17 : Bohong (거짓말하다)

588 125 81
                                    

Kalau ada diantara kalian yang ikutin Dear Vante, cerita itu gatau mau publish kapan. Gaada yang nungguin soalnya ✨

.

Jimin bilang dia akan segera mengabari istrinya begitu sampai di desa terpencil di mana ia akan bertugas selama satu minggu. Namun sudah tiga hari Jane belum menerima kabar apapun. Satu pesan saja tak kunjung datang apalagi yang lainnya. Wanita itu sempat kesal di hari pertama, tapi di hari kedua mulai ada kecemasan, berlanjut di hari ketiga ia sudah tak berselera makan atau minum.

Jane jatuh sakit. Lagi.

"Kita akan ke rumah sakit ya, sayang. Tante tidak bisa melihatmu begini. Kasihan anakmu, mereka ingin menghabiskan waktu bermain bersamamu. Lagipula, Jimin sedang di desa jauh dari kota mungkin sinyal di sana susah. Cobalah berpikir positifnya. Kau selalu membebankan dirimu pada masalah sepele yang tidak kau cari tahu dulu," ujar Tante Hwang blak-blakan.

"Aku tidak seperti itu! Aku selalu mencari tahu dulu, kok. Tante suka sekali asal menuduh."

Jane menarik selimutnya hingga menutupi wajah. Menahan isak tangis yang mungkin sebentar lagi akan keluar. Tidak sanggup membendungnya. Rindu sekali pada suaminya. Ingin selalu bersama tak terpisahkan.

Tante Hwang lekas keluar dari kamar setelah membantingnya sedikit keras. Keponakannya itu tidak pernah mau menerima nasehat, sampai heran sendiri kenapa Dokter Jimin bisa segila itu pada Jane. Padahal jika mengkilas balik perjodohan mereka dulu yang membantu sampai ke tahap ini adalah Tante Hwang. Jika saja tidak, mungkin Jane sudah lebih dulu menggugat cerai Jimin kala mengetahui lelaki itu lebih memilih kakaknya ketimbang dirinya.

Masa lalu mereka begitu panjang jika dibahas. Jadi marilah menggunakan waktu sebaik mungkin menata masa depan keduanya agar terlihat lebih manis meski garam selalu ingin ikut campur.

Seperti sekarang, begitu Jane memastikan kedua anaknya tertidur pulas siang hari maka siasatnya untuk berkunjung ke rumah sakit milik keluarga suaminya itu berjalan mulus sekali. Sebenarnya tujuan pertama itu mau meminta resep obat demam yang memang sudah diingatnya. Punya suami dokter kelebihannya memang begini. Kendati demikian, Jane menyiapkan tujuan kedua untuk mencari tahu alamat lengkap desa yang dikunjungi suaminya bersama dengan beberapa dokter lainnya.

Di sana, tepat kakinya baru menginjak selangkah memasuki pelataran gedung, tampak beberapa perawat wanita nan pria menunduk menyambut kedatangannya. Masih terasa begitu hangat tiap kali menyapa. Namun ada juga di antara mereka yang berbisik-bisik tetangga perihal kejadian June sakit. Ah, ingatan pegawai di sana cukup tajam sekali. Haruskah Jane menyuruh suaminya bertindak untuk memecat beberapa pegawai? Tidak. Jane tidak seperti itu. Ia hanya bersikap sesuka hati pada keluarganya sendiri, selain dari itu, tidak tega. Sifat mudah sekali sayang pada orang lain adalah satu kelebihan Jane punya. Tidak boleh disia-siakan begitu saja.

Jane mendatangi salah satu perawat wanita di sana. "Bisakah aku meminta bantuanmu?" tanyanya dengan nada lembut sekali.

"Oh, Nyonya Jane. Annyeong Haseyo! Ada yang bisa saya bantu?" Perawat itu terlihat kaku sekali menyapa. Menatap takut ke arah Jane seolah melihat monster.

Yeah, kejadian di mana Jane berteriak kasar menyumpahi Jimin kala itu sudah tersebar luas.

Jane janji tidak akan mengulangi itu lagi. "Apa kau tahu alamat Dokter Jimin bertugas? Maksudku ... alamat desa itu? Ah, aku bingung menjelaskan bagaimana."

"Iya? Maksud nyonya? Bukankah Dokter Jimin sedang berada di lantai atas?" jelas perawat itu tanpa pikir panjang. Sebelumnya memang Jimin tidak menyuruh siapapun untuk menutup mulut.

JIMIN AND JANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang