Diam dan mematung. Itulah yang Annisa lakukan setelah mendengar perkataan Veve dan Hamimi. Kantong plastik yang berisi beberapa barang yang ia beli dipasar jatuh berceceran. Mulutnya menganga. Ia benar-benar terkejut.
"Apa itu benar?, pemuda yang memanggilku dengan nama Layla itu Syakir?," kata Annisa setelah pikirannya seperti mesin waktu yang menunjukan peristiwa dimana ia bertemu dengan Syakir.
"Kau sudah menemuinya?," tanya Veve penasaran.
"Aku menemuinya di dekat meja piket setelah aku minta surat izin untuk keluar pesantren," kata Annisa yang berhasil mengingatnya. Annisa mengingat ketika ia meminta surat izin hanya untuk membeli beberapa bumbu dapur. Tak sengaja ia malah bertemu dengan Syakir yang terus memanggilnya dengan sebutan Layla.
"Dia terus memanggilku dengan nama Layla. Aku tahu Layla adalah anak kandung Ustadz Fadlan dan Umi Khadijah yang sudah meninggal. Apakah dulu Syakir memiliki kenangan indah bersama Layla?, bahkan sampai Layla meninggal ia masih belum bisa melepasnya," lanjut Annisa kembali.
Kini pikiran Annisa malah berputar kembali dengan perjodohan Layla. Ia juga teringat dengan beberapa foto di Album dan Diary Layla yang mirip dengan Syakir.
"Jadi orang yang dijodohkan Layla itu adalah laki-laki itu?, aku benarkan?,"
"Iya itu benar," kata Veve.
"Lalu apakah ia mengalami despresi berat hingga ia masih beranggapan bahwa Layla masih hidup?,"
"Karena ia benar-benar mencintai Layla, kau tahu?. Setelah mendengar kabar kematian Layla, Syakir langsung mengurung dirinya didalam asrama. Ia tidak mau keluar hingga Layla dimakamkan. Lalu beberapa hari kemudian, ia kabur dari pesantren. Syakir langsung kembali ke rumah dengan depresi berat. Hingga ia dibawa ke beberapa psikater. Aku takut nanti despresinya datang lagi," terang Hamimi. Terus terang, Hamimi masih ragu untuk memasukan Syakir kembali kedalam pesantren. Ia masih khawatir jika Syakir masih saja tidak bisa melupakan Layla atau bahkan despresi Syakir semakin parah.
"Lalu apa yang harus aku lakukan agar Syakir tidak despresi lagi?," kata Annisa. Sorot matanya menunjukan ekspresi putus asa. Ia hanya bisa pasrah kepada Allah tentang takdirnya sekarang. Apakah ia bakalan melanjutkan takdir Layla atau tidak.
Melihat sorot mata Annisa, Veve langsung memegang kedua bahu Annisa dan menariknya berhadapan dengannya.
"Tolong banget Annisa. Tolong kamu jangan muncul dulu kehadapan Syakir. Aku yakin jika ia berhadapan denganmu. Ia akan langsung teringat dengan Layla," kata Veve menatap miris Annisa.
"Tapi aku tidak tahu apakah aku benar-benar bisa melaksanakan. Maksudku mungkin saja aku akan bertemu dengannya entah sengaja atau tidak. Apalagi kita satu pesantren yang akan memungkinkan bahwa kejadian itu bakalan terjadi,"
"Akan aku bantu,"
☆☆☆
Horee..... untuk sekian lama Author hadir lagi...
Pada lumutan enggak sih nungguin Author?
Pastilah... Apalagi Author yang sama2 nunggin hasil lapor tugas sama UKT susulan :")
Beneran lho.. Author nungguin sampai demam tinggi 3 hari ya Allah ..
Udah ah.. malah curat yang nggak jelas..
Oke pendek2 dulu yaa.. ini aja masih mau nyambung nugas lagi :")
See you bye bye.. jangan lupa di vote :v
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KARENA ALLAH (Karena Cinta Datangnya dari Allah)✔
Espiritual[END] [WARNING!!! SEBAGIAN PART DI PRIVATE!!! FOLLOW TERLEBIH DAHULU!!!] Berawal dari bertemunya Azmi dengan seorang wanita bergamis putih dan berhijab pink yang penuh dengan robekan dan kotor. Wanita itu bernama Annisa Nurjanah.Ia sangat lemah dan...