Chapter 16

13.2K 690 21
                                    

Zaki terdiam memandangi hujan lebat itu dibalik kaca ruangannya.

Hatinya sekarang tak karuan setelah melihat pemandangan yang membuatnya cemburu.

Dia cemburu melihat Zulfa bisa tertawa dengan lepasnya bersama dokter Fadhlan, sedangkan ketika bersamanya Zulfa tidak pernah tertawa seperti itu. Bahkan sekarang seakan-akan Zulfa menghindarinya.

Zaki menghembuskan napasnya pelan dan memijit kepalanya yang rasanya mau pecah. Belum lagi operasi besar yang akan dia lakukan bulan depan.

"Astaghfirullah, yaa Allah jangan sampai rasa cemburu membutakan hatiku" ujar Zaki sambil memejamkan matanya dan menyenderkan kepalanya di sandaran kursi.

---------------------------***---------------------

Tin Tin

"Ah dokter saya duluan ya, abang saya sudah menjemput saya" ujar Zulfa kepada Fadhlan

"Silahkan sus, hati-hati dijalan" ujar Fadhlan sambil tersenyum

"Terima kasih dok, assalamu'alaikum" ujar Zulfa yang kemudian melangkahkan kakinya menuju mobilnya.

"Wa'alaikumussalam" ujar Fadhlan sambil tersenyum tampan dan tidak mengalihkan pandangannya dari mobil yang sudah menjauh itu.

****

Zulfa saat ini sudah ada di kamarnya dan telah selesai membersihkan tubuhnya.

Zulfa mengalihkan pandangannya ke arah jas dokter yang digantungnya didekat pintu kamarnya. Zulfa tersenyum tipis melihatnya.

Zulfa tidak menyangka dokter Fadhlan adalah sosok yang begitu hangat. Sosok yang juga dapat membuat Zulfa tertawa melihat tingkah lakunya. Zulfa merasa nyaman berada didekat Fadhlan berbeda dengan dokter Zaki yang membuat dia tidak nyaman karna jantungnya tidak akan pernah berhenti berdetak kencang jika berada didekatnya.

Mengingat dokter Zaki, Zulfa kembali teringat dengan kejadian yang membuat dia menghindari dokter Zaki seperti ini.

Dia tidak ingin terlalu berharap kepada dokter Zaki, dia takut jika dia sudah mencintai dokter Zaki begitu dalam, dia tidak akan mampu untuk melepaskannya. Untuk itulah dia menghindari dokter Zaki.

Air mata itu mengalir dari sudut mata Zulfa, dia tidak tau takdir seperti apa yang akan Allah berikan kepadanya.

Zulfa hanya selalu berharap Allah menjatuhkan cintanya kepada seseorang yang ditakdirkan untuknya. Jika cinta itu tumbuh kepada orang yang bukan menjadi takdirnya, dia berharap Allah menghapuskan rasa cinta itu. Karna akan sangat menyakitkan jika cinta itu akhirnya tidak kau miliki.

---------------------------***---------------------

SKIP pagi

Suasana di ruang makan Zaki seperti biasa dihiasi keheningan.
Zaki dari tadi hanya diam mengaduk-aduk makanannya.

"Sayang, kamu sakit?" Tanya umminya kepada Zaki

"Tidak ummi" ujar Zaki seraya tersenyum tipis kearah umminya.

"Jadi, kenapa kamu nggak makan sayang? Ummi lihat kamu hanya mengaduk-aduk makanan kamu" ujar umminya khawatir

"Tidak apa ummi, Zaki hanya sedang tidak selera makan" ujar Zaki sedangkan umminya hanya menghela napasnya.

Abinya yang sejak tadi hanya diam akhirnya membuka suara.

"Zaki" ujar abinya.

"Iya abi?" Tanya Zaki

"Mengenai apa yang abi bicarakan waktu itu, jadi apa keputusanmu?" Tanya abinya sedangkan Zaki hanya menghela napasnya.

"Beri Zaki waktu lagi abi, saat ini Zaki sedang memastikan sesuatu dan juga Zaki sekarang lagi disibukkan dengan operasi jantung itu abi. Insyaa Allah setelah operasi ini selesai, Zaki akan segera memberikan keputusan Zaki" ujar Zaki

You Are My Destiny [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang