"Men often care less, do not think that keeping their own love is painful and difficult."
###
Perempuan itu menangis terus sejak sore tadi. Tangisnya itu merupakan bentuk lelahnya menghadapi pahitnya keadaan yang terus saja menyalahkannya. Ia bingung, bagaimana cara keluar dari kerumitan ini. Keadaan ini terlalu sulit untuknya yang merasa hanya sendiri sekarang.
Prilly lupa makan, ia bahkan tak mementingkan itu. Sejak sampai dirumah ia terus saja tiduran diatas ranjang sambil menangis.
Suara isak tangis itu lama-kelamaan berubah menjadi deru nafas yang teratur. Begitu menyedihkan sekali wajahnya, penuh dengan sisa tirta dipipi, wajahnya pucat akibat belum makan karena tidak nafsu. Ia sama sekali tidak memikirkan kandungannya.
"Pril, jangan nangis..." seru seseorang.
Prilly menoleh kesamping kanan. "Luna? Lo udah sembuh? Alhamdulilah!"
"Maafin gue ya, dalam waktu yang deket gue nggak bisa nolong lo." ucapnya.
"Maksud lo?"
"Gue istirahat dulu sebentar." katanya membingungkan.
"Gue nggak ngerti. Tapi makasih ya udah nolongin gue, lo tau siapa yang udah nyelakain kita?"
"Dia, Pril! Dia jahat! Lo harus hati-hati..."
"Dia akan terus nyoba nyelakain lo! Dia licik dan munafik!"
"Dia siapa? Siapa, Lun?
"Luna... jawab!"
Luna menangis lalu memeluk Prilly, tanpa menjawab pertanyaannya.
"Lun, siapa?"
"Luna!" Prilly terbangun dari tidurnya.
Matanya terbelalak ketika sadar ternyata ia berada di dalam kamar, bukan di teras rumah sakit bersama Luna.
"Astagfirullah, cuma mimpi." gumamnya. Ia menoleh ke arah jendela, ternyata langit masih gelap, tapi jam sudah menunjukkan pukul 04:30. Prilly mengelap keringat yang bercucuran di sekitar wajahnya, ia masih teringat bagaimana Luna ingin memberitahunya sesuatu di dalam mimpi.
"Dia, Pril! Dia jahat! Lo harus hati-hati..."
"Dia akan terus nyoba nyelakain lo! Dia licik dan munafik!"
"Apa maksud Luna?"
"Apa... Vanilla?" tebaknya.
"Soalnya Luna pernah bilang kalo Vanilla itu licik dan munafik, persis kayak di mimpi. Tapi masa iya dia tega ngelakuin ini. Kalo gitu Ali harus tau!" serunya.
Prilly bangkit dari kasur ketika suara adzan berkumandang, mengambil air wudhu dan mencurahkan perasaannya kepada Sang Maha Pencipta dalam do'a.
Prilly menginjak anak tangga perlahan-lahan, entah mengapa ia jadi takut bertemu Ali, ia takut jika pria itu akan terus memaki dan menyalahkannya lagi.
"Kakak, udah bangun?" tanya seseorang, suaranya tak asing lagi.
"Rahel? Kok tumben udah bangun? Masih jam enam pagi, biasanya masih dikasur hehehe." kata Prilly, mencoba menyembunyikan kesedihannya.
"Nggak tau, Kak. Biasanya abis sholat subuh Aku masih ngantuk terus tidur lagi, tapi sekarang nggak mood. Mungkin karena banyaknya masalah kali ya jadi nggak bisa tidur." ucap Rahel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Love You 1 & 2
FanficSUDAH TERBIT!!! Chapter 1-22 (versi 1) | Chapter 23-selesai (versi 2). Ini lebih mirip kisah klasik mungkin. Tentang mereka yang terpaksa terikat janji pernikahan karena dijodohkan kemudian timbul berlarut-larut luka karena merasa tidak hidup layakn...