Chapter 18

13.2K 656 15
                                    

Chapter sebelumnya

Abi Zaki dan Zulfa segera berdiri mendatangi dokter Fadhlan.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Abi Zaki

"Operasi berhasil dilakukan, Tapi....."

Chapter 18

"Dokter Zaki mengalami koma" ujar Fadhlan.

Abi Zaki tidak dapat menahan keterkejutannya dan begitu juga Zulfa yang sekarang menahan tangisnya.

"Ya Allah..." abi Zaki sekarang tidak tau lagi apa yang harus dia katakan, lidahnya kelu.

"Kapan anak saya akan sadar dok?" Tanya abi Zaki lirih.

"Saya tidak tau pak, berdo'a saja semoga dokter Zaki segera sadar dari komanya" ujar Fadhlan tersenyum.

"Terima kasih dok, terima kasih sudah melakukan yang terbaik untuk anak saya" ujar abi Zaki dengan tulus sambil tersenyum kearah Fadhlan yang dibalas senyuman oleh Fadhlan.

"Tidak perlu berterima kasih pak, bapak tentu tau jika ini adalah tugas saya sebagai dokter" ujar Fadhlan tersenyum kearah abi Zaki yang sekarang juga tersenyum. Ya, abi Zaki tentu tau, dia juga seorang dokter. Tapi sebagai orangtua, abi Zaki tidak dapat menghilangkan kekhawatirannya terhadap anaknya.

"Dokter Zaki akan segera dipindahkan ke ruang ICU, jadi bapak bisa menunggu disana pak" ujar Fadhlan yang diangguki oleh abi Zaki yang kemudian mendekati Fadhlan dan menepuk bahu Fadhlan pelan sambil bergumam terima kasih.

Sebelum pergi ke ruang ICU itu, abi Zaki mengalihkan pandangannya ke arah Zulfa dan memberikan senyumannya yang dibalas dengan senyuman juga oleh Zulfa.

Setelah kepergian abi Zaki, Fadhlan mengalihkan pandangannya kearah Zulfa yang masih terdiam. Fadhlan melangkahkan kakinya mendekati Zulfa dengan pelan. Fadhlan kemudian berdiri didepan Zulfa sambil memandangi wajah Zulfa.

Fadhlan dapat melihat wajah Zulfa yang tampak kacau dengan mata dan hidung yang memerah. Fadhlan tau semua ini disebabkan oleh seseorang yang saat ini masih berada didalam ruang operasi. Fadhlan tidak bodoh dengan semua ini. Fadhlan mengetahui apa yang dirasakan oleh Zulfa, tapi dia berusaha untuk membodohi dirinya dengan menampik segala pemikirannya.

"Suster Zulfa" panggil Fadhlan

"I..ya dok?" Ujar Zulfa yang tiba-tiba tersadar dari lamunannya akibat panggilan dokter Fadhlan.

"Suster melamun dari tadi" ujar Fadhlan yang membuat Zulfa hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.

Tak lama kemudian, pintu operasi itu terbuka. Zulfa segera mengangkat kepalanya dan Zulfa tidak dapat menahan air matanya yang kembali menetes ketika tubuh Zaki yang ada diatas brangkar itu melewati Zulfa. Fadhlan melihat itu, bagaimana Zulfa meneteskan air matanya melihat Zaki. Dan Fadhlan merasa sesak melihat hal itu.

Zulfa yang melihat brangkar itu mulai menjauh, segera beranjak dan mencoba untuk mengejarnya. Tapi perkataan Fadhlan menghentikan langkahnya.

"Jika yang berbaring lemah diatas brangkar itu adalah saya, apakah suster akan merasakan hal yang sama suster Zulfa?" Tanya Fadhlan yang membuat Zulfa membeku seketika. Dia sungguh terkejut mendengar pertanyaan Fadhlan.

"Apakah suster akan menangis histeris dan memohon kepada dokter agar saya segera diselamatkan?" Tanya Fadhlan lagi dan Zulfa hanya terdiam.

"Bukan sebagai seorang perawat kepada pasiennya tapi sebagai seorang yang berarti dihidup suster" lanjut Fadhlan.

Fadhlan kemudian mendekati Zulfa dan berdiri didepan Zulfa sambil memperhatikan Zulfa yang saat ini melihatnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Dokter Fadhlan" ujar Zulfa lirih

You Are My Destiny [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang