"eh copot! copot!" Aku pun langsung tertawa mendengar latahan Bik Anis, Bik Anis memang latah sedari dulu, dari aku masih kecil , Bik Anis lah yang paling sering aku isengin.
"Non, eh udah bangun non? Kok bibi enggak denger suara non sama sekali? bibi kira non tidur lagi."
"Ya enggak lah bik, ya sudah bik saya mau berangkat dulu bik, udah mau terlambat cepat suruh pak Rahmat keluarin mobil ya bik."
" baik non."
Tanpa ba bi bu lagi bik Anis tergopoh gopoh langsung menuju garasi mobil, yah bik Anis juga memang sudah tidak semuda dulu dengan badan nya yang sedikit lebih gempal dan umur yang sudah menginjak lima puluh tahun tentulah dia sudah cukup keberatan untuk bergerak lebih cepat seperti waktu dirinya masih muda.
Aku langsung masuk ke mobil yang sudah disiapkan Pak Rahmat supir kepercayaan papaku sejak dulu, memang karyawan karyawan yang bekerja di rumahku kebanyakan sudah kerja lama dan yang paling lama adalah bik Anis dan pak Rahmat.
Kuinjak gas dalam dalam meninggalkan kepulan asap dari Porsche merah milikku. Aku lebih suka mengendarai mobilku sendiri tanpa supir, lebih bebas kemanapun aku mau dan kapanpun aku pulang.
"Krinnggg... kringggg... drttt.drrtt..." kulirik ponselku ternyata telepon dari Tania.
"Halo, kenapa Tan? Gue lagi di jalan ."
"Iya elu uda dimana Lex? kelas bu Yovan sudah mau mulai loh." seru Tania dari seberang sana
"Give me five minutes , gue sebentar lagi udah mau nyampe kok." kataku sambil mengendari Porsche ku dengan kecepatan 140km / jam .
"Oke, hurry up Lex, soalnya tadi Bu Yovan udah di ruangan dosen dari jam tujuh loh!"
................................................
"save by the bell" ucap Tania kepadaku yang baru saja duduk di sebelahnya .
Pas sekali belum semenit aku duduk, Bu Yovan sudah masuk ke dalam ruangan.
"Ok , hari ini saya akan memberikan kuis , dan kuis ini kalian semua harus menjabarkan semua pemdapat yang ada dalam pikiran kalian."
Katanya sambil membagikan kertas-kertas kuis yang dimaksud.
" Ingat, jawaban kalian kali ini sangat berpengaruh dalam semester ini. Ya, siap, waktu dimulai dari sekarang."
Aku melihat soal yang ada dalam kuis yang diberikan hari ini, ternyata semua sudah kupelajari dan tentu saja aku dapat menjawab semuanya dalam waktu tidak sampai tiga puluh menit, aku melihat ke sekeliling ruangan, Herlinus yang merupakan murid kebanggaan kampus kami tampak sumringah dan sudah selesai memberikan jawabannya. Tapi ada pula yang seperti Bambang yang tampak menggaruk garuk kepalanya seperti belum keramas dua minggu, padahal kepalanya itu botak dan tidak ada sehelai rambutpun.
Oh iya , Bu Yovan ini merupakan dosen favoritku , hanya bu Yovan yang tidak memberikan perlakuan spesial kepadaku , para dosen lain pasti tidak ada yang berani menegurku karena orangtuaku merupakan pemilik kampus ini dan merupakan salah satu pemilik perusahaan yang sangat berpengaruh di Indonesia bahkan di Asia.
Aku cukup dekat dengan bu Yovan semenjak satu tahun lalu, bu Yovan yang merupakan dosen baru sering selalu kukerjai dan aku pun tidak berminat untuk masuk ke kelas nya . Aku yang cukup muak dengan segala hukuman yang diberikan Bu Yovan karena aku tidak hadir saat kelas nya dimulai pun membuat rencana. Semua teman temanku , sudah kularang untuk mengikuti kelas Bu Yovan, dan alhasil selama satu hari itu tidak ada satupun yang hadir di kelas sampai sampai Bu Yovan ditegur.
Ternyata semua tidak berjalan sesuai dengan perkiraanku, aku kira Bu Yovan akan segera menangis dan berhenti menjadi dosen, dugaan ku benar benar meleset, sore itu juga Bu Yovan datang ke rumah ku dan langsung membuat janji untuk bertemu dengan kedua orang tuaku. Kebetulan saat itu hanya ada papaku yang berada di Jakarta.
Bu Yovan sama sekali tidak bercerita tentang aku yang melarang semua mahasiswa yang mau masuk saat pelajaran dia, tetapi dia malahan meminta agar papa ku lebih memberi ekstra perhatian agar pendidikan ku tidak salah arah dan dapat hasil yang memuaskan.
Sejak saat itu juga setiap pagi sebelum mengajar pasti Bu Yovan akan datang ke rumah ku dan mengajakku untuk berangkat ke kampus bersamanya.
Yah mau tidak mau aku luluh juga dengan semangatnya, sejak saat itu aku pasti mengikuti setiap kelasnya .
"krinnggggg......."
"Baiklah kalian semua dapat mengumpulkan kertas jawaban kalian sekarang." ucap Bu Yovan kepada seisi ruangan.
Untunglah aku dapat mengerjakan test kali ini dengan sempurna.
"Eh lex , nanti malem ke Brown Alley yuk!" ajak Tania kepadaku.
"Hah? Brown Alley? mendingan kita ke The Emerson aja, gue denger-denger kata temen gue di sana ladies night hari ini. Apalagi club itu kan tempat Nino kerja, emang elu ga mau sekalian samperin si Nino?"
"Oke boleh juga ide lu, kalo gitu gue ajak Irwan ya, dia dari kemarin minta pergi bareng terus tuh sama elu!" ujar Tania kepadaku, aku langsung menyipitkan mataku curiga.
"Pasti Irwan yang suruh elu buat bujukin gue ya?"
"Engggg...enggak kok siapa bilang?" jawab Tania ragu-ragu kepadaku.
Aku yakin 100% kalau ada udang di balik batunya ini.
"Ya udah lah, sama aja ada dia atau engga juga. Nanti malem ya jam sembilan, see you there."

KAMU SEDANG MEMBACA
In Love with Mr Right
RomanceAlexa Brennan, cantik, cerdas , sexy , memikat dan kaya raya. Pria mana pun pasti akan bertekuk lutut di hadapannya dengan sukarela. Tetapi siapa yang tahu dirinya menyimpan luka yang dalam dan ada satu sudut kosong dalam hatinya yang membuat dia se...