--25. Tidak harus kembali.

24.2K 1.4K 30
                                    

Senna memiliki ide gila. Setelah ciumannya dengan Renand ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ia tidak merasa marah akan kejadian di meja makan itu. Tapi juga tidak ada rasa bahagia yang merasuki hatinya. Ia sadar jantungnya berdetak lebih cepat pada saat itu hanya karena keadaan yang terlalu mengejutkan.

Renand sudah tidak tanggung-tanggung lagi melakukan sentuhan yang sudah di level ciuman. Pagi haripun ia merasakan ada yang mencium pipinya, siapa lagi pelakunya?

Sebuah panggilan dari nomer tidak di kenal mengawali ide gilanya. ''Senna,''

Dari suaranya saja sudah bisa di kenali siapa orang yang menghubunginya. Senna melirik Renand yang juga tengah memperhatikan dirinya namun cepat-cepat berpaling saat mata mereka bertemu.

Senna memilih menjauh untuk berbicara dengan Green. Kalau  ia tidak punya pikiran dewasa mungkin ia sudah mematikan sambungan telponnya dan melepas  sim card didalamnya lalu membuatnya menjadi patahan.

''Ya?''

''Ini aku. Green.''

Senna diam sejenak, mengatasi perasaan campuran yang menyerang hatinya mendadak.''Ada apa?'' Senna sengaja menanggapi singkat.

''Bisa kita bertemu? Ada yang ingin aku katakan.''

Senna sangat mengenali nada gugup itu. ''Kau bisa mengatakannya sekarang.''

''Aku mohon Senna. Sebentar saja.''

''Aku tidak mempunyai waktu untuk bertemu dengan orang asing. Lagipula semuanya sudah selesai, aku tidak mau memikirkan kenangan buruk lagi.'' Balas Senna sinis.

Ada jeda dengan Green yang tidak berbicara. ''Kumohon Senna.'' Nada memelas itu membuat Senna menghembuskan napas lelah.

''Kita tidak memiliki urusan lagi. Tidak ada gunanya juga berbicara.''

''Biarkan aku menjelaskan sesuatu pada kamu. Ini tidak akan lama.'' Masih membujuk.

''Kalau ini menyangkut masa lalu, aku tidak mau!''

''Baiklah. Hari ini kamu tidak mau, akan aku ulangi lagi besok dan seterusnya sampai kamu mau bertemu denganku.''

Sejak kapan orang ini berubah menjadi keras kepala?! ''Aku ada sedikit waktu nanti. Kau boleh menentukan tempatnya.'' ucap Senna dengan nada malas akhirnya. Senna menyadari dirinya mudah sekali terpengaruh oleh ancaman.

''Kau ada di rumah pria itu? Aku akan menjemputmu.''

Hell crap! Orang ini benar-benar menganggap keadaan tidak buruk. Seolah mereka berdua tidak mempunyai masa lalu yang bersisa kebencian.

''Jangan gila! kau pikir siapa dirimu?! Berikan aku alamat tempatnya. Aku akan kesana sendiri!''

Senna mematikan ponsel saat ia masih mendengar Green yang ingin mengatakan sesuatu. Tapi masa bodoh. Yang memiliki keinginan adalah pria berengsek itu, jadi dia harus bersabar untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Senna tidak akan mempermudah semuanya. Terkejut? Sangat. Entah bagaimana bisa orang itu mendapatkan nomer ponselnya dan bisa sampai membuat kesepakatan untuk bertemu.

Berbicara dengan mantan kekasih yang sudah mengkhianati cintamu seperti menyulut kembali api amarah yang sudah tinggal bara. Tapi Senna rasa harus ada yang di selesaikan walaupun semuanya sudah berakhir. Jadi ia memutuskan pulang ke rumahnya hanya untuk bertemu dengan Green nantinya.

Ia mau di antar oleh Renand hanya untuk memantapkan ide yang sudah ia susun. Renand menginginkan dirinya, itu bisa ia rasakan. Mungkin dia nanti membutuhkan alasan jika Green mengatakan sesuatu yang Renand pernah bahas. Tentang 'Satu tahun lagi'.

YOUNG FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang