Pagi hari merupakan waktu yang di benci Senna. Karena dia harus bangun dan mulai beraktivitas. Desmond masih tertidur, dia sudah kembali dari rumah mertua Vania beberapa hari lalu. Beberapa hari ini Senna memiliki pikiran buruk karena saat acara ulang tahun pernikahan orangtua angkatnya, Senna tidak di minta untuk pulang. Sebaliknya mereka ingin Senna pulang hari ini. Mengatakan ingin membicarakan suatu yang penting, orang tua angkatnya akhirnya mau mereka bertemu.
''Jam berapa kau pulang nanti?'' Senna sedikit terlonjak dengan kedatangan Renand yang tiba-tiba di kamarnya.
''Entahlah.'' Jawab Senna.
''Aku tidak boleh ikut?'' Renand merebahkan diri di sofa tempat Senna duduk. Kepala Renand berada di samping Senna menempati sofa.
''Tidak. Aku hanya akan pergi bersama Desmond.''
''Kalau begitu aku mengantarmu.''
''Jangan bodoh. Memangnya presentasi yang kau buat semalaman tidak akan kau serahkan ke dosen?'' Gerutu Senna.
''Aku merasa seperti pria yang tidak berguna saat kekasihnya ingin berpergian.'' Ucapnya dengan lesu di buat-buat.
''Aku mual mendengar ucapanmu barusan!''
''Itu sungguh tulus dari hatiku.'' Tapi terdengar bergurau.
''Kau mau terlihat berguna? Bersihkan sampah mawarmu yang sudah mengering itu.'' Titah Senna.
Renand terkekeh. ''Baiklah my queen. Tapi sekarang aku masih mengantuk.''
''kalau begitu tidur saja, lagi.''
Renand mengambil tangan Senna yang masih ia gunakan untuk memeriksa ponsel. Renand mengarahkan tangan Senna ke rambutnya. ''Tidurkan.''
Niatnya ingin menolak namun tangan Senna malah dengan santai mengusap helaian rambut Renand seperti menidurkan anak kecil.
***
Sudah sekian lama ia tidak pulang ke rumah orang tua angkatnya. Suasana nyaman melingkupi hati Senna saat menginjakan kembali kakinya di rumah ini. Terakhir ia pulang kesini empat bulan lalu, saat keponakannya berulang tahun. Tidak ada yang berubah dari rumah ini kecuali foto keluarga berukuran besar yang dulu tergantung di ruang tamu kini sudah tergantikan oleh lukisan abstrak. Senna meringis dalam hati, padahal di foto itu juga terdapat gambar dirinya.
Aroma kue memenuhi dapur saat Senna masuk karena setelah berteriak beberapa kali tidak ada tanggapan dari orang rumah. ''Ibu.'' Panggil Senna pelan.
Ibu angkatnya yang berada di dapur menoleh dan tersenyum lalu menghampirinya namun mengubah tatapannya menjadi bertanya saat melihat Desmond bergelayut di lehernya.
''Siapa anak itu?'' Ibunya menghampiri.
Darimana dia harus memulai untuk menjelaskan. ''Anak bos.'' Senna meringis.
Ibunya mengernyitkan dahi terlihat sekali kalau dia butuh penjelasan. ''Duduk dulu. Dia terlihat berat. Kamu menyetir kesini?''
Meskipun tidak ada nada hangat yang bisa Senna dengar dari omongan ibunya, paling tidak ada rasa perhatian di setiap perkataannya. ''Aku di antar sopir.'' Jawabnya. Ia memang di antar oleh pak Mukmin dan nanti juga akan di jemput kembali. Satu fasilitas yang Senna dapatkan dan baru ia pergunakan: sopir.
''Ibu butuh penjelasan.''
Senyum Senna semakin lebar mendengar kemauan ibunya. Ibunya hanya mengangguk dengan raut wajah yang tidak bisa di mengerti oleh Senna saat dirinya menjelaskan semua tentang kejadian yang menimpanya saat ini. Walau Senna merasa terkejut dengan sikap ibunya yang terkesan peduli padanya, tak bisa dibantahkan juga jika ia merasa senang dengan pembicaraan mereka sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG FATHER
Ficción GeneralRenand memiliki segalanya, wajah tampan dan berasal dari keluarga terpandang, membuatnya bisa menikmati hidup tanpa harus merasakan penderitaan. Mendapatkan wanita cantik hanya bermodalkan kedipan mata, mengganti mobil sesuai tanggal setiap harinya...