[Bab 8] Meet Him!

13.8K 940 7
                                    

"I'm just afraid you left us!"

*
*
*

Di meja makan sudah tersaji sarapan pagi ini seperti cah kangkung dan juga tumis cumi. Ali terlihat begitu lahap, tapi dengan Prilly, ia tidak nafsu makan sedikitpun. Prilly merasa mual dan pening, baru satu sendok yang ia masukan kedalam mulut, ia langsung berlari ke kamar mandi, takut jika memuntahkannya di westafel Ali akan ikut mual.

Kini rumah tangga mereka telah berjalan tiga minggu, tapi ya begini, masih bersikap layaknya orang asing yang bertemu orang asing. Dan sudah seminggu ini Prilly sakit mual-mual dan kepala yang terasa pusing, seluruh badannya terasa pegal tanpa sebab, padahal ia tidak kerja berat.

"Huwek!" perempuan itu langsung berlari lagi ke kamar mandi.

Ali keheranan pada kegiatan rutin Prilly selama satu minggu ini, aneh saja setiap pagi selalu mual-mual. Tapi pria itu tidak berniat sedikitpun untuk bertanya "Kenapa" Atau "Sakit?"

Prilly kembali lagi ke meja makan. Ia mengelus-elus pelan perutnya yang terasa tidak enak, lalu memijat keningnya meski tahu tak akan bereaksi apapun untuk sekadar menghilangkan pusing dikepalanya. Wajahnya pucat dan berkeringat dingin.

"Sorry ya kalo lo jadi ikut enek gara-gara gue. Gue ke kamar aja deh."

"Sakit?"

Pertanyaan itu! Pertanyaan itu yang Prilly tunggu-tunggu.

"Ngg... enggak cuma lagi nggak enak badan aja." jawab Prilly seadanya.

"Kalo mau ke dokter pake mobil aja, kan kuncinya udah gua kasih lo. Yaudah gua buru-buru!" ucapnya acuh, dan bangkit dari tempat duduknya. Memang Prilly sudah diberikan mobil oleh Ali, namun Prilly hanya ingin diantar.

"Tapi gue pengen dianter lo!" pinta Prilly tak biasanya.

"Kan gua bilang, gua buru-buru." jawabnya datar. Lalu meninggalkan Prilly yang masih mematung didekat meja makan.

Pril, kenapa sih! Ada-ada aja deh... Nggak biasanya keceplosan begitu.

Prilly mengoleskan minyak aroma therapy ke kepala dan bahunya, sudah menjelang sore pun pusing itu tak kunjung hilang.

"Apa ke rumah sakit aja kali ya? Puyeng banget, badan juga pada pegel..." keluhnya pada diri sendiri. Kini ia tengah duduk dipinggir ranjang, sambil memijit pelan kening dan bahunya yang terasa nyeri.

Ceklek

Pintu kamar terbuka dan mendapatkan Ali dibaliknya. Dua detik pandangannya saling tangkap, kemudian mereka buang. Ali hanya ingin mengganti pakaian, dan kembali ke kamarnya.

"Ali."

"Hm?"

"Kalo mau makan, kayak biasa ya. Delivery aja." katanya. Seminggu selama Prilly sering merasa tidak enak badan, perempuan itu jarang sekali membuatkan Ali makan malam, bawaannya malas sekali untuk memegang alat dapur kecuali untuk sarapan pagi, itupun masak yang diminatinya saja.

"Nggak usah, gua udah makan. Kalo lo mau makan, tuh dibawah ada nasi goreng seafood." ucap Ali tanpa intonasi. Mendengar itu Prilly merasa lapar sekali, bahwasanya ia belum mengisi perut kecuali tadi pagi apalagi hanya sesuap. Tapi lagi-lagi ia tahan, karena ia takut rasa mualnya akan kembali.

"Ngg lo aja yang makan lagi, makasih." Ali heran mengapa tadi perempuan itu begitu senang mendengar makanan yang ia bawa tapi justru setelah itu malah menolaknya, dasar aneh.

Belatedly Love You 1 & 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang