02 : Musim Semi (봄)

1.1K 122 110
                                    

Mentari mengajak sang pasangan untuk menikmati betapa hangatnya ia, mengikuti setiap gerak langkah mereka kemanapun. Sudah lima hari berlalu sejak musim dingin meninggalkan Korea dengan rindunya yang masih melekat. Seakan Tuhan tahu bahwa kedua insan itu membutuhkan halaman baru, pun semi menyapa tanpa keraguan. Suhu yang ringan dan menyegarkan menjadikan musim semi sebagai musim yang ideal, di mana berbagai bunga bermekaran setelah melalui fase yang cukup lama untuk menanti. Tak terkecuali dengan Sakura, Forsythia, Azaleas, Lilacs, bahkan Magnolias bermekaran di puncak musim semi ini.

Wonderful of Seoul.

Sekarang giliran Jina yang menjadi model kecil dari seorang Photographer cilik. Awalnya, Jina sudah menangis satu ronde berharap akan di foto bersamaan dengan bunga-bunga yang bermekaran indah sebagai background. Tahu saja seperti itu, June lebih dulu menjaihili saudara kembarnya untuk tidak mendapat kemenangan satu pun dari kedua orang tuanya. Memilih dinding sebagai langkah kedua.

Oh, June sebenarnya bukan sekadar menjahili Jina untuk tidak menggunakan taman bunga sebagai background

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Oh, June sebenarnya bukan sekadar menjahili Jina untuk tidak menggunakan taman bunga sebagai background. Pastinya ada tujuan lain yang terselimuti rapi tanpa ada yang tahu. Kecil-kecil rupanya mematikan.

"Papa! Ini rumah baru kita?" tunjuk June begitu antusias. Terlalu senang sudah punya kamar sendiri tanpa perlu berbagi kamar dengan Jina.

Jimin yang menyadari euforia anak laki-lakinya lekas menggendongnya dan mengecup pelan pipinya. June tertawa geli setelah itu. "Suka tidak?"

"Suka suka suka. Tapi June akan punya satu kamar sendiri kan, Pa?"

Sangat menggemaskan. Ingin mencium pipi yang menggembung itu tak henti-hentinya. Jimin baru tahu jika dirinya mungkin setampan June dan senakal June, menurut informasi begitu.

Sebelum menjawab, Jimin lebih dulu mendapati lututnya diketuk berkali-kali. Terlalu kesal karena sang Papa menggendong June tanpa memedulikan dirinya. Jadi, turunan cemburu ini dari siapa? Perasaan, Jimin tidak pernah cemburu pada Jane. Atau memang pernah?

"Papa pilih kasih! Selalu June, selalu June. Mama... lihat Papa jahat huwaaa...."

Kembali menangis. Jina menangis lagi sembari berlari ke arah sang bunda yang sedang merapikan beberapa pot bunga baru. Baru dibelinya beberapa saat lalu. Ketemu di pasar.

Jane yang menyadari ada langkah yang mendekatinya menoleh, mengulas senyum dan menggendong si putri. Jina tersenyum penuh kemenangan sambil menyeka pipi yang tidak basah. "Mama... aku ingin bunga itu." Jina segera menggoyangkan tubuhnya agar sang bunda menurunkan dirinya. Ia datang pada bunga dan memetik daunnya. Hampir saja Jane meledak saat itu sebelum suaminya mengalihkan pembicaraan. Tentu saja Jimin melihat seluruh kejadian.

JIMIN AND JANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang