Chapter 6

17.1K 927 10
                                    

Setelah lama memandangi Zulfa dari balik pintu, Zaki kembali melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Sepanjang perjalanan entah kenapa Zaki tidak berhenti tersenyum sambil memikirkan wajah cantik Zulfa.

Zaki tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika tersadar dari acara senyum-senyumnya.

"Astaghfirullah, kenapa aku jadi memikirkan Zulfa ya? aishh lupakan.. lupakan.. astaghfirullah" monolog Zaki sambil menggelang-gelengkan kepalanya untuk mengusir segala macam pikiran tentang Zulfa yang terlintas dibenaknya. Untung lorong rumah sakit pada saat ini sedang sepi, kalau tidak Zaki akan disangka gila karna bicara sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Zaki kembali melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Setelah sampai di ruangan, Zaki mendudukan dirinya di kursi kesayangannya dan mulai mengerjakan laporan yang belum sempat dibacanya.

Sementara itu Zulfa yang ada diruangan anak tampak tersenyum melihat anak yang dirawatnya sudah tertidur pulas setelah dia bacakan cerita. Tanpa sadar air mata Zulfa menetes melihat wajah polos anak yang sedang tertidur itu. Zulfa merasa kasihan diumurnya yang masih belia, Sofi nama anak tersebut harus terbaring lemah di rumah sakit dan berusaha melawan kanker paru-paru yang menyerangnya. Sofi anak yang ceria, bahkan dia tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya, hal itulah yang membuat Zulfa begitu kagum dengan sosok mungil yang ditatapnya sekarang. Bahkan Sofi tidak rewel ketika ditinggal mamanya jika ada keperluan, seperti saat ini, mamanya Sofi pulang sebentar kerumahnya untuk mengambil beberapa keperluan untuk Sofi. Sedangkan papa Sofi harus bekerja dari pagi sampai sore.

Zulfa kemudian memajukan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke arah Sofi

Cup

Zulfa mencium kening Sofi lembut sambil meneteskan air matanya.

Sayang, mungkin inilah cara Allah menyayangimu, maka kuatlah dengan penyakitmu. Batin Zulfa.

Zulfa menjauhkan wajahnya dan mengusap air matanya yang mengalir sedari tadi.

Zulfa melihat jam yang melingkar manis ditangannya dan segera menuju ke mushallah melihat waktu yang sudah menunjukkan shalat Zuhur.

Setelah selesai shalat, Zulfa kembali melangkahkan kakinya menuju ruangan anak dan kembali mendudukkan dirinya di samping ranjang sofi.

Krieeet

Terdengar suara pintu terbuka secara perlahan oleh seseorang yang diketahui adalah Ira.

"Assalamu'laikum fa" sahut Ira dengan suara yang pelan karna takut membangunkan Sofi yang sedang tertidur pulas.

"Wa'alaikumusaalam ra" jawab Zulfa tersenyum.

"Fa, kamu mau makan siang bareng aku?" Tanya Ira. Karna sekarang lagi jam istirahat untuk makan siang mereka.

"Hmm.. kayak mana ya ra, takutnya nanti Sofi bangun dan tidak menemukan aku disampingnya. Soalnya mamanya Sofi lagi pulang kerumah sebentar. Jadi, nggak ada yang jagain Sofi, ra" jawab Ira.

"Hmm.. yaudah deh Fa, aku ke kantin dulu ya, nanti kamu jangan lupa makan" ujar Ira

"Iyaaaa bawel" jawab Zulfa

"Hehe, dah fa, Assalamu'alaikum" ujar Ira.

"Wa'alaikumssalam" jawab Zulfa

Zulfa dengan Ira memang sekarang tidak bekerja berdua lagi, soalnya mereka merawat masing-masing satu pasien dalam ruangan anak. Tapi, kadang mereka menyempatkan saling mengunjungi dan pergi makan bareng.

Krieeet

Tampak ruangan itu dibuka lagi

"Ira, kamu nggak jadi ke kan..." ucapan Zulfa terpotong ketika melihat orang yang baru saja memasuki ruangan itu. Zulfa terbelalak tak percaya dan setelah tersadar, Zulfa segera menegakkan badannya yang semula sedang duduk santai di kursi dekat ranjang Sofi.

You Are My Destiny [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang