Chapter 9

14.1K 803 21
                                    

Zulfa hanya dapat termenung di kursi kerjanya di ruangan perawat. Sekarang masih pukul 7 pagi dan shiftnya Zulfa dimulai dari pukul 8 pagi.

"Fa.. hei.. fa.." panggil Ira sambil melambai-lambaikan tangannya didepan muka Zulfa.

Zulfa segera tersadar dari lamunannya.

"Ah ya ra, ada apa ?" Tanya Zulfa sambil memandang Ira yang saat ini mendengus pelan.

"Kamu yang kenapa Fa, pagi-pagi udah melamun aja" ujar Ira sambil duduk didepan Zulfa

"N..nggak ada apa-apa kok ra" ujar Zulfa sambil mencoba untuk tersenyum.

"Kalau nggak ada apa-apa, kok mukanya murung gitu sih Fa, cerita deh sama aku" ujar Ira sambil membujuk Zulfa

"Iya Ira, aku nggak ada masalah apapun kok" ujar Zulfa

"Kamu bohong, kamu tau kan fa, kalau bohong itu dosa" ujar Ira sambil memicingkan matanya kearah Zulfa. Zulfa hanya diam, dia tidak tau mau bicara apa kepada Ira.

"Fa, kamu cerita deh sama aku, kemaren kamu baik-baik aja, sekarang muka kamu sedih kayak gini, aku ini teman kamu fa, kalau kamu punya masalah, insyaa Allah aku siap mendengar cerita kamu" ujar Ira tulus sambil memegang tangan Zulfa.

"Raa.." ujar Zulfa pelan hampir seperti cicitan.

"Apakah kamu pernah jatuh cinta sebelumnya?" Tanya Zulfa kepada Ira.

"Jadi ini masalah cinta? Kalau kamu tanya aku pernah jatuh cinta, jawabannya iya, aku pernah jatuh cinta ketika masa kuliah dulu, dia seniorku, dan aku mengaguminya, aku mencintainya diam-diam, aku tidak pernah menyapanya, aku hanya tau dirinya, tapi mungkin dia tidak tau aku, dan ketika dia sudah lulus, aku tidak pernah lagi melihatnya, dan sekarang perasaan itu masih ada, tapi aku tidak terlalu memikirkannya, toh kalau dia jodohku, mungkin kami akan dipertemukan lagi" ujar Ira panjang lebar

Zulfa hanya termenung mendengar cerita Ira.

"Sekarang kamu cerita sama aku kenapa" ujar Ira

"Aku tidak tau apa yang aku rasakan sekarang ra, aku merasa senang berada didekatnya dan jantung ini tak bisa berhenti berdetak jika berada didekatnya, dan aku merasa sesak jika aku melihatnya bersama yang lain" ujar Zulfa sambil menundukkan kepalanya.

"Fa, kamu tau, itu tandanya kamu sedang jatuh cinta, perasaan senang dan nyaman ketika berada didekatnya, dan sakit jika dia bersama yang lain, artinya kamu menyukainya fa, biar aku tebak, apakah ini dokter Zaki?" Ujar Ira

Zulfa hanya mengangguk lemah sambil memikirkan perkataan Ira yang sama dengan jawaban uminya.

"Zulfa jadi kamu benaran menyukai dokter Zaki?" Ujar Ira antusias dan Zulfa kembali mengangguk lemah.

"Fa, kalau kamu menyukai dokter Zaki aku mendukung kamu seratus persen" ujar Ira dengan semangat menggebu

"Tapi, kok kamu sedih gitu sih fa? Emang apa yang terjadi?" Tanya Ira penasaran.

"Aku melihat dokter Zaki berjalan di lorong rumah sakit bersama seorang perempuan cantik, bahkan dokter Zaki selalu tersenyum dan tertawa bersamanya ra, aku rasa dokter Zaki menyukai perempuan itu" ujar Zulfa sedih sambil menenggelamkan kepalanya diatas lipatan tangannya.

"Fa, kalau dokter Zaki tersenyum dan tertawa itu wajar aja Fa, mungkin saja mereka berteman kan, belum tentu dokter Zaki menyukainya Fa" ujar Ira menyemangati Zulfa.

"Entahlah ra, aku berusaha untuk menampik itu semua, tapi aku masih penasaran dengan semua ini" ujar Zulfa sambil mengangkat kembali kepalanya.

"Yasudah kamu tanyakan aja kepada dokter Zakinya" ujar Ira santai.

You Are My Destiny [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang