06 : Venesia (Italy)

738 103 97
                                    

Jimin masih sanggup bertahan. Menambah beban berat kepalanya di atas pundak sang istri yang sedang berdiri. Sudah lama tidak bermanja seperti bayi kehausan. Kali ini, Jimin ingin kembali merasakan denyutan gugup itu lagi. Biasanya juga berdetak kencang, mau mengecek apalagi? Lama kelamaan otak si dokter ini mulai tidak waras. Yang ada di kepalanya hanyalah Jane dan Jane. Suami paling konyol sejagat raya. Meski begitu, Jane mengakui hal yang sama. Memangnya ada kesalahan apa hingga seseorang membiarkan adanya keterkaitan hukuman persoalan detak jantung tidak karuan kala kau berdekatan dengan lawan jenis? Tidak ada penjara yang menjamin hukum asusila begitu. Bagus. Jadi lupakan.

"Jimin, aku sedang gosok gigi. Minggirlah," keluh Jane tiap kali merasakan beban pundaknya semakin terasa. Lelaki itu memejam mata masih mengantuk. Melingkarkan kedua tangan pada perut istrinya. Sudah berganti pakaian yang berbalut handuk di tubuh, lelaki itu masih tidak mau mandi sebelum istrinya menerima ajakan mandi pagi paling aneh.

"Jimin, aku kan sudah bilang akan ke kantor hari ini. Aku terburu-buru. Cepatlah minggir."

Jimin mungkin sedang kerasukan setan vulgarisme yang semasa hidupnya tak pernah merasakan kenikmatan barang satu kali kecupan mesra. Ia mengusap-usap perut wanita itu yang berada di depan cermin kamar mandi. Matanya masih memejam menahan kantuk. Sempat-sempatnya mencari kemenangan di setiap gerakan istrinya yang menggeliat cantik sekali.

"Ayo, Jane."

"Jimin! Kenapa seperti lelaki yang tak pernah mendapat asupan, sih? Kau ini lebih mirip lintah haus darah. Aku belum membereskan Jina dan June. Kalau mereka melihat kita bagaimana?"

"Aku sudah mengunci pintu kamar. Sebentar saja. Quick touched." suara serak sialan itu memabukkan.

Jane tidak memedulikan hasrat yang tidak ada habisnya itu. Ia berbalik mencoba memancing lelaki itu melemahkan pelukan. Ia memberi morning service paling menjijikkan harus mengecap isi mulut bau belum gosok gigi. Merasakan bagaimana gerakan jemari lelaki itu mulai kemana-mana tanpa permisi. Jane hampir menang, sebentar lagi. Kala lelaki itu hampir meloroti sebagian penutup bawahnya, saat itu pula Jane mendorong sedikit kuat. Gerakan cepatnya berhasil membuka pintu kemudian menutupnya.

"Jane! Kau menyiksaku! Bahkan aku sudah- argh, sialan!"

Jane tahu akan begini jadinya jika suaminya sudah setengah jalan menegang. Siapapun pasti tak tahan menyelesaikannya sendiri. Tapi, lama-lama Jane muak karena suaminya terus mengambil waktu sibuknya. Andai saja ia tidak terburu-buru mungkin Jane akan mengulur panjang waktu untuk menuntaskan segalanya. Jane terpaksa kemudian tertawa, ada rasa cemas juga bagaimana nanti dia akan bertemu dengan lelaki itu sepulang dari kantor.

Sejak semuanya terdengar jelas di hadapan media mengenai rumor yang menghampiri perusahaannya usai, kini YJ Fashion kembali merintis karir agar bisa mengalahkan pesaing hebat seperti dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak semuanya terdengar jelas di hadapan media mengenai rumor yang menghampiri perusahaannya usai, kini YJ Fashion kembali merintis karir agar bisa mengalahkan pesaing hebat seperti dulu. Salah satunya tentu Kim Fashion yang tak tahu malu membiarkan putra tunggalnya menjalankan segala rencana busuk yang terselubung. Tante Hwang kelewat pintar, mampu menepis rumor gosip yang membuat perusahaan mereka bangkrut kala itu.

JIMIN AND JANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang