--27. Rich, young, handsome but not free.

27.5K 1.2K 18
                                    

Sebuah buket bunga berwarna pink yang menutupi wajah si pembawa menyambut Senna setelah membuka pintu kamar saat hendak keluar. Lalu Senna melihat wajah Renand dan senyum bahagianya saat menurunkan buket bunga itu.

''Ini untukku?'' Senna menerima uluran buket yang mengeluarkan aroma wangi tersebut.

''Kau suka?'' 

Senna tidak menjawab dia hanya menempelkan bunga itu di hidungnya.

''Seorang mantanku memberikannya untuk ucapan selamat tinggal karena dia akan pindah---''

Tanpa perlu Renand menyelesaikan ucapannya, Senna sudah membanting bunga itu ke lantai. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan memberi tatapan membunuh untuk Renand. Bocah ini benar-benar tidak tahu bagaimana cara menghargai wanita!

Senna semakin geram saat Renand hanya membalasnya dengan tawa. ''Kau tidak suka rupanya.'' Ia menggeleng masih dengan tawa. 

''Aku pasti terlihat sangat konyol.'' Senna melewati Renand untuk keluar kamar.

''Aku tidak akan melakukan hal rendahan seperti ini lagi.'' Renand memungut kembali buket bunga itu.

''Kau boleh menerima barang dari semua mantanmu. Tapi pakai otakmu agar tidak memberikan barang menjijikan seperti itu padaku!'' Senna berjalan menuju dapur.

''Kau benar. Pemberian mantan adalah hal menjijikan.'' Renand terkekeh.

Senna tidak menanggapi ia lebih memilih membuka kulkas untuk mencari makanan. ''Kau tidak ada persediaan makanan.'' Senna menutup kembali pintu kulkas dan memandang Renand masih dengan kesal.

''Pak Mukmin sedang patah hati jadi dia mengasingkan diri di kamarnya. Mak juga sedang cuti karena harus ke sekolah Kanya. Anak itu membuat masalah dengan teman-temannya.'' Renand mengeluarkan napas berat seolah ia kecewa dengan kelakuan adik angkatnya itu.

''Kau sok dewasa.'' Cibir Senna. ''Umur kalian hanya berbeda dua tahun.''

''Aku tidak bisa tidak khawatir mengenai dia. Kanya anak polos dan sebagian temannya sangat liar. Kau akan tahu jika nanti melihat dengan siapa dia bergaul.''

''Bukankah adik dari temanmu juga --temannya Kanya?'' Senna menuang air ke gelas.

''Aku tidak bisa bilang kalau dia anak baik. Dia pemberontak dan memiliki mulut pedas.'' Renand bergidik. 

Senna hampir saja tersedak saat Renand tiba-tiba mengulurkan tangan dan menyentuh lehernya. ''Tidak panas.'' Senyuman itu lagi! Senna harus segera mencari majalah untuk melihat senyum para model pria yang memiliki senyum lebih menggetarkan dari yang Renand punya.

''Aku sudah sehat kembali.'' Senna menepis tangan Renand.

''Berhubung kulkas sudah kosong, bagaimana kalau kita yang berbelanja. Pak Mukmin akan bersemedi dulu untuk menutupi lubang di hatinya.''

Senna tidak akan melewatkan kesempatan pergi berbelanja. Satu kegiatan yang paling di gemarinya. Mungkin kalau wanita-wanita lain akan berbelanja pakaian dan perlengkapan untuk mempercantik diri adalah kegemaran mereka, Senna juga sama. Tapi dia juga sangat suka jika berbelanja keperluan sehari-hari. Pernah dulu saat ia masih dalam mode patah hati, ia menghabiskan banyak uang untuk membeli barang tak berguna.

''Baiklah. Aku akan ganti baju dulu kalau begitu.''

Senna hampir terjungkal dan langsung mengumpat  melihat pak Mukmin keluar dari kamarnya saat ia sendiri hendak membuka pintu. ''Pak Mukmin membuat saya keget saja.'' Senna mengelus dada. 

''Neng Bos, sih, kesini terlalu cepat. Tugas saya'kan belum selesai.'' Pak Mukmin menggerutu.

Senna sudah terbiasa risih dengan panggilan pak Mukmin terhadapnya. ''Bukankah bapak sedang dalam mode patah hati? Tidak usah bersih-bersih kalau memang masih masa penyembuhan.'' Ejek Senna.

YOUNG FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang