Malam semakin sunyi. Pantas saja, sekarah sudah pukul 9 malam. Kebanyakan para santri dan santriwati di Pondok Pesantren Nurul Qodim pada jam 9 telah kembali ke kamar masing masing. Termasuk Azmi, sementara Ahkam dan Aban masih berada di Masjid. Ya, Azmi sendirian di kamar. Menatap surat yang ia pegang sembari merenung isi surat tersebut.
"Kenapa-kenapa dia kembali ketika situasi pesantren sudah membaik?, kenapa?," guman Azmi tak jelas. Ia sangat terkejut mendengar kabar sahabatnya yang dulu meninggalkan dia dengan kedua sahabatnya secara diam diam, sekarang malah memberi kabar bahwa ia akan kembali ke pesantren Nurul Qodim. Tak terasa satu tetes air mata turun perlahan di pipinya. Namun ia buru buru menghapusnya dengan tangannya.
"Tidak!. Jangan Azmi!, jangan membuat kau terlihat lemah di hadapannya. Jangan!!, kau harus kuat. Kau tidak boleh cengeng,"
Namun lamunan Azmi seketika buyar ketika ada yang mengetuk pintu kamarnya. Rupanya itu Ahkam dan Aban yang ternyata sudah pulang dari Masjid. Azmi sedikit terkejut. Ia buru buru menyembunyikan suratnya dibawah bantal, menarik selimut, kemudian berpura pura tidur.
Ceklek.
"Ya Allah, udah tidur dia. Pantes di gedor gedor nggak nyaut," kesal Ahkam ke Aban. Namun ternyata Aban langsung naik ke ranjang atas, tepat dibawah ranjang Azmi kemudian tidur.
"Ih, Aban mah," kata Ahkam yang kini frustasi lalu memutuskan untuk tidur.
☆☆☆
Sementara di sisi lain. Lebih tepatnya di kamar Annisa di rumah Kyai Fadlan. Di tepi ranjang Annisa merenung setelah kejadian di rumah pohon. Sedangkan di tangannya ada buku Diary yang ia temukan di rumah pohon itu.
Pertanyaan pertanyaan terus berputar di kepalanya. Apakah Layla benar benar dijodohkan?. Mengapa dia dijodohkan. Dan dengan siapa ia dijodohkan?. Segitu parahkan perjodohan ini hingga membuat Layla tertekan?.
Lalu tiba tiba ia teringat dengan perkataan Fatimah yang membuat ia terkejut sampai sekarang.
"Sepertinya ia ingin menyembunyikan ini semua. Mulai dari penyakitnya, masalah yang ia hadapi serta perjodohan,"
"Perjodohan?,"
"D-dari mana kau tahu?,"
"Lihat goresan dinding ini,"
"'Aku muak dengan perjodohan konyol ini...',"
"Apa maksud dari ini semua?,"
Percakapan Annisa, Fatimah dan Zahra terus membayangi pikiran Annisa. Dan semua itu membuat Annisa sakit kepala dan bahkan memegangi kepalanya.
"Argghhh... Kenapa semua itu terus membayangiku?, bagaimana aku bisa tidur bila aku terus memikirkannya,"frustasi Annisa sambil terus memegaingi kepalanya hingga buku Diary yang ia pegang tadi jatuh kelantai.
Annisapun mengambilnya. Namun karena tidak hati hati sebuah foto yang sengaja di selipkan di buku itu terjatuh dengan posisi terbalik. Dengan malas ia memungutnya kemudian memutarnya dengan perlahan. Foto itu menampilkan 3 orang laki-laki. Namun salah satu dari mereka tidak memperhatikan kamera yang memoto dirinya. Dan satu lagi ada seorang yang tidak asing. Ada juga seorang laki laki yang mencuri perhatiannya. Karena ia tidak mengenalnya.
"Lah, ini Azmi. Terus dua orang itu siapa?," guman Annisa. Pikiran ia malah tertuju dengan persoalan perjodohan Layla.
"Apa benar dia---" perkataannya terpotong ketika ada mengetuk pintu kamarnya. Buru-buru ia menyelipkan foto kembali ketempatnya dan membuang bukunya sembarangnya. Untung saja hanya ada dibawah meja dan tidak mengenai barang-barangnya. Lebih tepatnya barang-barang milik Layla.
Rupanyayang mengetuk kamarnya adalah Umi Khadijah sambil membawa segelas susu dengan nampan bewarna coklat.
"Oalah, rupanya Umi. Kirain siapa,"
"Hehe. Tadi kamu teriak gara gara nggak bisa tidur. Jadi Umi bikinin susu biar kamu bisa tidur," kata Umi Khadijah sambil menyodorkan susu untuk Annisa kemudian di terima oleh Annisa.
"Syukron Umi," kata Annisa yang lansung meminum minumanya.
"Na'am, tadi kenapa sih sampai frustasi gitu, emang kamu lagi mikirin apa?," sontak Annisa yang sedang minum setelah mendengar perkataan Umi Khadijah nyaris menyembur minumannya saking terkejutnya.
"Ah.. E-enggak kok Umi, tadi cuma mikirin tugas aja," kata Annisa sambil menggigit bibir bawahnya. Kemudian dibalas dengan tatapan Umi Khadijah yang sulit di artikan. Mungkin dia tahu ada sesuatu yang di tutupi Annisa. Tiga detik kemudian Umi Khadijah menetralkan tatapannya.
Maaf umi, Annisa bohong -- batin Annisa.
Pasti ada yang ditutupi.. Biarin aja dah -- batin Umi Khadijah.
"Ya sudah kamu tidur aja ya," kata Umi Khadijah selembut mungkin sembari mengelus kepala Annisa.
"Iya Umi,"
☆☆☆
Huaaa... kambek walau agak telat gara gara keabisan kuota.. 😂😂😂 Maaf dah..
Mungkin kalau cerita ini udah 50k yang baca bakalan di private deh...
Soalnya nanti banyak yang plagiat.. Menurut kabar beredar 'tukang plagiat' bakalan copas cerita yang baca sama votenya sedikit tapi ranknya naik teruss... Makanya author sempat hiatus agak lama gara gara itu..
Untuk itu kalian selalu follow akun wattpad aku biar kalian bisa baca bagian bagian yang aku private... Setelah ini aku bakalan kasih nomor di setiap partnya... Biar kalian tahu part mana yang bakalan aku private...
Maaf ya para readers semuanya 😭😭..
Aku ngelakuin ini semua biar hak ciptaku nggak di plagiat dengan seenak jidat 😭😭
Oke cukup sedih sedihnya...
Seperti biasa.. kalian pencet bintang yang ada di pojok kiri... nanti bintang itu bakalan bersinar jadi jingga 😂😂😂...
Comment biar author termotivasi terus cepet cepet kambek lagi...
See you bye byee 😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KARENA ALLAH (Karena Cinta Datangnya dari Allah)✔
Spiritüel[END] [WARNING!!! SEBAGIAN PART DI PRIVATE!!! FOLLOW TERLEBIH DAHULU!!!] Berawal dari bertemunya Azmi dengan seorang wanita bergamis putih dan berhijab pink yang penuh dengan robekan dan kotor. Wanita itu bernama Annisa Nurjanah.Ia sangat lemah dan...