--30. Pertemuan.

22.3K 1.2K 10
                                    

Sebelum pergi untuk menemui orangtua Senna, Renand hendak berbicara dengan wanita itu tapi Senna dan Desmond tidak di dalam kamar. Mencoba menghubungi wanita itu, Renand malah mendengar suara ponsel Senna yang tergeletak manis di tempat tidur.

Sekarang mungkin mereka sedang ada di pantai. Wanita itu mungkin sangat menikmati liburan di sini, Renand sebenarnya ingin mengajaknya pulang, hanya saja ia memiliki rencana lain saat melihat Senna yang tadi pagi tersenyum ketika memandang hamparan lautan. 

Hotel ini adalah milik keluarganya dan kamar yang di tempatinya sekarang memang hanya khusus untuk dirinya. Kadang kalau ia malas pulang dan melihat kedua orang tuanya yang bermesraan- Renand memilih menginap disini meski jarak antara rumah dan hotel ini cukup jauh. Bahkan barang-barangnya banyak di sini.

Renand mengernyit melihat bayangannya di cermin. Rasanya memakai tuksedo terlalu berlebihan untuk pertemuan makan malam biasa dengan keluarga Senna. Ia lalu melepas kembali setelannya itu dan menggantinya dengan yang lebih santai. Celana jins dan dan sweater menjadi terlihat lebih masuk akal darinya saat melihat cermin lagi

Setelah menghubungi service room untuk memesan makan untuk Senna dan Desmond, Renand siap berangkat untuk undangan makan malamnya. Rasa gugup itu ada hanya saja tidak terlalu mendominasi. Ia lebih sibuk merangkai kata penjelasan untuk nanti.


***

Renand berdecih kesal saat pintu rumah keluarga Senna terbuka setelah ia memencet bel. Dengan wajah sok dingin-Glen menyingkir memberi jalan untuk Renand masuk. Bajingan itu menjadi penjaga pintu disini. Setelah perkelahian terakhir yang Renand lakukan dengan sepupu Senna itu, mereka sama sekali tidak pernah saling membuat masalah lagi, bahkan di kampus saat mereka bertemu- menjadi damai karena menganggap tidak tau satu sama lain.

Renand menaikkan satu alis melihat orangtuanya juga sudah duduk di ruang tamu rumah keluarga Senna. Mereka memang sudah kembali dari Australia kemarin dan langsung ingin ikut dalam pertemuan ini.

''Selamat malam.''  Ibunya melambai membalas sapaannya.

''Kamu pasti Renand.'' Seorang wanita yang membawa nampan penuh dengan kue menyapanya dari samping.

Yang bisa Renand lakukan hanyalah tersenyum dan mengangguk.

''Duduk dulu. Ayah dan ibu kamu juga baru datang.''

Ia lalu berjalan untuk duduk di dekat kedua orang tuanya setelah mengatakan terimakasih kepada wanita itu. ''Hai, Ma, Pa.'' Renand berkata pelan.

''Bagaimana Senna dan Desmond?'' Ayahnya bertanya.

''Mereka sedang menikmati pantai. Desmond tidak pernah menangis saat disana.'' Padahal ia mendengar tangisan Desmond kemarin malam.

''Kamu tampak lelah.'' Tangan ibunya mengelus pipi Renand.

''Kemarin Rend mabuk.'' Jelasnya santai. Kedua orang tuanya berdecak bersamaan.

Merasa diperhatikan, Renand mendongak dan mendapati seorang pria yang kurus datang mendekat bersama si bajingan Glen. Ia tau dia adalah ayah angkat Senna, informannya pernah menunjukan foto pria itu dulu.

Sambil berdiri Renand mengulurkan tangan dengan percaya diri dan di balas begitu tegas oleh Ayah Senna. ''Renand, Om.'' Ia menoleh kepada orang tuanya, sepertinya mereka sudah saling menyapa tadi.

Ayah Senna hanya mengangguk dan tersenyum tipis saat membalas jabatan tangan Renand.

Pembicaraan basa-basi sangatlah menyesakkan bagi Renand. Topiknya sudah jauh sampai membahas pesawat yang hilang dan belum di temukan hingga sekarang. Satu kenyataan: kedua orang tuanya juga Ayah Senna cepat sekali akrab. Satu lagi yang memuat Renand gerah: bajingan Glen tidak berhenti menatapnya dari tadi. Renand menjadi berpikir,  apa karena pukulannya dulu saat berkelahi menyebabkan Glen gager otak?

YOUNG FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang