RENAND JIWAN HUTAMA
Renand meremas kertas putih yang disodorkan Nathasha . Ia merasa tersesat sekarang, kertas yang dibacanya adalah hasil uji Dna yang dijalani Renand dan bayi laki-laki yang di lahirkan Nathasha. Sudah tidak bisa di pungkiri bayi itu adalah anaknya.
Ini terasa tidak benar. Ia sering melihat keluarga kecil dari pasangan muda, mereka menikah muda dan memiliki anak. Sedangkan dirinya? Ia baru sembilan belas tahun dan sudah memiliki anak berusia satu tahun. Yang lebih keterlaluan, ia bahkan belum menikah.
Renand mengakui kesalahannya, tentu saja. Seharusnya ia lebih hati-hati atau seharusnya ia tidak melakukan hal bodoh itu dulu. Bukan hanya penyesalan yang ia rasakan. Ketakutan dan Renand merasa belum siap.
Bayi itu sudah pasti akan berada di tengah-tengah keluarganya, namun untuk berbahagia dengan hal itu, sepertinya tidak mungkin. Bagaimana ia bisa menjadi ayah dari seorang bayi sedangkan ia masih di anggap bayi lucu oleh keluarganya? terutama dari kedua kakaknya.
Mereka sangat memanjakan Renand. Apapun keinginan Renand akan sulit di tolak kedua kakaknya. Kesalahan Renand selalu mereka tutupi, Renand adalah anak yang bisa mendapatkan apapun tanpa susah payah.
Namun untuk masalah satu ini, tidak akan yang bisa membantunya sekarang. Kesalahannya sudah di luar batas.
''Aku mengerti. Sesuai perjanjian, antarkan dia besok ke rumahku.'' Hanya itu yang di ucapkan Renand sebelum meninggalkan Nathasha di sebuah cafe tempat mereka bertemu.
Renand akan segera menjemput kematiannya sekarang. Setelah memarkirkan mobilnya di depan gedung kantor ayahnya.
Renand merasakan dingin di seluruh badannya saat memasuki gedung kantor ayahnya. Mungkin AC nya terlalu rendah. Saat ia melirik meja resepsionis Renand melihat Senna disana sedang berbicara dengan seorang tamu.
Terakhir mereka bertemu adalah lima hari lalu. Hari itu terasa sedikit manis karena bisa berkunjung ke Rumah Senna, walaupun setelah makan ia langsung di usir. Tidak ada rasa kesal di hatinya.
Kemeja yang ia pakai terasa menyempit sampai merasa ia susah bernapas. Setelah Renand berbicara dengan sekretaris ayahnya di depan ruangan. Renand di persilakan masuk karena ayahnya sedang tidak ada tamu. Ketukan jarinya di pintu ruangan ayahnya terdengar seperti lonceng untuk menghentikan hidupnya. Renand menelan ludahnya setelah mendapatkan ijin masuk dari suara berat khas ayahnya dalam ruangan.
''Pa...'' Renand mendengar suaranya bergetar. Ayah nya masih sibuk di depan laptop, di belakang meja kerjanya.
''Hm? Ada apa tumben kesini tanpa di suruh dulu.'' Kini ayahnya sudah menatapnya.
''Itu..ada..hmm.'' Renand tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk memulai pengakuannya.
Ayahnya kini menumpukkan kedua sikunya di atas meja kerjanya jari-jari dari kedua tangannya mengait untuk menopang dagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG FATHER
General FictionRenand memiliki segalanya, wajah tampan dan berasal dari keluarga terpandang, membuatnya bisa menikmati hidup tanpa harus merasakan penderitaan. Mendapatkan wanita cantik hanya bermodalkan kedipan mata, mengganti mobil sesuai tanggal setiap harinya...