Chapter 24

15.7K 772 107
                                    

Zaki saat ini sudah berada di kamarnya. Malam semakin larut, tapi Zaki masih belum bisa memejamkan matanya.

Abinya benar, semua kebimbangan ini harus dia serahkan kepada Yang Maha Kuasa.

Manusia hanya mampu menjalankan sedangkan yang tahu segalanya hanya Allah. Takdir kita sudah ditentukan oleh Allah, termasuk jodoh. Mungkin saja kita mencintai orang lain, tapi, jika Allah tidak menakdirkan kita bersama dirinya, sampai kapanpun dan mau bagaimanapun dia tidak akan pernah kita miliki.

Zaki menghembuskan napasnya pelan dan memantapkan hatinya, dia tahu, inilah yang harus dia lakukan, berserah diri kepada Allah. Hanya Allah yang punya jawaban, dan Zaki berharap Allah akan menjawabnya dalam shalatnya. Ya, Zaki berniat akan melaksanakan shalat istikharah.

Zaki melangkahkan kakinya menuju kamar mandir dan mulai mengambil air wudhu'.

Ah. Zaki merasa segar dan merasa bebannya sedikit terangkat ketika selesai berwudhu'.

Zaki mulai mengenakan pakaian shalatnya dan menyiapkan sajadah. Setelah itu Zaki mulai memantapkan hatinya mengucapkan bismillah berkali-kali.

Zaki memejamkan matanya dan mulai memantapkan hatinya. Zaki kemudian membuka matanya perlahan dan mulai mengerjakan shalat istikharah sebanyak dua rakaat dengan khusyuk dan penuh keikhlasan.

Setelah selesai mengerjakan shalat dan berzikir, Zaki mengangkat tangannya dan mulai memanjatkan do'anya kepada Sang Ilahi Rabbi.

"Wahai Allah, bahwasanya aku mohon pilihan olehMu dengan ilmu-Mu, dan mohon kepastian-Mu dengan kekuasaan-Mu, serta mohon kepada-Mu dari anugerah-Mu Yang Maha Agung, karena Engkaulah Dzat yang berkuasa. Sedang aku tiada kuasa, dan Engkaulah Dzat Yang Maha Mengetahui, sedang aku tiada mengetahui, dan Engkaulah Dzat yang mengetahui yang ghoib. Wahai Allah, jika adanya, Engkau ketahui bahwa pilihan ini adalah baik bagiku, untuk duniaku, akhiratku, penghidupanku, dan akibat urusanku untuk masa sekarang maupun besoknya. Maka kuasakanlah bagiku dan permudahkanlah untukku, kemudian berkahilah dalam urusan itu bagiku. Namun jikalau adanya, Engkau ketahui bahwa dia bukan yang terbaik untukku dan menjadi buruk bagiku, untuk duniaku, akhiratku, penghidupanku, dan akibatnya persoalanku pada masa sekarang maupun besoknya.
Maka hindarkanlah aku dari padanya, lalu tetapkanlah bagiku kepada kebaikan, bagaimanapun adanya kemudian ridhoilah aku dengan kebaikan itu."

Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Zaki. Dengan nada bergetar, Zaki melanjutkan do'anya.

"Ya Allah, hamba tau hanya Engkaulah sang pemilik hati, takdirku ada pada-Mu, kuserahkan semua urusanku pada-Mu, hamba hanya seorang manusia biasa yang baru mengenal apa itu cinta, dan cinta itu membuat hamba bimbang, apa yang harus hamba lakukan ya Allah, ketika hati ini terjebak diantara dua pilihan. Hamba memohon kepadaMu ya Rabb, bantulah hamba dalam menentukan kemana hati ini akan berlabu, karna hamba tidak ingin jatuh ketempat hati salah. Kabulkanlah do'a hamba ya Allah. Aamiin."

Zaki mengakhiri do'anya dan memejamkan matanya, Zaki hanya berharap semoga Allah menjawab do'anya.

-------------------------***-----------------------

Skip Pagi

"Dek" panggil Rifqy kepada Zulfa yang saat ini ada disebelahnya. Saat ini mereka ada di mobil untuk mengantar Zulfa ke rumah sakit. Rifqy hanya heran, akhir-akhir ini Zulfa menjadi lebih pendiam, bahkan Rifqy sudah sering mengajak Zulfa bercanda, tapi respon Zulfa tidak seperti biasanya, kalau biasanya Zulfa akan berteriak kesal atau memasang wajah cemberut yang lucu dan menggemaskan, tapi akhir-akhir ini Zulfa hanya sering merespon dengan senyum tipisnya.

"Hmm" gumam Zulfa tanpa menolehkan wajahnya kepada Rifqy.

"Kamu kenapa sih dek? Kok diam aja?" Tanya Rifqy sambil melirik sekilas kearah Zulfa dan kemudian kembali memfokuskan penglihatannya kearah jalan.

You Are My Destiny [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang