Renand merasakan perubahan Senna setelah ciuman mereka beberapa hari lalu. Senna menjadi menghindarinya dan berbicara seperlunya saja. Renand tidak menduga akan mendapat reaksi seperti ini, seharusnya Senna marah dan memukuli dirinya pada saat mereka selesai berciuman. Namun Senna waktu itu hanya menunduk saat berjalan melewatinya tanpa sepatah katapun ia ucapkan.
Tidak ada yang harus di salahkan'kah disini? Hanya membaca kalimat sialan dari dalam novel dan melihat wajah Senna yang berubah menjadi merah karena malu,membuat Renand tidak bisa mengontrol dirinya dan pikiran yang terus membisikkan kata untuk menyentuh Senna.
Ciuman satu pihak itu masih terus membayangi dirinya sampai sekarang dan mungkin akan susah untuk melupakannya. Dirinya memang sulit untuk mengontrol diri saat itu bahkan penolakan Senna juga ia tekan agar dirinya bisa melakukan hal yang sekarang menurutnya itu terlalu memaksa.
Seperti pagi ini, dirinya baru bangun dan melihat Senna masih di kamarnya bersama Desmond. Setelah kejadian itu dan Renand merasakan perubahan Senna, Renand memilih tidur di kamarnya kembali. Menurutnya Senna butuh kesendirian terlihat jelas dari bagaimana cara wanita itu menghindarinya.
''Apa dia belum bangun?'' Renand mendekat ke arah tempat tidur dan melihat Desmond yang masih terlelap.
Senna menoleh, wajahnya terlihat mengantuk. ''Dia baru tidur jam tiga pagi.'' Jawabnya dengan suara pelan.
''Kenapa?'' Renand sedikit merasa aneh, karena biasanya Desmond akan tertidur di jam sebelas malam- paling malam.
''Entahlah. Yang dia lakukan hanya bermain dan menangis saat aku mulai menidurkannya.''
''Dia nakal juga, ya?'' Renand duduk di tempat tidur lalu mencium pipi anaknya.
Sedikit demi sedikit perasaan sayang kepada Desmond tumbuh di hatinya. Ia akan tertawa melihat tingkah lucu anaknya dan akan khawatir jika anaknya sudah menangis. Renand tidak merasakan penyesalan dengan kehadiran Desmond dalam hidupnya. Sekarang ia merasa lega Nathasha menyerahkan anak itu kepadanya.
Senna tidak menjawab. Matanya terpejam, ia berbaring di sebelah Desmond sedangkan Renand sendiri duduk di sisi lainnya. Ia memperhatikan kedua orang yang tertidur itu dengan senyum. Akankah ini bisa ia lihat untuk selamanya?
Renand memberikan kecupan lagi di pipi Desmond lalu dengan dorongan kebahagiaan ia juga menempatkan satu kecupan di pipi Senna sebelum ia beranjak keluar.
Jam untuk sarapan sudah lewat tapi ia belum makan, Renand hanya menunggu Senna terbangun dengan menonton TV di ruang keluarga. Mereka akan brunch bersama layaknya keluarga kecil bahagia. Ia terkekeh sendiri dengan pikirannya.
Suara pekikan dan tawa Desmond terdengar mendekat. Senna yang menggendongnya juga ikut tertawa.
''Lihatlah pangeran satu ini yang baru bangun.'' Tanpa bisa dicegah tubuh Renand berjalan menuju kedua orang itu. Ia menjulurkan tangan untuk meminta Desmond ke dekapannya dan anaknya juga menyambut dengan mengulurkan kedua tangannya.
Renand suka menciumi aroma Desmond yang wangi meskipun baru bangun. Terang saja semua perlengkapan untuk badan Desmond adalah produk luar yang di belikan langsung oleh- ibunya-Amie Hutama.
''Kau lapar?'' Renand bertanya. Ia jadi agak bingung dengan kebiasaan Senna yang tidak makan saat jam makan. Ia hanya akan makan jika lapar. Sering sekali Renand melihat Senna hanya memakan apel atau buah lainnya.
Senna bukan perempuan langsing menurut Renand. Badannya sedikit berisi namun terasa padat. Ia pernah merasakan berpelukan dengannya by the way. Apa lagi bagian paha Senna selalu membuat Renand bisa memandanginya sedikit lebih lama. Ia suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG FATHER
General FictionRenand memiliki segalanya, wajah tampan dan berasal dari keluarga terpandang, membuatnya bisa menikmati hidup tanpa harus merasakan penderitaan. Mendapatkan wanita cantik hanya bermodalkan kedipan mata, mengganti mobil sesuai tanggal setiap harinya...