Kejadian tadi masih terngiang di otak Prilly. Kini perempuan itu tengah mondar-mandir menunggu Ali yang tak kunjung pulang, bahkan ia sampai lupa untuk makan meskipun ia sudah memasak. Jam dinding menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh lima menit tapi laki-laki itu belum pulang juga.
"Argh!" Prilly meringis ngilu sambil memegang perutnya. Refleks ia langsung duduk ke sofa.
Deritan pintu terdengar perlahan menusuk telinga Prilly, dan ia menadapatkan Ali dengan wajah yang sama, datar.
"Li, baru pulang?" tanya Prilly mencoba tenang.
Ali hanya menoleh sebentar lalu meninggalkannya tanpa memberi jawaban apapun, ia seakan-akan masih cemburu akan hal tadi.
"Li, maaf..." ucap Prilly, membuat langkah laki-laki itu berhenti dan menghadapnya.
"Buat?"
"Tadi itu gue sama dia nggak ngapa-ngapain, Lo salah paham-"
"So? I don't care!" kata Ali.
Prilly menganga, Ali bertransformasi dalam waktu sesingkat ini. Bukannya tadi ia bersikap seolah-olah cemburu? Marah saat mendapatkan tangan Prilly dipegang oleh Reza.
"Ta-tadi kenapa lo marah pas gue..."
"...lo-"
"Marah? Cemburu maksud lo? Hahahaha." selalu, selalu ia memotong ucapan Prilly.
"Bukan cemburu, tapi kecewa! Tau kenapa? Karena tadi disitu juga ada sahabat Papa yang pernah dateng ke pernikahan kita, dan dia ngeliat lo lagi pegang-pegangan sama cowok lain, sekarang siapa yang malu? Gua juga! PUAS LO?!" lanjutnya dengan nada yang meninggi.
"Gue nggak pegang-pegangan, Li, dan gue nggak tau kalo yang ngobrol sama lo di kafe itu sahabat Papa."
"Berisik! Gua mau istirahat." kata Ali, meskipun tenang tapi datarnya menandakan bahwa ia sungguh kecewa.
"Tapi makan dulu gue udah ma-"
Prilly diabaikan lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk makan sendirian meski malam telah larut, karena perutnya begitu sakit dan juga harus minum obat serta vitamin.
***
Reaksi obat yang Tante Thessa resepkan agar Prilly membelinya di apotek kemarin benar-benar manjur, kini rasa mual itu tidak kambuh lagi. Pagi-pagi sekali Prilly sudah memasak untuk Ali meski rasanya malas sekali, ia hanya ingin menebus kesalahannya kemarin siang. Setelah Ali benar-benar telah pergi ke kantor, Prilly kembali ke kamar dan mengambil sesuatu dari plastik apotek kemarin. Bukan, bukan obat ataupun vitamin, melainkan benda kecil panjang berwarna putih. Prilly menggenggamnya erat-erat dengan jantung yang berdebar, kemudian beranjak ke kamar mandi dengan membawa benda itu.
Matanya terbelalak setelah melihat dua garis merah di testpack -benda kecil panjang berwarna putih yang ia bawa- itu, wajahnya memancar antara bahagia dan kebingungan.
Positif!
Tante Thessa nggak bercanda!
[Flashback on]
"Gimana, tan? Prilly sakit apa?" tanya Prilly penasaran.
Tante Tessa tersenyum.
"Kamu nggak sakit.."
"...tapi, Kamu hamil!" lanjutnya.
"Ah tante, pasti bercanda kan?" tanya Prilly tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Love You 1 & 2
FanficSUDAH TERBIT!!! Chapter 1-22 (versi 1) | Chapter 23-selesai (versi 2). Ini lebih mirip kisah klasik mungkin. Tentang mereka yang terpaksa terikat janji pernikahan karena dijodohkan kemudian timbul berlarut-larut luka karena merasa tidak hidup layakn...