[Bab 10] Sense of Comfort.

15K 1K 20
                                    

"The sense of comfort can grow from a little joke, and that's how love begins to feel!"

***

Ali sudah kembali sejak satu jam lalu. Ia telah selesai memberikan hasil tulisannnya ke penerbit, tadinya ia ingin mengirimnya lewat e-mail saja, tapi ia akan lebih leluasa menjelaskan apa yang ia inginkan untuk cetakan bukunya nanti, apalagi pemilik perusahaan itu adalah milik teman SMP Ali dulu.

Saat masuk ke dalam kamar untuk mengambil berkas kerja didalam lemari kecil, langkah pertamanya diiringi oleh suara tangis seseorang. Untuk itu ia berdeham lebih dulu.

"Ekhm!"

Prilly refleks menghapus air matanya ketika mendapatkan Ali mulai memasuki kamar.

"Sorry ya tadi gua kasar!" ucapnya datar.

Prilly mengangguk pelan, "Li..." matanya memanas lagi.

Ali menoleh tanpa menjawab.

"Gue mohon, jangan suruh gue buat abisin dia... hiks hiks!"

"Tapi nggak seharusnya dia ada! Gua nggak pengen dia ada!" bentak Ali.

"Takdir, Li, takdir yang bawa dia disini." Prilly mengelus perutnya lagi.

"Dan ini juga karena lo malam itu. Gue mohon, Li hiks hiks. Gue nggak minta apapun, gue nggak minta lo buat anggep bayi ini, gue cuma minta supaya dia tetep hidup hiks hiks. Bahkan Mama sama Papa belum tau kok soal ini." lanjutnya.

"Gua butuh waktu buat mutusin ini lagi. Karena dia bakal jadi penghalang besar buat rencana gua nanti untuk pisah dari lo!" Ali mengambil berkas yang akan ia ambil, kemudian meninggalkan Prilly sendiri disana.

Disaat gue mulai jatuh lebih dalam, lagi-lagi lo tega bikin air mata ini keluar. Bukan-bukan, bukan air mata gue aja, tapi juga air mata bayi ini. Mungkin dia nangis didalam sini, karena dia sama sekali tidak mendapatkan hak cinta sedikitpun dari ayahnya.

"Gue harus apa?... Gue takut hiks hiks."

***

Selama satu minggu ini, Prilly lebih menjaga jarak dengan Ali, lebih banyak diam. Pagi ini Prilly mulai melakukan jalan santai mengenakan kaos dan celana lejing di taman kecil belakang rumah dekat kolam renang sambil melamun. Ia ingat betul minggu depan kandungannya akan berusia empat bulan, tapi entah, perut buncitnya cepat sekali membesar, mungkin sekarang lebih terlihat seperti berumur empat bulan lebih.

"Assalamu'alaikum, Prilly...!" teriak seseorang dari kejauhan sana.

"Mama?" pikir Prilly pertama kali ketika mendengar suara itu.

"Wa'alaikumsalam, Ma, Prilly ada di belakang!" lanjutnya.

Saat ingin beranjak, wanita setengah baya itu telah berdiri diambang pintu tempat Ali berdiri kemarin. Pelyn tersenyum sumigrah, mendapatkan sang menantu tengah berdiri diantara rerumputan dengan kaki telanjang, perutnya terlihat membuncit sekarang, apalagi efek mengenakan kaos putih polos.

"Cucu Mama udah keliatan...!" serunya, ia langsung menghampiri Prilly kemudian mengelus-elus perut Prilly.

"Lho, Mama kesini?" tanya Prilly terkejut.

"Emangnya Mama nggak boleh main kerumah anak Mama sendiri? Apalagi dikit lagi Mama bakal punya cucu ahhh." ucapnya.

"Bu-bukan gitu, Ma. Maksud Aku tumben Mama pagi banget main kesininya, udah gitu nggak ngasih kabar dulu lagi, Prilly kan bisa masak." ujar Prilly.

Belatedly Love You 1 & 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang