar Dokter Freddy
Adrian menyesap rokok nya dalam-dalam.
"Not your business ." ucap Adrian singkat.
"Hei, easy. Gue uda kenal lu sejak SMA dan gue memang ga pernah lihat lu se care itu sama orang lain sampai-sampai tengah malam begini lu suruh gue datang. Waktu Yovan demam dulu juga lu ga se panik ini man." kata Dokter Freddy sambil ikut menyalakan rokoknya.
................................
Waktu sudah menunjukan pukul empat pagi, dan Freddy pun sudah pamit pulang. Adrian memutuskan untuk tidur di samping Alexa, agar dia bisa tahu kalau sampai Alexa mimpi buruk lagi ataupun demam nya naik lagi.
Anehnya Adrian malah tidak bisa tidur. Lekuk tubuh Alexa sangat menggoda naluri laki lakinya. Dalam balutan dress tidur satin bertali satu, tubuh Alexa terlihat sempurna. Laki-laki normal mana pun pasti akan menahan napas ketika melihatnya.
"Damn! Sadar Adrian! Dia sedang sakit!" Adrian merasa dirinya seperti remaja yang sedang puber lagi. Bagaimana tidak , sesosok gadis yang sangat seksi , yang berbeda sepuluh tahun darinya sedang tidur di samping dirinya sekarang. Adrian pernah bercinta sebelumnya tetapi entah kenapa desakan yang ia rasakan kali ini berbeda. Berbeda saat dia dulu bercinta dengan Yovan maupun pacar-pacarnya yang lain.
Adrian mulai sadar kalau Alexa bukanlah gadis seperti yang ia pikirkan pada awalnya. Walapun terlihat egois , dingin dan cuek sebenarnya Alexa gadis yang suka menolong. Itu terbukti saat Alexa keluar dari Apartemen The Pallazo, ada nenek-nenek tua yang terlihat sangat miskin dan tidak mampu. Tanpa diminta , Alexa langsung menolong nenek-nenek itu. Nenek itu memang terlihat sangat kelaparan dan kakinya terluka. Alexa terlihat menelpon seseorang, ternyata dia menelpon supirnya dan menyuruh supirnya mengantar nenek itu ke rumah sakit untuk berobat dan mengantar nenek itu ke panti jompo terdekat. Bahkan biaya bulanan nenek itu Alexa yang membayarnya penuh. Itu yang Adrian dengar . Alexa tidak sadar kalau Adrian berdiri di belakangnya dan mendengar semua pembicaraan Alexa dengan supirnya lewat telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love with Mr Right
RomanceAlexa Brennan, cantik, cerdas , sexy , memikat dan kaya raya. Pria mana pun pasti akan bertekuk lutut di hadapannya dengan sukarela. Tetapi siapa yang tahu dirinya menyimpan luka yang dalam dan ada satu sudut kosong dalam hatinya yang membuat dia se...