This is Gravity or are We Falling in Love?

Chapter 20 [END]

This is Gravity or are We Falling in Love?
Chapter 20
■
Kini usia kandungan Luhan sudah 9 bulan, hanya tinggal menghitung hari atau lebih tepatnya menunggu waktu yang tepat buah cintanya dengan Oh Sehun yang pertama akan melihat dunia.

Sehun tentunya sangat memperhatikan perkembangan kehamilan Luhan, perhatiannya begitu ia limpahkan untuk sang istri.

Seperti biasa, sore ini Sehun pulang dari kantor lebih awal. Ia langsung masuk ke rumah & mencari sosok istrinya.

Ia mencari ke setiap sudut rumahnya tersebut, begitu sosok yang ia cari tertangkap oleh mata elangnya sebuah senyuman pun terukir di wajah tampannya.

Dengan pelan Sehun melangkah ke arah dapur dimana sang istri berada yang ternyata sedang memasak untuk makan malam mereka nanti.

Sehun berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun agar ia bisa memberi kejutan pada sang istri.

Namun diluar dugaan Sehun, "Jangan seperti maling yang sedang mengendap-ngendap di dalam rumahmu sendiri Oh Sehun" tutur Luhan tanpa mengalihkan pandangannya dari aktivitas memasaknya.

"Ahh" keluh Sehun "Kenapa chagi bisa menyadari kehadiranku eoh?" lanjut Sehun.

"Tn. Oh yang terhormat aku sudah mendengar suara mobilmu yang memasuki garasi rumah, bagaimana aku tidak tau kalau itu kau Hunnie" jawab Luhan seraya mematikan kompornya, kemudian berbalik menghadap sang suami.

Sehun semakin mendekatkan langkahnya pada Luhan. Ia begitu merindukan wajah cantik sang istri yang bahkan belum genap 10 jam tidak ia lihat.

"Baby senang appa pulang cepat, sini biar baby cium sebagai hadiah" ucap Luhan dengan suara khas anak kecil sambil merentangkan tangannya seolah ingin dipeluk.

Sehun terkekeh dengan tingkah menggemaskan sang istri dan mencubit pipi Luhan yang semakin chubby.

"Baby yang ingin dicium kenapa jadi eommanya yang merentangkan tangan eoh?".

"ish, sudah cepat cium eomma appaku yang tampan" rengek Luhan dengan memajukan bibirnya. Dalam kondisi hamil pun Luhan selalu terlihat cantik dan tentunya semakin berisi, apalagi dengan pipinya yang merona merah.

Sehun yang melihat itupun tentunya dengan senang hati akan mencium bibir cherry Luhan yang begitu menggemaskan.

.
.

Sudah entah keberapa puluh kalinya Luhan mengganti channel TV namun tidak ada satupun acara yang cocok untuk ditonton menurutnya, Luhan menghela nafasnya "tidak ada yang menarik sama sekali".

"Apa kau ingin sesuatu chagi?" Sehun menunduk menatap mata Luhan. Kini mereka sedang bersantai setelah makan malam, Luhan menjadikan paha Sehun sebagai bantal. Tangan kirinya sedang mengelus puncak kepala Luhan sedangkan tangan kanannya mengelus perut buncit Luhan yang membuatnya benar-benar nyaman.

Luhan menggeleng menandakan bahwa ia tidak ingin sesuatu. Ia terus melanjutkan kegiatannya yang sedari tadi menggonta ganti channel TV.

Saat sesuatu terasa di perut besarnya, Luhan meraih tangan Sehun dan menyentuhkannya tepat dimana sang calon bayi menendang kuat. Menyapa mereka dengan gerakan lincahnya.

Mata Sehun membelalak bahagia ia pun merasakan jantungnya berpacu lebih cepat, meski ia sudah sering merasakan tendangan calon bayinya tapi Sehun selalu merasa luar biasa bahagia setiap merasakannya. Gelembung kebahagiaan dari dalam tubuhnya seolah menggelegak saat merasakan sentuhan lembut pada telapak tangannya barusan.

Sehun memandang manik rusa sang istri yang sedari tadi sudah menunggu reaksi balasannya, dengan rona yang sama bahagianya dengan rona wajahnya "Bayi kita barusan nendang chagi?" Sehun tetap menyempatkan bertanya. Merasa ada yang kurang jika tidak membagikan kebahagiaan mereka dalam kata-kata.