10. Sebuah Pengakuan Tentang Perasaan Terpendam

3.6K 219 1
                                    

Lorong itu kembali hening. Reza memegang kerah baju Azmi dengan kuat. Dan menatap Azmi dengan tajam.

"Jawab mi.... Kamu suka kan sama dia!!...kamu suka kan sama Annisa..." tanya Reza dengan keras kepada Azmi. Azmi justru memilih untuk bungkam.

"Udah Rez... " kata Luna coba menenangkan Reza.

"Diem Lun... Saya hanya berurusan dengan anak ini..." kata Reza sambil menunjuk Azmi.

"JAWAB MI!!! " bentak Reza kepada Azmi. Membuat semua orang yang ada di lorong itu terkejut. Annisa hampir meneteskan air mata.

"Emang kenapa kalau aku suka sama dia?? " kali ini Azmi memberanikan diri untuk berbicara. Bahkan suaranya lebih lantang daripada Reza.

Semua orang yang ada dilorong itu terkejut mendengar perkataan Azmi. Bahkan Annisa menutup mulutnya dengan tangan serta berusaha membendung air matanya.

"Emang kenapa kalau aku suka sama Annisa Rez??... Emang kenapa???.... Jawab Rez... " kata Azmi kembali.

Rezapun melepaskan kerah baju Azmi. Kini Annisa tidak bisa membendung air matanya. Ia menangis lalu berlari meninggalkan lorong sepi itu sambil berusaha agar tangisannya tidak pecah.

"Annisa tunggu!!!!" teriak Zahra sambil mengejar Annisa. Dikuti Fatimah dari belakangnya.

Kini Azmi hanya bisa diam. Melihat Annisa pergi meninggalkan lorong sambil menangis. Dan menyadari bahwa yang ia katakan tadi bisa menyakiti hati Annisa.

☆☆☆

Annisa terus berlari bahkan ia hampir saja menabrak para santriwati yang sedang lewat. Bukannya minta maaf ia malah terus berlari. Matanya terus mengeluarkan air mata. Kemudian, langkahnya terhenti di sebuah bangku taman. Ia duduk di bangku tersebut. Seketika itu, tangisannya yang tadinya ia tahan pecah. Fatimah dan Zahrapun datang, duduk disamping Annisa dan menenangkan Annisa.

"Annisa... Udah jangan nangis... " kata Fatimah dengan nada lemah lembut sambil mengelus punggung Annisa.

"Iya... Udah jangan nangis... " kata Zahra.

"Gimana nggak nangis... Ana takut ..... Setelah Azmi bicara begitu... Ana takut nanti aku semakin dibully lagi...Mungkin aja ana dibullynya lebih parah..." kata Annisa.

"Azmi itu bicara begitu buat ngelindungin kamu dari Luna sama kak Reza biar kamu tidak dibully lagi... " kata Zahra berusaha menghibur Annisa.

"Tapi itu kan nggak baik... Ana takut nanti ketahuan sama Abi juga sama Umi.... Ana juga takut nanti jadi fitnah... " kata Annisa kembali.

Tak lama kemudian, datang seorang santri dihadapan Annisa, Fatimah dan Zahra. Tiba-tiba ia mengulurkan sebuah sapu tangan kepada Annisa. Annisapun menerimanya. Saat ia mendongakkan kepalanya ia terkejut. Ternyata orang yang mengulurkan sapu tangan itu adalah Azmi. Kemudian, Azmi berlutut dihadapan Annisa dengan muka bersalah.

"Ukhty.... Maafin Ana ya... Tadi Ana kepepet ngomong itu... Ana nggak tahu kalau perkataan Ana menyinggung Ukhty... Itu Ana lakukan buat ngelindungin Ukhty dari Reza sama Luna.... Sekali lagi Ana minta maaf ya... Ana takut nanti Kyai Fadlan marah kalau Ana nyakitin anaknya..." kata Azmi kepada Annisa.

" Iya Akhy... Ana maafin... " kata Annisa dengan suara pelan.

" Makasih Ukhty.. ...Ukhty udah maafin Ana... Udah ya ukh... Ana mau balik ke asrama putra.... Ana takut nanti ketahuan sama santri lain kalau Ana ke kawasan santri Putri... Nanti Ana malah dihukum... " kata Azmi kembali.

" Iya Akhy... Sebaiknya Akhy pergi dari sini... Takut ketahuan... "

" Udah jangan nangis... Assalamualaikum... "

" Wa'alaikum salam... " jawab Annisa, Fatimah dan Zahra.

Azmipun pergi meninggalkan Annisa, Fatimah dan Zahra yang masih duduk di bangku taman itu.

☆☆☆

CINTA KARENA ALLAH (Karena Cinta Datangnya dari Allah)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang