39. Berpisah.

2K 129 14
                                    

Satu tahun kemudian....

"Annisa, tolong mandiin Layla dulu. Umi sedang masak!!," teriak Umi Khadijah dari dapur.

"Iya Umi!!," balas Annisa.

Annisa langsung pergi kearah kamar lalu membawa bayi perempuan usia 5 bulan. Dia adalah anak dari Kyai Fadlan dan Umi Khadijah atau lebih tepatnya adik angkat Annisa. Kenapa bayi itu dinamai Layla?. Karena Kyai Fadlan dan Umi Khadijah berharap agar Layla kecil akan menjadi sosok yang hebat seperti Almarumah Layla. Terdengar unik, namun itulah harapan mereka dan Annisa menyetujui itu. Kehadiran Layla kecil ini bisa mengisi kehadiran Almarhumah Layla dengan segala kegemasannya. Namun, sosok Layla yang meninggal dengan membawa inspirasi ini tak akan terganti.

"Ayo Layla kecil. Kamu harus mandi," kata Annisa yang sedikit kesusahan membawa Layla yang lincah ke bak mandi khusus bayi. Setelah masuk kedalam bak mandipun, Layla malah semakin lincah hingga air yang ada di bak itu muncrat kemana-mana. Termasuk kebaju Annisa. Namun Umi Khadijah datang dan mengatasi semuanya.

"Hei Layla, janganlah seperti itu. Kasihan kakakmu jadi basah karena ulahmu. Annisa cepatlah mandi dan ganti baju. Biar Layla yang Umi urus," kata Umi Khadijah mengambil alih Layla yang masih rewel. Ajaibnya, setelah Layla berada di tangan Umi Khadijah langsung diam.

"Baik Umi. Setelah ini Annisa ke rumah pohon yaa," kata Annisa.

"Iya,"

☆☆☆

Setelah satu tahun berlalu, pesantren aman dan tentram. Tak ada keributan dan masalah di pesantren. Azmi dan Syakir juga sudah baikan bahkan mereka juga sudah menjadi sahabat seperti dulu bersama Aban dan Ahkam. Bahkan Syakir juga ikut dalam grup Hadrah bersama ketiga sahabatnya.

Lalu apa kabar Luna, Reza dan teman-temannya?. Mereka sudah di pindahkan ke pesantren-pesantren di Indonesia. Mereka sudah tidak lagi bersama lagi, artinya mereka di pindahkan ke pesantren yang berbeda-beda. Mereka di pindahkan karena mereka melanggar aturan pesantren.

Lalu bagaimana dengan tante dan om Annisa?. Mereka terjerat kasus yaitu pengedaran dan penggunaan obat-obat terlarang. Mereka terpaksa melakukannya agar merauk banyak uang dan membayar hutangnya. Namun, justru mereka tertangkap dan di pidana penjara seumur hidup.

S

edangkan Annisa, kini hidup tentram bersama orangtua angkatnnya. Annisa juga nyaman hidup di lingkungan pesantren sebagai anak angkat Kyai pemilik pesantren. Annisa juga bisa meresap semua pelajaran pesantren dengan cepat. Walau masih sebagai santriwati baru, Annisa selalu mendapatkan juara 5 besar di kelasnya. Hingga menjelang kelulusannya, Annisa berhasil masuk di salah satu Universitas ternama di Indonesia.

"Fatimah. Setelah lulus, mau ngelanjutin kemana?," tanya Annisa. Sekarang mereka berada di rumah pohon peninggalan Almarhumah Layla sambil melihat pemandangan sungai yang mengalir deras.

"Entahlah Annisa. Mungkin aku akan mengurus pesantren Abi ku," kata Fatimah sedikit bernada sedih.

"Kalau Zahra?,"

"Sama," kata Zahra nampak sedikit rasa putus asa di matanya.

"Yah, jadi kali ini aku kuliah sendiri nih," kata Annisa sedih, mendengar teman-temannya yang lebih memilih mengurus pesantren milik ayah mereka daripada melanjutkan pendidikannya lagi.

"Hei, mungkin kalau ada waktu kita kesini lagi kok. Pasti kita akan bertemu lagi. Jadi jangan sedih," kata Zahra sedikit memberi semangat Annisa.

"Bener kata Zahra. Sebaiknya kamu harus tetap bersemangat ngelanjutin pendidikan kamu. Jadi jangan patah semangat kalau kita nggak bisa melanjutkan pendidikan kita. Keep Fighting!!!," kata Fatimah sambil mengepalkan kedua tangannya seraya memberi semangat Annisa. Annisa sedikit tertawa, seolah nampak semangat muncul di dalam dirinya.

CINTA KARENA ALLAH (Karena Cinta Datangnya dari Allah)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang