Desiran angin membuat rambut hitam sebahu milik perempuan yang tengah duduk di gazebo itu menari-nari. Baru beberapa hari lalu ia memotongnya karena berharap bisa mengingat terus sosok perempuan lain berambut pirang sebahu yang sudah beberapa tahun lalu pergi untuk mencari kebahagiaannya sendiri di negara singa dimana orang tuanya bertempat tinggal.
Ia merindukan perempuan itu.Sungguh, Prilly tidak akan pernah melupakan kebaikannya, dimana ia rela mengorbankan perasaannya untuk orang lain, menolong dirinya dan Alunna yang waktu itu masih didalam kandungan hingga selamat. Bahkan jasanya membantu hubungan Ali dan Prilly agar tidak terpecah belah bermanfaat hingga sekarang.
Enam tahun lalu ia memohon agar membiarkannya pergi untuk menemui orang tuanya di Singapore, meski keadaannya saat itu masih belum sembuh total, bahkan kakinya masih dalam keadaan lumpuh.
"Mamaaa!" panggil seseorang, membuat Prilly yang sedang melamun sedikit terkejut.
"Iya, sayang? Udah pulang?" jawab Prilly lembut.
Kemudian bocah kecil itu naik ke atas gazebo, tapi Prilly malah menariknya kedalam pangkuan sambil mengelus-elus rambut hitam pekatnya yang juga berukuran sebahu.
"Udah. Oh iya Ma, besok tapi besoknya lagi kan disekolah Unna ada acara lomba tuh. Nah, Unna kan ikut lomba nari, Mama sama Papa dateng kan?" tanya gadis polos itu. Sungguh, ia pintar sekali berbicara.
Prilly berfikir sejenak.
"Mama pasti dateng kok. Tapi kalo Papa nggak tau, dia kan kerja takutnya sibuk."
"Ck, tapi Unna mau Papa dateng. Dari pas Unna TK A Papa nggak pernah mau dateng, Unna sebel!" gadis itu membuang muka sambil memperlihatkan wajah asam dengan memutar bola matanya sebal.
"Eh nggak boleh gitu dong, masa Alunna cantik ngambek gitu. Nanti jelek lho!" goda Prilly.
"Mama mah ribet! Pokoknya Mama bilang ke Papa kalo Aku bakal tampil nari dan Papa harus dateng!" pintanya maksa.
"Kenapa nggak bilang sendiri aja?"
Alunna menggelengkan kepalanya, "Unna takut sama Papa." tuturnya.
Prilly menarik nafasnya panjang.
"Gapapa. Yaudah masuk yuk! Ganti baju abis itu Mama suapin." Prilly menurunkan tubuh mungilnya yang masih mengenakan seragam sekolah taman kanak-kanaknya yang berwarna kuning itu.
"Mama masak apa? Masak yang tadi Aku minta kan?" tanyanya.
"Jamur saus tiram, kan?" kata Prilly. Kemudian gadis kecil itu tersenyum lebar sambil mengacungkan jempolnya.
"Sip! Makasihhh, Mama baik deh.."
"Makasih doang nih?"
"Terus Aku harus apa lagi?" tanyanya.
Lalu Prilly menunjuk-nunjuk pipinya sebagai gesture penjelasan, "Cium Mama!"
"Sini.." ia menyuruh Prilly untuk membungkuk lalu mengikat tangan mungilnya dileher Prilly kemudian mencium pipi kanan dan kiri Prilly.
"Dah!"
"Oke, lunas."
"Ayo! Sini Mama tuntun."
Gadis kecil nan cantik yang sebentar lagi berusia enam tahun itu berjalan dengan benar mengikuti langkah kaki Prilly. Ia pintar berceloteh, persis seperti Prilly sewaktu seusianya dulu.
"Mama, kaki Mama gede banget! Tapi kaki Aku kecil.." serunya ketika memperhatikan kakinya dan kaki Prilly yang tengah melangkah.
"Iyalah, Mama kan udah gede. Kamu masih kecil, jadinya kecil hehehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Love You 1 & 2
Fiksi PenggemarSUDAH TERBIT!!! Chapter 1-22 (versi 1) | Chapter 23-selesai (versi 2). Ini lebih mirip kisah klasik mungkin. Tentang mereka yang terpaksa terikat janji pernikahan karena dijodohkan kemudian timbul berlarut-larut luka karena merasa tidak hidup layakn...