"There is no such thing as happiness over the suffering of others, but trying to be happy because of the happiness of others."
🍃
*
*
*
Orang-orang berpakaian serba hitam mulai menghambur pergi. Mendiang Erlina baru saja dimakamkan pagi tadi karena jasadnya baru bisa ditemukan petugas evakuasi kecelakaan pesawat itu dua hari setelah kejadian, ia dimakamkan satu tempat yang sama dengan tempat peristirahatan terakhir Papa.
Alunna anteng di gendongan Pelyn, seakan mengerti bahwa ibunya tengah berduka didepan makam Oma dan Opa. Prilly menangis terus-menerus, ia masih tidak percaya dengan kepergian Mama.
"Mama jahat sama Prilly hiks hiks, kenapa Mama pergi?! Mama nggak mau bantuin Prilly ngurus Alunna? Mama nggak mau denger dipanggil Oma sama Alunna? Hiks hiks."
"Prilly, udah sayang udah..." Pelyn mengusap pundak Prilly yang tengah berjongkok didepan batu nisan itu.
"Udah ya Kak, ayo kita pulang. Kasihan Alunna." kata Rahel. Rahel juga memberi isyarat pada Ali agar ikut membantu menenangkan Prilly, tapi ia malah tetap diam.
"Sekarang Prilly sendirian Ma, hiks hiks."
"Kata siapa Kamu sendiri, Pril? Kamu punya Mama, Kamu punya Papa. Ada Ali, Rahel dan ada Alunna juga, Kamu nggak akan sendirian." ucap Pelyn.
"Papa paham Kamu sedih Prilly, tapi kalo terlalu larut juga nggak baik. Kasihan Mama Kamu nantinya, dia nggak akan tenang kalo Kamu terus nangisin dia, itu sama aja nggak ikhlas." sambung Pras.
Prilly menghapus air matanya. "Prilly ikhlas kok, cuma belum percaya aja kalo Mama udah nggak ada." ucapannya bergetar. Kemudian ia meminta alih Alunna dari gendongan Pelyn.
"Prilly sama yang lain pulang dulu ya Ma, Pa. Assalaamu'alaikum!"
Prilly, Ali, Rahel, Pelyn, Pras, dan Alunna yang berada di gendongan Prilly mulai melangkah menjauh dari makam Erlina tepat disebelah makam Ari -ayah Prilly. Prilly tidak menyangka, kali ini ia melangkahkan kakinya disini untuk mengantar Mama beristirahat selamanya.
Prilly masuk ke dalam kamar dengan Alunna dalam gendongannya. Ia masih tak percaya akan kepergian Mama yang begitu cepat baginya.Dirumah ini tinggallah ia, Alunna, Ali, dan juga Luna. Rahel sudah pulang ikut bersama Mama dan Papa setelah kejadian Ali membawa Luna kesini. Ia juga telah menceritakan semuanya pada Mama, termasuk tentang Luna yang tinggal disini. Mama begitu kecewa dengan Ali hingga tadi saat di pemakaman ia enggan menegurnya, tapi ia tak berani menceritakan masalah ini pada Papa, katanya takut jantung Papa kumat lagi. Tadinya Mama ingin langsung menegur Ali, namun karena kondisinya mereka tengah berduka atas kepergian Erlina jadi belum sempat. Ibu dan anak itu jadi terpaut perang dingin.
"Alunna bobo ya sayang, Mama mau beres-beresin baju kita dulu. Mulai besok kita pindah ke rumah almarhumah Oma." ucapnya sambil mengelus-elus pipi Alunna.
Prilly menaruh Alunna ke dalam box bayinya. Lalu ia mengambil sebuah koper sedang diatas lemari dan meletakkannya diatas kasur.
Tok Tok Tok
Prilly menoleh. Disana ada Luna bersama kursi rodanya diambang pintu dan tersenyum kearah Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Love You 1 & 2
FanfictionSUDAH TERBIT!!! Chapter 1-22 (versi 1) | Chapter 23-selesai (versi 2). Ini lebih mirip kisah klasik mungkin. Tentang mereka yang terpaksa terikat janji pernikahan karena dijodohkan kemudian timbul berlarut-larut luka karena merasa tidak hidup layakn...